Bosan Lihat Manchester United vs Manchester City, Gary Neville Sebut Sepak Bola Kehilangan Jiwa

6 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Legenda Manchester United, Gary Neville, melontarkan kritik pedas terhadap wajah sepak bola modern yang dianggapnya semakin kehilangan esensi. Mantan kapten Setan Merah itu menyoroti kecenderungan "robotik" yang kini menggerogoti keindahan permainan.

Derby Manchester terbaru yang berakhir tanpa gol antara Manchester United dan Manchester City menjadi bukti nyata dari pandangan Neville. Pertandingan yang seharusnya menjadi pesta sepak bola berubah menjadi tontonan hambar yang akan dikenang sebagai salah satu derby paling membosankan sepanjang sejarah.

"Ucapan selamat dan simpati yang saya saksikan menggambarkan betapa kedua tim merasa puas dengan hasil 0-0," tegasnya kepada Sky Sports News dengan nada frustasi. 

"Tim-tim terbaik Man City dan Man United di masa lalu pasti sangat kecewa dengan pendekatan mereka di akhir pertandingan."

"Rasanya seperti hari Minggu biasa dan mereka akan segera menyantap makan malam bersama. Kehidupan mereka terlalu terstruktur, terlalu robotik."

Menurutnya, fenomena ini telah menjadi gejala umum dalam sepak bola modern. Mantan bek kanan itu mengungkapkan kekecewaannya.

"Ini adalah derby Manchester, seharusnya ada lebih banyak darah, semangat, keberanian, dan keinginan untuk mengambil resiko demi memenangkan pertandingan," tandasnya.

Potret Kemunduran Dua Raksasa Manchester

Panggung Derby Manchester menyajikan tontonan hambar di tengah musim yang mengecewakan bagi kedua tim. Manchester United memasuki pertandingan dengan beban kekalahan 0-1 dari Nottingham Forest, sementara Manchester City datang setelah mengalahkan Leicester City 2-0. Namun, kedua tim gagal memikat para penonton dengan pertunjukan menarik dan berakhir tanpa gol yang memukau.

Kemerosotan City musim ini layak mendapat sorotan khusus. Sang juara bertahan kini terdampar di posisi kelima Premier League, dengan raihan minim 52 poin dari 31 pertandingan. Angka mengejutkan yang membuat mereka tertinggal jauh 21 poin dari pemimpin klasemen Liverpool. The Citizens kini berjuang keras mempertahankan identitas sebagai tim elite Eropa.

Sementara itu, Manchester United praktis kehilangan harapan meraih tiket Liga Champions melalui jalur Premier League. Satu-satunya harapan yang tersisa adalah menjuarai Liga Europa.

Tim besutan Ruben Amorim akan menghadapi Olympique Lyon pada leg pertama perempat final, tengah pekan ini.

Era Paradoks Premier League

Liverpool memimpin perburuan gelar dengan keunggulan mencolok 11 poin atas Arsenal di posisi kedua. The Reds hanya mencatatkan dua kekalahan sepanjang musim di Premier League, namun keraguan tetap menghantui kualitas sebenarnya dari skuad asuhan Arne Slot.

Kejutan terbesar musim ini datang dari Nottingham Forest yang kini bertengger di posisi ketiga. Prestasi luar biasa ini tidak hanya layak dipuji, tapi juga mencerminkan merosotnya performa tim elite. Manchester City tampil di bawah standar, sementara Chelsea, meski di posisi keempat, masih jauh dari kualitas tim papan atas sesungguhnya.

Potret kejanggalan semakin lengkap dengan posisi Manchester United dan Tottenham yang terdampar di posisi ke-13 dan ke-14. Sementara itu, Southampton dipastikan terdegradasi dengan tujuh pertandingan tersisa, suatu kepastian dini yang menodai daya tarik kompetisi tertinggi Inggris.

Read Entire Article
Bisnis | Football |