Liputan6.com, Jakarta Barcelona musim ini memang gagal di Liga Champions. Mereka kandas di semifinal. Namun, tim asuhan Hansi Flick tak terbendung di kancah domestik.
Di musim pertamanya ini, pelatih asal Jerman itu membawa Barcelona menyapu bersih trofi Supercopa de Espana, Copa del Rey, dan La Liga.
Barcelona musim ini tak ditopang satu individu yang bersinar sendirian, tapi kolektif muda yang berkembang bersama. Ini bukan musim “breakthrough”, tapi “affirmation”—sebuah konfirmasi bahwa masa depan klub sudah mulai terbentuk.
Di balik sepak terjang tim yang mengagumkan itu, ada setidaknya empat pemain yang tampil lebih menonjol dibandingkan rekan-rekannya. Siapa sajakah mereka?
Robert Lewandowski: Sang Mesin Gol Veteran
Ketika bicara tentang kontribusi yang nyata, sulit untuk mengabaikan Robert Lewandowski. Striker 36 tahun Polandia ini jadi top skor Barcelona di La Liga dengan 25 gol. Hanya cedera yang mencegahnya memuncaki daftar Pichichi.
Musim ini seperti penebusan untuk Lewandowski, yang akhirnya tampil sesuai ekspektasi sejak datang dari Bayern Munchen. Dia menjadi titik tumpu di lini depan yang bisa diandalkan sepanjang musim.
Di Liga Champions, dia menyumbang 11 gol lagi. Walau assist-nya menurun, mungkin ini tanda bahwa Hansi Flick memberinya peran yang benar-benar memaksimalkan insting mencetak golnya.
Raphinha: Pahlawan yang Tak Kenal Lelah
Raphinha mungkin bukan pemain yang paling dibicarakan di media. Namun, di lapangan, dia tampil sebagai pemecah kebuntuan di momen-momen penting. Dia tak perlu banyak gaya, cukup hadir di waktu yang tepat.
Di La Liga, pemain Brasil ini sudah mencatatkan 18 gol dan 9 assist dalam 35 laga. Itu angka yang luar biasa untuk seorang winger yang sering bermain melebar.
Namun, di Liga Champions-lah Raphinha benar-benar bersinar. Dia mencetak 13 gol dan 8 assist dalam hanya 14 laga—kontribusi yang bisa membawa tim ke final andai mereka sedikit lebih beruntung.
Lamine Yamal: Masa Depan Sudah Hadir Sekarang
Lamine Yamal bukan hanya talenta masa depan, tapi juga kekuatan masa kini Barcelona. Di usia 17 tahun, dia memimpin daftar assist La Liga dengan 13 assist, plus 8 gol.
Di Liga Champions, dia menambah 5 gol dan 3 assist. Yang lebih mengesankan adalah konsistensinya meski membawa beban ekspektasi besar sejak tampil gemilang di Euro bersama Spanyol.
Saat ini, Lamine adalah kreator utama Barca. Dia belum jadi finisher terbaik, tapi perkembangan finishing-nya terlihat jelas. Dia bisa jadi pemain terbaik musim depan dan mungkin setiap musim setelahnya.
Pedri: Pemain yang Tak Bisa Diukur Angka
Bagi sebagian orang, pemain terbaik musim ini adalah Pedri. Itu bukan karena statistik, tapi karena sentuhan magis yang menggerakkan tim. Sepak bola bisa diukur dengan angka, tapi rasa tak pernah bohong.
Tanpa Pedri, Barcelona terlihat seperti kehilangan identitas. Dia bukan pencetak gol terbanyak, bukan pemberi assist terbanyak—tapi tanpanya, pemain lain tak seefektif biasanya.
Tahun ini, Pedri bermain di posisi baru dan langsung jadi pemain terbaik dunia di peran tersebut. Dia adalah mesin penggerak sistem menyerang Hansi Flick yang membuat Barca begitu menyenangkan untuk ditonton.
Barcelona: Satu Musim, Banyak Jawaban
Jika harus memilih siapa pemain terbaik Barcelona musim ini, maka itu bukan perkara mudah. Ini bukan karena tak ada yang layak, tapi justru karena terlalu banyak yang pantas mendapatkannya. Tim ini kuat karena kolektif, bukan karena satu bintang.
Lewandowski punya angka gol luar biasa. Raphinha bersinar di malam-malam besar. Lamine Yamal tampil dewasa melebihi usianya. Pedri? Ia adalah jiwa tim ini.
Mungkin karena itulah, sulit jika harus memilih satu nama. Bagaimana kalau pilih saja keempat-empatnya?
Sumber: Barca Blaugranes