Liputan6.com, Jakarta Harga emas dunia kembali mengalami fluktuasi tajam sepanjang pekan ini, dipicu rumor tarif impor emas batangan dari Swiss oleh Amerika Serikat. Meski kabar tersebut akhirnya dibantah Gedung Putih, harga emas spot tetap bertahan di sekitar USD3.400 per ons, mendekati rekor tertinggi.
Dikutip dari Kitco.com, Minggu (10/8/2025), harga emas dunia di pasar spot memulai perdagangan awal pekan di level USD3.360,52 dan sempat turun ke USD3.345 pada Minggu malam, sebelum melonjak ke USD3.383 pada Senin pagi waktu Amerika Utara.
Namun, upaya mempertahankan level USD3.380 gagal pada malam harinya, memicu koreksi ke titik terendah mingguan di USD3.350 pada Selasa pagi (5/8).
Dari titik itu, harga kembali menguat hingga USD3.390 sebelum kembali terkoreksi ke USD3.360 pada Rabu pagi. Dorongan signifikan datang dari pasar Asia dan Eropa pada Rabu malam, membawa harga ke USD3.396 per ons.
Kamis sore (7/8) laporan soal tarif impor emas dari Swiss membuat harga emas menembus resistance USD3.400. Meskipun kabar tersebut dibantah keesokan harinya, harga tetap bertahan di kisaran puncak hingga akhir pekan.
Analis: Sentimen Bullish Tetap Kuat
Survei Mingguan Emas Kitco News menunjukkan sentimen bullish kembali dominan di kalangan analis maupun investor ritel. Dari 10 analis Wall Street, 60% memprediksi harga emas akan naik pekan depan, 10% memprediksi turun, dan 30% memperkirakan bergerak sideways.
Sementara itu, 69% investor ritel juga memproyeksikan kenaikan harga. Analis Senior Barchart.com Darin Newsom, mengatakan harga emas masih punya ruang untuk naik. James Stanley dari Forex.com menilai level USD3.435 menjadi kunci setelah beberapa kali diuji pada bulan-bulan sebelumnya, dan target besar berikutnya berada di USD3.500.
Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen, mengingatkan bahwa sinyal breakout sejati akan terlihat di pasar spot, bukan dari kontrak berjangka COMEX yang saat ini memiliki selisih premium lebih dari USD100 terhadap harga spot London. Ia menilai level USD3.450 adalah batas penting yang harus ditembus untuk mengubah tren harga.
Sementara itu, Rich Checkan dari Asset Strategies International memilih bersikap hati-hati, menunggu kejelasan lanjutan dari isu tarif emas Swiss sebelum memprediksi arah harga selanjutnya.
Prospek Harga Emas Pekan Depan
Co-Director Commercial Hedging Walsh Trading, Sean Lusk, menilai pasar emas sudah siap untuk pergerakan besar, baik naik maupun turun. Ia memperingatkan bahwa penurunan signifikan di bawah USD3.400 bisa memicu aksi jual hingga USD3.280. Namun jika reli berlanjut, target berikutnya adalah USD3.690–USD3.697.
Lusk memperkirakan angka inflasi pekan depan tidak akan mengubah ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga September, yang ia prediksi bisa mencapai 50 basis poin.
Ia juga menilai pemangkasan seperempat poin tidak akan cukup memberi dampak signifikan pada ekonomi. Menurutnya, ketidakpastian global, komposisi baru anggota The Fed yang cenderung dovish, dan kondisi pasar tenaga kerja AS akan menjadi faktor penentu arah harga emas dalam waktu dekat.
Di sisi lain, potensi penguatan dolar AS dan meredanya ketegangan geopolitik dapat menjadi faktor penekan harga, apalagi pasar saat ini dinilai sudah berada di wilayah overbought.