Banggar dan Sri Mulyani Sepakat Pertumbuhan Ekonomi RI Semester II 2025 di Kisaran 5%

8 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Badan Anggaran DPR RI resmi menyetujui asumsi makro ekonomi Indonesia untuk semester II tahun 2025. Kesepakatan ini dicapai dalam rapat kerja bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang dipimpin langsung oleh Ketua Banggar DPR Said Abdullah, Kamis (3/7/2025).

Wakil Ketua Badan Anggaran DPR, Wihadi Wiyanto, menyampaikan bahwa keputusan ini mempertimbangkan realisasi semester I serta dinamika perekonomian global dan domestik.

"Dengan mempertimbangkan interaksi faktor global dan domestik, prognosis asumsi dasar ekonomi makro Indonesia disusun secara cermat untuk menjaga keseimbangan makro Indonesia yang berkelanjutan dan memberikan ruang fiskal yang kredibel dan adaptif," kata Wihadi.

Dalam asumsi yang telah disepakati, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada di kisaran 4,7 persen hingga 5 persen pada semester II. Angka ini sedikit lebih rendah dibanding target APBN 2025 sebesar 5,2 persen, dan realisasi semester I yang tercatat 4,87 persen year-on-year.

Sementara itu, inflasi diperkirakan tetap terkendali. Proyeksi semester II berada di rentang 2,2 persen hingga 2,6 persen, masih dalam target APBN sebesar 2,5 persen. Realisasi semester I sendiri berada pada level yang lebih rendah, yakni 1,6 persen.

Adapun nilai tukar rupiah diproyeksi berada dalam kisaran Rp16.300 hingga Rp16.800 per dolar AS. Ini mencerminkan kewaspadaan terhadap gejolak eksternal yang masih tinggi, setelah semester I mencatatkan rata-rata nilai tukar sebesar Rp16.429 per dolar.

Harga Minyak dan Lifting Migas Masih Jadi Perhatian

Dalam komponen energi, asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) mengalami penyesuaian cukup lebar. Proyeksi harga minyak untuk semester II-2025 berada di kisaran USD66 hingga USD94 per barel, dengan outlook jangka menengah di USD68 hingga USD82 per barel.

Angka ini merefleksikan fluktuasi tajam yang terjadi akibat ketegangan geopolitik global, khususnya di kawasan Timur Tengah. Eskalasi konflik di wilayah tersebut telah memicu ketidakpastian harga komoditas energi di pasar global, termasuk minyak mentah.

Dari sisi produksi, lifting minyak bumi ditetapkan pada kisaran 593 hingga 597 ribu barel per hari. Meski lebih rendah dari target APBN sebesar 605 ribu barel per hari, outlook ini dinilai realistis mengikuti tren realisasi semester I yang hanya mencapai 567,9 ribu barel.

Sementara itu, lifting gas bumi dipatok di kisaran 976 hingga 980 ribu barel setara minyak per hari. Ini sedikit menurun dari asumsi APBN sebesar 1.005 ribu barel, seiring realisasi semester I yang mencapai 987,5 ribu barel.

Ketidakpastian Global Jadi Tantangan Utama

Keseluruhan proyeksi makro ekonomi Indonesia untuk semester II-2025 disusun dalam konteks global yang masih penuh gejolak. Pemerintah dan DPR menyadari bahwa dinamika global seperti perang dagang, disrupsi rantai pasok, hingga arus modal yang tidak stabil, berpotensi menekan perekonomian domestik.

Terlebih lagi, konflik geopolitik yang terus bereskalasi di Timur Tengah memberikan dampak lanjutan pada harga energi dan sentimen investor internasional. Hal ini juga memengaruhi fluktuasi nilai tukar dan aliran investasi asing ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Meski demikian, Pemerintah tetap menjaga ketahanan ekonomi domestik, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang masih solid, stabilitas sasaran inflasi, dan posisi cadangan devisa yang masih tinggi," pungkasnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |