Marak Rojali-Rohana, Apa Benar Pengunjung Mal Jarang Beli?

1 day ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Rombongan jarang beli dan rombongan hanya nanya atau Rojali dan Rohana disebut jadi fenomena kekinian masyarakat yang jalan-jalan di mal. Apa benar, pengunjung mal cenderung jarang beli barang?

Pantauan Liputan6.com di mal Senayan City, Selasa (29/7/2025) petang, nampak arus pengunjung cukup banyak berseliweran. Antrean kendaraan untuk naik-turun pengunjung mal pun cukup mengular dan silih bergantian.

Beberapa toko dalam mal memang terlihat tanpa pengunjung, atau hanya satu-dua orang yang sedang melihat-lihat barang. Beberapa lainnya, menunjukkan pengunjung yang lebih banyak. Menariknya, kafe penjual kopi nampak lebih ramai dari toko-toko baju dan fesyen.

Salah satu pengunjung mal, Meri mengaku kerap sengaja untuk datang ke pusat perbelanjaan untuk sekadar beli kopi dan jalan-jalan. 

"Enggak harus beli barang juga, kadang cuma buat makan saja atau jajan kopi," kata Meri, saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (29/7/2025).

Senada, pengunjung lainnya, Sinta mengaku sering melihat-lihat barang di mal. Namun, menanggapi fenomena Rojali dan Rohana, dia memandang barang yang menarik cukup dilihat dari jauh saja.

"Jika memang lagi bete ya gak papa juga sih lihat-lihat barang tanpa beli, tapi kalau saya pribadi, kalau lihat-lihat barang ya udah, lihat-lihat dari jauh aja, gak sampai melihat yang gimana gitu," tuturnya.

Daya Beli Melemah?

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta W. Kamdani, menyoroti fenomena "Rojali" atau rombongan jarang beli dan "Rohana" atau rombongan hanya nanya, yang marak terjadi di pusat-pusat perbelanjaan. Ia menilai tren ini mencerminkan penurunan nyata pada daya beli masyarakat.

Menurut Shinta, dari sudut pandang pelaku ritel, tren tersebut menunjukkan adanya pergeseran perilaku konsumen akibat melemahnya permintaan (demand).

"Kalau kita kaitkan dengan demand, rojali dan rohana itu konsepnya lebih ke daya beli, di ritel sendiri mereka merasakan pelaku-pelaku ritel kami bahwa adanya penurunan demand itu terasa sekali, makannya ada orang yang lebih banyak jalan-jalan," kata Shinta saat ditemui di kantor APINDO, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

Lebih Baik Daripada Kosong

Meski begitu, ia melihat sisi positif dari fenomena ini. Dia menuturkan, lebih baik masyarakat masih datang ke pusat perbelanjaan, dibandingkan pusat perbelanjaan yang benar-benar sepi pengunjung.

Shinta menegaskan bahwa ini merupakan momentum penting bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk bekerja sama meningkatkan kembali daya beli masyarakat, terutama menjelang momen-momen belanja nasional.

"Kami pikir konsep itu lebih baik dibandingkan kosong sama sekali," ujarnya.

Perlu Insentif

Lebih lanjut, kata Shinta, APINDO mendorong agar pemerintah hadir dengan kebijakan yang dapat mendorong konsumsi masyarakat. Salah satu bentuk bantuan yang diharapkan adalah pemberian insentif untuk meningkatkan permintaan melalui program diskon maupun stimulus fiskal.

"Sekarang bagaimana pemerintah bisa membantu boost untuk insentif daya beli dan demand ini. Ini yang mungkin dibantu dengan diskon-diskon dan lain-lain, apakah ini bisa bantu, kita mesti lihat," ujarnya.

Berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini diakui cukup membantu, namun Shinta menegaskan perlunya langkah-langkah lanjutan dan berkelanjutan agar efek yang ditimbulkan lebih terasa. Pemerintah diharapkan dapat hadir secara aktif memberikan dukungan kebijakan yang berpihak pada pemulihan konsumsi.

Read Entire Article
Bisnis | Football |