Indonesia Bisa Simpan Emisi Karbon hingga 1.000 Tahun, Ini Rahasianya

15 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia terus menggalakkan pengembangan teknologi tempat penangkapan dan penyimpanan karbon, atau carbon capture and storage (CCS). Dengan memiliki CCS, Indonesia diklaim bisa memiliki tempat penampungan emisi karbon hingga 1.000 tahun. 

Executive Director Indonesia Carbon Capture and Storage Center (ICCSC), Belladona Troxylon Maulianda, mengatakan Indonesia punya target mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. 

Indonesia disebutnya punya keunggulan seperti tempat penyimpanan emisi di bawah tanah cukup besar, sekitar 600 gigaton (600 ribu ton). Di sisi lain, angka emisi yang keluar per tahunnya mencapai 600 juta ton. 

"Jadi 600 gigaton kalau dibagi dengan 600 juta ton, kita bisa simpan sekitar 1.000 tahun untuk emisi domestik. Tapi kalau kita ingin menyimpan CO2 dari negara-negara tetangga lainnya untuk mendapatkan pendapatan, itu juga dikombinasikan dengan emisi domestik kira-kira kita bisa menyimpan sekitar 200 tahun," terangnya dalam konferensi pers The 3rd Internasional & Indonesia CCS Forum 2025 di Pullman Thamrin, Jakarta, Senin (21/4/2025).

Belladona mengutarakan, CCS tersebut lantas dimanfaatkan secara ekonomi untuk mendapatkan fee dari negara luar untuk menyimpan CO2 di Indonesia. Tak hanya pemasukan, lapangan kerja baru juga bakal tersedia lantaran industri CCS pun butuh pembangunan infrastruktur.  

"Tenaga-tenaga ahli lapangan pekerjaannya itu bisa sekitar 170 ribu lapangan pekerjaan setahunnya. Mulai dari sektor konstruksi, teknik hingga pengawasannya," imbuh dia. 

Berkontribusi terhadap PDB

Alhasil, penciptaan CCS bakal turut berkontribusi terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sekitar 0,8-1 persen. Saat ini, ia menyebut sudah ada tiga proyek yang masuk untuk memulainya di 2030, dengan nilai investasi USD 38 miliar.  

"Itu salah satu investasinya adalah dari Exxon, untuk menginvestasikan atau membangun pabrik petrokimia yang dari hari pertamanya sudah langsung diintegrasikan dengan CCS. Jadi bisa dibilang emisi yang dihasilkan nanti langsung di CCS sekarang," dia menambahkan.

Untuk itu, Belladona menekankan, The 3rd Internasional & Indonesia CCS Forum 2025 bukan hanya bersifat seremonial, tapi juga sebagai penegasan bahwa Indonesia benar-benar berkomitmen untuk jadi pemimpin dalam pengembangan CCS. 

"Tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di regional, Asia Pasifik, dan juga internasional. Jadi kalau kita akan melakukan CCS dalam waktu dekat, di tahun 2030 atau lebih cepat, kita akan menjadi negara developing pertama yang melakukan CCS," tuturnya.

Lewati Target, Anak Usaha Pertamina Tekan Emisi Karbon 51.09 Ribu Ton pada 2024

Sebelumnya, PT Pertamina International Shipping (PIS) berhasil mereduksi emisi karbon sebesar 51,09 ribu ton CO₂e sepanjang 2024, capaian ini mewujudkan komitmen sebagai pelopor bisnis logistik laut berkelanjutan.

Direktur Perencanaan Bisnis PIS Eka Suhendra mengatakan, capaian dekarbonisasi pada 2024 melampaui 146,4 persen dari target 34,89 ribu ton yang dipatok pada tahun 2024. Keberhasilan ini merupakan hasil dari 111 program reduksi emisi yang digencarkan PIS. Kontribusi terbesar berasal dari optimasi kecepatan kapal MT Pertamina Pride, MT PNS Serena, dan MT Quantum Harmony.

“Kami bertekad terus mendorong transformasi menuju bisnis logistik energi yang lebih hijau dan efisien. Capaian dekarbonisasi yang melampaui target menjadi penyemangat PIS dalam mendukung transisi energi nasional sekaligus memperkuat daya saing perusahaan,” kata Eka, Senin (14/4/2025).

Keberhasilan ini juga mendorong PIS untuk menetapkan target reduksi emisi yang lebih ambisius pada 2025, yakni sebesar 45.213 ton CO₂e. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan dalam mendukung agenda pemerintah menuju Net Zero Emission.

Salah satu jurus jitu dalam mencapai ambisi dekarbonisasi adalah melalui modernisasi armada, diantaranya dengan kehadiran kapal Very Large Gas Carrier (VLGC) dengan teknologi bahan bakar ganda (dual-fuel) rendah emisi merupakan langkah strategis dari sisi bisnis dan lingkungan.

Kualitas operasional armada PIS juga menunjukkan standar tinggi. Dari 106 kapal milik, 58 kapal mendapatkan skor rata-rata 3,15 dari skala 5 pada Ship Inspection Report (SIRE) yang merupakan standar internasional wajib dipenuhi untuk beroperasi di perairan regional dan internasional. Selain itu, PIS mencatat rekor zero fatality bagi awak kapal dan lebih dari 40,5 juta jam kerja aman.

Transformasi Bisnis Hijau

Capaian ini menjadi bukti keberhasilan transformasi bisnis hijau dan budaya kerja yang mengedepankan keselamatan serta kesejahteraan kru.

PIS juga telah mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan di terminalnya. Terminal Tanjung Sekong merupakan salah satu terminal yang telah mengimplementasikan teknologi otomatisasi dan penggunaan listrik tenaga surya sebagai bagian dari operasional terminal hijau yang terintegrasi.

Seluruh upaya dekarbonisasi PIS mendapatkan apresiasi dari MSCI melalui pemberian skor BBB dalam rating ESG, MSCI sendiri merupakan acuan utama di tingkat global untuk menilai perusahaan menerapkan prinsip keberlanjutan dalam aktivitas bisnis. Ini menjadikan PIS perusahaan dengan skor ESG tertinggi di sektor pelayaran nasional saat ini.

“Dengan berbagai capaian tersebut, PIS akan terus menjaga kelancaran distribusi energi nasional, serta menegaskan posisi sebagai pemain global yang mengedepankan keberlanjutan dan teknologi hijau dalam industri logistik energi,” ujar Eka.

Read Entire Article
Bisnis | Football |