Liputan6.com, Jakarta Harga emas naik ke level tertinggi dalam dua minggu pada hari Kamis (Jumat waktu Jakarta), didorong oleh permintaan aset safe haven setelah tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai berlaku dan data pekerjaan AS menambah ekspektasi penurunan suku bunga.
Dikutip dari CNBC, Jumat (8/8/2025), harga emas dunia di pasar spot naik 0,5% menjadi USD 3.385,07 per ons, setelah mencapai level tertinggi sejak 23 Juli di awal sesi perdagangan. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,6% menjadi USD 3.452,6.
“Ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung, dan meningkatnya ketegangan geopolitik terus menopang pasar dengan minat terhadap aset safe haven,” kata Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam Senior Zaner Metals, Peter Grant.
Tarif lebih tinggi yang diberlakukan Trump terhadap impor dari sejumlah negara mulai berlaku pada hari Kamis, membuat beberapa mitra dagang seperti Swiss, Brasil, dan India berebut untuk mencapai kesepakatan yang lebih baik.
Sementara itu, jumlah warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran naik ke titik tertinggi dalam satu bulan minggu lalu, mengisyaratkan adanya pelonggaran di pasar tenaga kerja AS.
Data tersebut mendukung meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. “Jika data (AS) terus menunjukkan pelemahan, kita bisa melihat ekspektasi yang lebih dovish berkembang dan hal tersebut secara umum juga mendukung emas," ungkap Grant.
Harga Emas Terus Naik
Emas, yang digunakan sebagai alat penyimpan nilai selama ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, juga cenderung berkembang dalam lingkungan suku bunga rendah.
Minggu lalu, data penggajian AS yang lebih lemah meningkatkan taruhan pemotongan suku bunga, dengan pasar sekarang memperkirakan lebih dari 91% peluang pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan depan, menurut Alat FedWatch CME Group.
Tiga pejabat The Fed membunyikan peringatan akan melemahnya pasar tenaga kerja AS, dengan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari pada hari Rabu mengatakan bahwa pemotongan suku bunga sebesar dua perempat poin persentase pada akhir tahun adalah wajar.
Sementara itu, harga perak naik 0,7% menjadi USD 38,13 per ons, tertinggi sejak 25 Juli. Harga platinum datar pada USD 1.333,81 dan harga paladium naik 1,4% menjadi USD 1.148,29.
Emas Dilirik Lagi di Tengah Ancaman Stagflasi dan Ketegangan Global
Sebelumnnya, harga emas dunia sempat melemah tipis pada perdagangan sesi Amerika Utara, turun 0,23% ke kisaran USD 3.372 per troy ons. Pelemahan ini dipicu oleh kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS serta aksi ambil untung dari investor.
Analis Senior Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, tekanan harga emas juga dipengaruhi kabar bahwa Presiden AS Donald Trump berencana menunjuk pengganti Gubernur The Fed Adriana Kugler pada akhir tahun. Kabar ini memunculkan spekulasi baru tentang arah kebijakan moneter AS ke depan.
Memasuki perdagangan Kamis pagi (7/8/2025), harga emas stabil di sekitar USD 3.380. Namun, yield obligasi AS tenor 10 tahun yang melonjak ke 4,24% menjadi hambatan signifikan.
"Emas sebagai aset tanpa imbal hasil cenderung tertekan saat yield obligasi meningkat tajam," kata Andy dalam keterangan tertulis, Kamis (7/8/2025).
Di sisi lain, laporan PMI Jasa ISM AS yang lebih lemah dari ekspektasi pasar memberi sedikit dukungan bagi emas. Indeks PMI turun dari 50,8 ke 50,1, berlawanan dengan proyeksi kenaikan ke 51,5.
Selain itu, sektor ketenagakerjaan mencatat kontraksi dan indeks harga naik ke level tertinggi sejak Oktober 2022—mengindikasikan gejala stagflasi. Kondisi ini membuat investor kembali memburu emas sebagai aset lindung nilai.
Analisis Teknikal Masih Beri Sinyal Bullish
Andy menyebut tren jangka pendek emas masih cenderung naik. "Selama harga bertahan di atas support USD 3.365, peluang menguji resistance di sekitar USD 3.400 masih terbuka," ujarnya. Pola candlestick harian dan indikator Moving Average turut mendukung tren penguatan ini.
Dari sisi fundamental, pasar masih mencermati ketidakpastian kebijakan dagang Trump terhadap Uni Eropa. Trump kembali melontarkan ancaman tarif 35% jika UE tidak memenuhi komitmen investasi di AS. Ketegangan geopolitik juga meningkat, terutama terkait sanksi baru terhadap Rusia jika belum tercapai kesepakatan gencatan senjata hingga Jumat.
Bank investasi Citi turut memperkuat sentimen positif terhadap emas dengan menaikkan proyeksi harga tiga bulan ke depan ke USD 3.500 per troy ons. Kenaikan ini didasarkan pada kekhawatiran inflasi akibat kebijakan tarif dan potensi pelemahan dolar AS.
Andy sepakat, dengan catatan tidak ada tekanan makroekonomi besar, maka emas punya peluang besar menembus level USD 3.400 dalam waktu dekat.