Liputan6.com, Jakarta El Clasico selalu menjadi pertarungan sengit di atas lapangan, tapi ada rivalitas lain antara Barcelona dan Real Madrid yang tersaji jauh dari sorotan publik. Di balik sorak-sorai Camp Nou dan Santiago Bernabeu, ada dua akademi yang mencetak para talenta: La Masia dan La Fabrica.
La Masia milik Barcelona sering dianggap sebagai barometer utama kesuksesan pembinaan pemain muda. Sementara itu, La Fabrica milik Real Madrid dikenal lebih lihai dalam urusan bisnis pemain, tapi tak selalu menghasilkan pemain inti bagi tim utama.
Perdebatan soal siapa yang lebih unggul kerap muncul. Namun, jika menilik kontribusi nyata di level tertinggi, statistik terbaru menunjukkan La Masia masih memimpin jauh.
La Masia: Jantung Barcelona yang Terus Berdetak
Barcelona memilih jalan berbeda dalam mengelola akademinya: bukan menjual, melainkan mempercayakan masa depan klub pada para lulusan mudanya. Pilihan ini makin terasa saat generasi baru seperti Lamine Yamal, Gavi, Alejandro Balde, hingga Pau Cubarsi mulai mengisi starting XI.
Pelatih anyar Hansi Flick pun tanpa ragu menempatkan setidaknya enam lulusan La Masia sebagai starter reguler di musim 2024/2025 kemarin. Tak hanya jadi pelengkap, mereka adalah elemen penting dalam proses pembangunan ulang Blaugrana.
Secara kolektif, lulusan akademi ini telah mencetak 29 gol untuk Barcelona musim lalu—angka yang jadi bukti konkret betapa besar pengaruh La Masia dalam tim utama.
Statistik Bicara: Dominasi La Masia di La Liga
Menurut laporan SPORT, 53 pemain jebolan La Masia tampil di La Liga musim lalu, jauh mengungguli 30 pemain dari La Fabrica. Dari jumlah itu, 20 alumni akademi Barcelona sempat menjadi starter minimal satu kali, berbanding hanya 14 dari akademi Madrid.
Dalam hal produktivitas, perbedaan semakin kentara. Para mantan pemain La Masia mencetak total 79 gol di La Liga musim lalu, sedangkan jebolan La Fabrica hanya mencatatkan 33 gol.
Ini menegaskan satu hal penting: kontribusi alumni La Masia tidak hanya lebih banyak secara kuantitas, tapi juga kualitas. Mereka benar-benar berpengaruh di lapangan, baik di Barcelona maupun klub-klub lain di kasta tertinggi.
Jangkauan Luas: Jejak La Masia di Seluruh Negeri
Para pemain didikan La Masia tersebar di berbagai klub La Liga. Real Betis misalnya, memiliki empat mantan anak asuh akademi Barcelona: Marc Bartra, Marc Roca, Rodri Sanchez, dan Sergi Altimira.
Begitu pula klub-klub seperti Atletico Madrid (Nahuel Molina), Celta Vigo (Oscar Mingueza, Ilaix Moriba), Villarreal (Ilias Akhomach, Arnau Sola), hingga Girona yang dihuni Oriol Romeu dan Abel Ruiz. Bahkan di Sevilla, Valencia, Rayo Vallecano, dan Real Sociedad, nama-nama seperti Dani Olmo, Take Kubo, dan Sergio Gomez ikut meramaikan daftar.
Tidak ketinggalan Espanyol—salah satu rival terdekat Barcelona—juga dihuni oleh mantan La Masia seperti Javi Puado, Antonio Roca, dan Sergi Gomez. Ini menunjukkan bahwa jangkauan La Masia begitu luas di kompetisi domestik.
La Fabrica: Lebih Untung, tapi Kurang Berdampak
Real Madrid memang punya keunggulan dalam hal komersialisasi pemain akademinya. Mereka lebih sering menjual lulusan La Fabrica ke klub lain dan mengantongi keuntungan besar. Salah satu contoh sukses adalah transfer Achraf Hakimi yang bernilai tinggi.
Namun, keuntungan finansial ini belum sebanding dengan dampak para alumninya di lapangan. Saat ini, hanya dua pemain dari La Fabrica yang jadi starter tetap di tim utama Madrid, sangat kontras dengan enam pemain dari La Masia di Barcelona.
Dari sisi kontribusi gol pun jebolan La Fabrica hanya mencetak enam gol untuk Real Madrid musim lalu. Ini jadi catatan penting bahwa meski akademi menghasilkan banyak pemain potensial, tak banyak yang benar-benar bertahan di skuad utama.
Sumber: SPORT, Barca Universal