Liputan6.com, Jakarta - Belum juga matahari terbit, lorong asrama PB Djarum sudah riuh oleh derap langkah. Anak-anak belia bersiap menjemput hari dengan keringat, sebuah rutinitas yang bagi mereka sama artinya dengan merawat mimpi.
Ghathfaan Rizqie Ramadhan Haryanto jadi satu di antara puluhan atlet muda yang memulai hari lebih dulu dibanding anak-anak seusianya.
Bocah berumur 12 tahun itu sudah terbiasa bangun pukul 5 pagi untuk menjalani rutinitas sarapan, dilanjutkan latihan berdurasi kurang lebih dua jam. Menunya berputar di sekitar latihan lob, atau diselingi fisik tiap Rabu dan Sabtu.
Sejak lulus dari Audisi Umum PB Djarum 2023, Ghathfaan terus menggembleng mimpi di balik tembok asrama. Dia belajar menyeimbangkan dua dunia: bocah sekolahan biasa dan tulang punggung masa depan bulu tangkis Indonesia.
Menyandang status sebagai atlet PB Djarum tidak lantas membuat Ghathfaan lepas dari kewajiban menimba ilmu. Selepas latihan pagi, sang pebulu tangkis cilik harus isap berganti seragam dan berangkat ke sekolah.
Aktivitas belajar dimulai pukul setengah 10 pagi hingga 1 siang. Bahkan pada Rabu dan Sabtu sore, para atlet diwajibkan mengikuti les matematika dan bahasa Inggris.
Yang berbeda dari anak sekolah kebanyakan, Ghathfaan mengaku tak 'dibebani' tugas rumah. Kewajibannya hanya rutin datang sekolah dan mengikuti ujian.
Namun, begitu kembali ke asrama, Ghathfaan telah ditunggu segudang aktivitas lain yang melekat dengan statusnya sebagai atlet muda. Aktivitas yang menguras energi, tetapi diyakini sebagai bekal menuju masa depan.
Tunggal putra bulu tangkis Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting menyampaikan persiapannya jelang Olimpiade Paris. Apa saja jurus ginting agar sukses di ajang bergengsi tersebut?
Ritme Tak Kenal Lelah: dari Latihan Kedua Hingga Lampu Padam
Selepas pulang, tak ada jeda panjang bagi Ghathfaan. Makan siang dan jam istirahat singkat langsung disusul latihan kedua.
Menurut bocah berusia 12 tahun, sesi latihan sore berlangsung sekitar tiga jam dengan menu utama latihan teknik. Setelahnya, para atlet diarahkan untuk mandi, makan malam, dan kembali ke kamar masing-masing guna istirahat. Rutinitas itu berulang setiap hari, kecuali Minggu.
Tak jarang, Ghathfaan merasa jenuh dengan kewajibannya yang monoton. Beruntung, dia sudah punya cara untuk mengatasi ini
"Pernah merasa jenuh dengan rutinitas latihan. Saya mengatasinya dengan ngobrol bersama orang tua dan pelatih. Biasanya orang tua kasih semangat ke saya," ujarnya kepada awak media termasuk Liputan6.com di GOR Djarum Jati, Kudus, Jawa Tengah pada Selasa (9/9/2025).
Hiburan Kecil di Tengah Rutinitas
Meski kesehariannya padat dengan jadwal latihan, bukan berarti Ghathfaan dan kawan-kawan sama sekali tak punya ruang untuk bersantai.
Waktu rehat paling ditunggu biasanya datang di hari Minggu. Ghathfaan kerap memilih bermain sepak bola atau bermain gim bersama teman-teman seasrama sebagai cara melepas penat.
Pengelola asrama PB Djarum juga memperbolehkan atlet keluar pada hari Minggu, dengan syarat kembali maksimal pukul 6 sore.
"Biasanya kalau libur, saya main bola di GOR dengan teman-teman. Kami keluar cuma boleh hari Minggu, pakai izin. Saya jarang keluar. (Tapi saya) biasanya main gim bareng teman-teman," kata Ghathfaan lagi.
Ditempa Aturan, Dilatih Disiplin
Kepala Asrama Dharma Gunadi membenarkan bahwa atlet di Asrama PB Djarum Jati memang penuh disiplin dan padat aktivitas, dengan poros utama latihan, sekolah, dan istirahat.
Semua ditujukan guna membentuk sosok tahan banting yang akan menjadi andalan masa depan bagi sektor bulu tangkis Indonesia.
Bukan cuma soal jadwal kegiatan, regulasi ketat diberlakukan terkait kunjungan orang tua, penggunaan gawai, hingga makanan. Ghathfaan dan kawan-kawan cuma boleh dikunjungi orang tuanya di hari Minggu. Pada hari-hari biasa, telepon genggam yang jadi alat komunikasi mereka saat merantau wajib dikumpulkan pukul 21.30 agar tidak mengganggu waktu istirahat.
"HP dikumpul setengah 10 malam paling telat. Besoknya diambil tergantung pelatih. Bisa selesai latihan atau sebelum berangkat sekolah. Pelatih akan lihat apakah anak-anak kalau diberi HP, jadi tidak fokus. Jadi mungkin saja (kasih HP-nya) selepas makan siang," jelas Dharma.
"Begitu selesai kumpulkan HP, mereka masuk kamar masing-masing. Lampu lorong luar--selain yang ke arah toilet--dimatikan. Bangun pagi, mereka harus bereskan ranjang, sebelum berangkat latihan. AC dan lampu semua harus dimatikan. Itu saya cek setiap hari," tambahnya.
Aturan soal makanan pun tak kalah tegas. Mie instan dan MSG jadi barang haram. Tim koki telah memastikan bahwa hidangan yang mereka sajikan bagi atlet sesuai kebutuhan serta arahan dari pelatih.
"Makanan yang dilarang seperti mi instan, atau bahan-bahan yang kurang bagus. Jadi kalau anak-anak dikirimi paket (makanan) sama orang tua, pasti kami buka dulu, dilihat," papar Dharma lagi.
Kalau ada yang melakukan pelanggaran, Dharma telah menyiapkan naksi tegas. Para atlet tak akan diizinkan menggunakan telepon genggam selama sepekan.
Hasil Tempaan Berbuah Prestasi
Meski keras dan sarat kedisiplinan, tempaan PB Djarum terbukti efektif membawa Ghathfaan meraih sukses.
Saat berpartisipasi di ajang Sirkuit Nasional (Sirnas) B Nusa Tenggara Barat (NTB) 2025, lulusan audisi umum 2023 itu menyabet gelar juara. Di Kajati Cup 2025, Ghathfaan juga menyabet prestasi serupa.
Bocah yang mengidolakan Mohammad Zaki Ubaidillah itu kini menatap mimpinya lebih jauh. Ia ingin menembus pelatnas dan meraih gelar juara di level tertinggi.
"Saya ingin juara, ingin masuk pelatnas," tandasnya kepada awak media, termasuk Liputan6.com.
Di balik rutinitas ketat dan aturan yang nyaris tanpa kompromi ini, Ghathfaan tumbuh dengan mental baja. Dari asrama di Kudus, dia belajar bahwa disiplin dan kerja keras adalah jalan menuju mimpi.