Kunjungi Kilang DSLNG, Tanzania Belajar Pengelolaan LNG

1 month ago 10

Liputan6.com, Jakarta PT Donggi-Senoro LNG (DSLNG) kembali menerima kunjungan Delegasi Pemerintah Republik Tanzania di fasilitas Kilang DSLNG, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Kali ini, delegasi terdiri dari tim Kementerian Energi Tanzania, Tanzania Petroleum Development Corporation (TPDC), dan mitra dari Japan International Cooperation Agency (JICA), bersama-sama dengan perwakilan dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, setelah kunjungan perdana Delegasi Government Negotiating Team (GNT) Republik Tanzania pada Desember 2024 lalu.

Delegasi Pemerintah Republik Tanzania yang dipimpin oleh Senior Engineer Petroleum Department dari Kementerian Energi Tanzania, Philemon Meddah, diterima langsung oleh Operation Director DSLNG, Betantyo Madyantoro, bersama jajaran manajemen DSLNG.

Kehadiran kembali Delegasi Pemerintah Tanzania ini menunjukkan bahwa kunjungan pertama mereka telah memberikan kesan positif dan bermanfaat dalam upaya mereka mendalami pengelolaan dan pemanfaatan LNG.

Dalam kunjungan kali ini, diskusi kembali difokuskan pada aspek teknis pengelolaan kilang LNG, aspek keselamatan dan kesehatan kerja bagi keandalan operasi kilang, pengelolaan lingkungan hidup, dan keterlibatan masyarakat yang diterapkan oleh DSLNG.

“Pengalaman kami di kunjungan sebelumnya sangat mengesankan. Kami sangat berterima kasih untuk sambutannya yang selalu hangat. Kami belajar banyak dari DSLNG yang sudah terdepan dalam pengelolaan LNG,” ujar Philemon Meddah dalam sambutannya.

Kunjungan Lanjutan

Operation Director DSLNG, Betantyo Madyantoro, menyambut baik kunjungan lanjutan ini. “Kami merasa terhormat menerima kunjungan kedua dari Delegasi Pemerintah Republik Tanzania. Ini menunjukkan bahwa model pengelolaan LNG di DSLNG dapat menjadi referensi internasional. Semoga kunjungan ini terus memperkuat hubungan baik antara kedua negara, khususnya di sektor energi,” ungkapnya.

Sebagai salah satu negara di kawasan Afrika Timur, Tanzania tengah mempersiapkan pengembangan proyek LNG berdasarkan cadangan gas alam yang ditemukan di wilayah mereka dalam beberapa tahun terakhir.

Pemerintah Republik Tanzania terus melakukan studi ke berbagai negara untuk mendalami model pengelolaan LNG, dan kunjungan ke Kilang DSLNG yang dikembangkan dengan skema terpisah antara hulu dan hilir pertama di Indonesia menjadi bagian penting dari agenda strategis tersebut. Kunjungan lanjutan ini semakin memposisikan DSLNG sebagai mitra pembelajaran internasional yang diakui dalam pengelolaan energi berkelanjutan yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. 

Capaian Potensi Migas Capai 151% per Juni 2025

Sebelumnya, upaya untuk memastikan keberlanjutan industri hulu minyak dan gas (migas) terus dilakukan pemerintah melalui peningkatan potensi cadangan migas atau contingent resource—yakni sumber daya yang secara teknis bisa diproduksi, tetapi belum memenuhi aspek keekonomian.

Pemerintah telah menetapkan target contingent resource sebesar 650 juta barel setara minyak (MMBOE) untuk tahun 2025. Namun, hingga akhir Juni 2025, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat capaian sudah mencapai 919 MMBOE atau 151,9% dari target.

Jika tren ini berlanjut, SKK Migas memperkirakan total capaian hingga akhir Desember 2025 bisa mencapai 1.143 MMBOE, atau sekitar 189% dari target tahunan.

Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Rikky Rahmat Firdaus, menyatakan bahwa pencapaian ini menunjukkan potensi migas nasional masih sangat menjanjikan.

“Tingginya capaian contingent resource menunjukkan bahwa secara potensi, sumber daya migas di Indonesia masih menjanjikan,” ujarnya jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (25/7/2025).

Menurut Rikky, semakin besar volume contingent resource yang diperoleh tiap tahun, semakin besar pula peluang untuk mengonversinya menjadi cadangan migas yang bisa diproduksi di masa depan.

Oleh karena itu, sejak 2024, pemerintah telah menetapkan contingent resource sebagai salah satu indikator kinerja utama (key performance indicator/KPI) dalam industri hulu migas, yang melengkapi KPI reserve replacement ratio (RRR).

Ketika sebuah contingent resource masuk ke tahap plan of development (POD), maka statusnya sudah menjadi komersial dan berpotensi meningkatkan RRR.

Tantangan Ubah Potensi Jadi Cadangan Migas

Salah satu strategi SKK Migas untuk mempercepat proses ini adalah dengan mendorong struktur undeveloped discovery menjadi status eksplorasi (PSE). Dari 279 struktur yang belum dikembangkan, sebanyak 83 struktur telah berstatus PSE dengan potensi 216 juta barel minyak dan 3,8 triliun kaki kubik (TCF) gas. Sementara itu, 196 struktur lainnya belum PSE dan masih menyimpan potensi 1.125 juta barel minyak dan 8,3 TCF gas.

Namun, tantangan utama dalam mengubah potensi menjadi cadangan adalah aspek keekonomian. Banyak potensi migas yang berada di lapangan marginal atau wilayah terpencil (stranded area) yang belum memiliki infrastruktur penunjang. Untuk itu, SKK Migas terus mendorong solusi komersialisasi seperti transportasi via truk (trucking), pembangunan mini LNG/LPG, hingga optimalisasi aset hulu migas yang ada.

“Kami bersyukur pemerintah memberikan dukungan penuh, baik melalui insentif fiskal maupun nonfiskal, untuk menjadikan lapangan-lapangan yang tadinya kurang ekonomis menjadi layak dikembangkan,” ujar Rikky.

Read Entire Article
Bisnis | Football |