Ekonom soal Rojali dan Rohana: Mal Cuma jadi Tempat Pajang Barang, Belinya Online

1 day ago 3

Liputan6.com, Jakarta Fenomena Rojali (rombongan jarang beli) dan Rohana (rombongan hanya nanya-nanya) semakin marak terlihat di berbagai pusat perbelanjaan. Berbagai faktor semisal penurunan daya beli hingga masyarakat lebih suka berbelanja online dibanding offline, ditengarai jadi penyebab.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, fenomena Rojali dan Rohana mencerminkan perubahan perilaku konsumen yang cukup kompleks.

Menurut dia, perilaku ini terjadi sebagai akibat dari tiga faktor utama yang saling terkait. Pertama, jelas karena adanya penurunan daya beli. Ketika harga-harga naik, tapi pendapatan banyak orang stagnan.

"Ditambah lagi, beban cicilan dan kebutuhan pokok yang makin besar bikin orang lebih hati-hati saat belanja. Mereka datang ke mal, tapi lebih untuk jalan-jalan atau cuci mata daripada belanja sungguhan," kata Yusuf kepada Liputan6.com, Selasa (29/7/2025).

Berikutnya, lantaran ada pergeseran perilaku dari belanja offline ke belanja online. Yusuf tidak menampik jika platform e-commerce kini banyak menawarkan diskon, plus kemudahan berbelanja tanpa harus beranjak dari tempat tinggal.

"Konsumen makin cerdas datang ke toko buat lihat-lihat dan tanya-tanya, lalu beli di e-commerce karena lebih murah atau ada promo. Ini yang melahirkan Rohana," ungkap dia.

Mal Sebagai Tempat Nongkrong

Kendati begitu, ia menilai pusat perbelanjaan atau mal belum kehilangan perannya sebagai tempat untuk didatangi. Meskipun, fungsinya kini lebih dijadikan sebagai tempat berkumpul atau nongkrong dengan kawan, ketimbang berbelanja.

"Ketiga, mal sekarang lebih jadi tempat rekreasi sosial daripada tempat belanja. Dengan minimnya ruang publik yang nyaman, mal jadi tempat nongkrong, foto-foto, atau sekadar ngadem," sebutnya.

"Jadi wajar kalau banyak pengunjung datang bergerombol, tapi enggak beli apa-apa," ujar Yusuf.

Mal Tidak Sepenuhnya Tergantikan

Kendati begitu, Yusuf percaya mal tetap punya tempat di hati masyarakat. Khususnya untuk berbelanja beberapa barang yang tidak disajikan di pasar online.

"Mungkin tidak sepenuhnya tergantikan, karena ada beberapa produk yang untuk beberapa konsumen lebih cocok berbelanja langsung tanpa menggunakan e-commerce," tutur dia.

Hanya saja, ia tidak memungkiri konsumen saat ini memang lebih suka berbelanja secara online ketimbang pergi ke mal. "Selama produk e-commerce akan menawarkan harga yang lebih murah, sulit berharap peran mal, bisa kembali seperti misalnya sebelum terjadinya pandemi Covid-19," pungkasnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |