Liputan6.com, Jakarta Inter Miami tampak seperti tim dengan dua wajah ketika Lionel Messi memegang kendali permainan. Di satu sisi, kejeniusannya membuka peluang serangan; di sisi lain, struktur tim langsung kacau begitu ia turun ke lini tengah.
Laga kontra Al Ahly di Club World Cup memperlihatkan betapa Miami kesulitan menyeimbangkan kreativitas Messi dan stabilitas defensif. Javier Mascherano belum menemukan formula tepat untuk memaksimalkan sang bintang tanpa mengorbankan organisasi tim.
Masalah ini bisa jadi ancaman serius jika tak segera diatasi, terutama saat Miami menghadapi lawan lebih kuat seperti Porto di matchday berikutnya.
Messi: Magnet Serangan sekaligus Lubang Defensif
Lionel Messi bukan sekadar pemain terbaik di Inter Miami, ia adalah pusat gravitasi tim. Setiap kali ia bergerak, rekan setim secara otomatis menyesuaikan posisi, seringkali mengabaikan prinsip taktical dasar.
Dalam sistem Mascherano yang mengandalkan full-back tinggi dan sayap menyempit, Messi yang turun ke tengah meninggalkan ruang kosong besar. Al Ahly memanfaatkan ini dengan serangan balik cepat, mengekspos ketidakmampuan Sergio Busquets dan Federico Redondo menutup ruang.
Contoh nyata terjadi menit ke-16 saat umpan satu-dua Messi gagal. Al Ahly langsung membangun serangan 3 lawan 2, menunjukkan betapa Miami tak punya rest defence yang solid.
Masalah Transisi: Miami Terlalu Mudah Diterobos
Mascherano mengakui kelemahan timnya dalam transisi. "Kami kehilangan bola dan tidak terorganisir untuk menghentikan serangan balik," ujarnya usai babak pertama.
Pola ini terulang terus-menerus. Ketika Messi mencoba umpan-umpan berisiko tinggi dari zona dalam, Miami kerap kehilangan penguasaan bola. Al Ahly pun dengan mudah melancarkan serangan balik melalui lorong tengah yang tak terjaga.
Salah satu momen kritis terjadi menit ke-24. Messi merangsek ke sayap kanan, memaksa Ian Fray naik dan meninggalkan ruang belakang. Begitu bola direbut, Al Ahly langsung menusuk melalui celah yang ditinggalkan.
Perubahan Taktikal Mascherano yang Belum Cukup
Mascherano mencoba memperbaiki situasi dengan mengganti Tomas Aviles di babak kedua. Marcelo Weigandt masuk, sementara Fray dipindah sebagai bek tengah. Perubahan ini sedikit meningkatkan soliditas, tapi Miami tetap kesulitan menciptakan peluang.
Messi sempat mengurangi intensitas turun ke tengah di awal babak kedua. Namun, begitu ia kembali mengambil peran lebih dalam, ancaman serangan balik Al Ahly langsung muncul kembali.
Tanpa penyesuaian taktikal lebih mendalam, ketergantungan pada Messi bisa jadi bumerang, terutama melawan tim seperti Porto yang lebih tajam dalam transisi.