Liputan6.com, Jakarta PSG membuat kejutan besar di final Liga Champions 2024/2025. Bukan hanya tentang kemenangan 5-0 atas Inter Milan, PSG juga membuat kejutan saat langsung membuat bola kick-off atau sepak mula permainan.
PSG juara Liga Champions lewat performa yang paripurna di final. PSG sangat tajam di kini depan, dominan di tengah, dan membuat Inter Milan tidak melepas banyak ancaman ke gawang Gianluigi Donnarumma.
PSG sudah sukses bikin para fans, komentator, dan bahkan pemain Inter Milan garuk-garuk kepala. Bayangkan, Ousmane Dembele berdiri di depan bola saat kick-off, seperti siap melakukan umpan pendek. Tapi mendadak, dia malah menjauh.
Yang menggantikan? Vitinha. Tanpa banyak basa-basi, gelandang Portugal itu langsung menendang bola jauh ke area pertahanan Inter Milan. Nggak ada pemain PSG yang ngejar. Bola keluar lapangan. Hasilnya? Inter dapat lemparan ke dalam.
Tapi ternyata, semua itu bukan tanpa alasan. PSG lagi main taktik. Simak ulasan lebih lengkapnya di bawah ini.
Ini Bukan Blunder, Tapi Jebakan!
Lewat kanal YouTube Football TacticDive, akhirnya terkuak alasan di balik aksi kick-off 'ngaco' PSG ini. Ternyata, Luis Enrique dan tim pelatih sudah merancang skema tersebut sejak lama. Bahkan, mereka beberapa kali melakukannya di Liga Champions musim ini.
Gaya kick-off ala PSG ini mirip kayak drop-kick di rugby. Tujuannya bukan langsung mencetak gol, tapi memaksa lawan menguasai bola di area yang sempit dan tidak nyaman, tepatnya di sepertiga akhir wilayah mereka sendiri.
Dengan memberikan lemparan ke dalam kepada lawan jauh dari gawang PSG, mereka menciptakan situasi yang ideal untuk memulai high press. PSG bukan pertama kali memakai taktik kick-off aneh itu. Pada duel lawan Arsenal, PSG melakukan hal yang sama.
Lemparan ke Dalam Itu Lemah, Bung!
Kenapa PSG sengaja membuat Inter dapat lemparan ke dalam di wilayah mereka sendiri? Jawabannya simpel: itu titik lemah yang tersembunyi.
Lemparan ke dalam jauh lebih rumit ketimbang operan biasa. Bola tidak bisa digulirkan, pergerakan terbatas, sudut sempit, dan tempo jadi lambat. Pemain juga sering membelakangi tekanan. Nah, PSG memanfaatkan semua itu.
Begitu Inter melakukan lemparan, PSG langsung aktifkan mode pressing total. Lima pemain langsung menekan agresif. Targetnya jelas: curi bola sedekat mungkin dengan gawang lawan. Dan kalau berhasil? Bisa langsung jadi peluang emas.
"Tekan, batasi mereka. Buat mereka mengambil risiko pertama," kata analis Sky Sports, Adam Bate.