Liputan6.com, Jakarta - CEO Meta Platforms, Mark Zuckerberg, tengah mengahdapi pengadilan persaingan antimonopoli di Washington Amerika Serikat (AS) mulai Senin, 14 April 2025. Sidang ini kemungkinan akan berlangsung selama berbulan-bulan.
Federal Trade Commission (FTC) atau Komisi Perdagangan Federal menuding Meta Platforms telah habiskan miliaran dolar AS untuk mengakuisisi Instagram dan WhatsApp, dengan tujuan untuk memenangkan persaingan dari kompetitor-kompetitor Facebook.
Sebagai lembaga yang memberikan perlindungan kepada konsumen, FTC tengah berupaya memaksa Meta yang dimiliki oleh Mark Zuckerberg untuk merestrukturisasi dengan cara menjual Instagram dan WhatsApp.
Untuk diketahui, Meta adalah perusahaFacebook, Instagram, dan WhatsApp.an induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
Dalam sidang tersebut, pengacara FTC menuduh Meta secara tidak sah menghancurkan pesaing dengan membeli Instagram dan WhatsApp lebih dari satu dekade lalu.
"Mereka memutuskan bahwa persaingan terlalu ketat dan akan lebih mudah untuk membeli pesaing mereka daripada bersaing dengan mereka," kata pengacara FTC Daniel Matheson, dikutip dari BBC, Rabu (16/4/2025).
Meta membantah bahwa gugatan dari FTC, yang meninjau dan menyetujui akuisisi tersebut, "salah arah."
Meta "acquired Instagram and WhatsApp to improve and grow them alongside Facebook," the company's attorney Mark Hansen argued.291 / 5.000
"Mengakuisisi Instagram dan WhatsApp untuk meningkatkan dan mengembangkannya bersama Facebook," kata pengacara Meta Mark Hansen.
Kemenangan FTC dapat memaksa CEO Mark Zuckerberg membubarkan perusahaan.
Itu dapat mencakup pemisahan aplikasi berbagi foto Instagram dan layanan pesan WhatsApp.
Mark Zuckerberg: dari Harvard hingga Metaverse
Mark Elliot Zuckerberg, lahir di White Plains, New York pada 14 Mei 1984, telah menjelma menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia teknologi. Siapa yang menyangka, pemuda berlatar belakang keluarga Yahudi ini akan menciptakan platform media sosial raksasa yang mengubah cara kita berinteraksi dan mengakses informasi? Perjalanan Zuckerberg dimulai di Harvard University, di mana ia bersama teman-temannya mendirikan Facebook pada Februari 2004, sebuah ide cemerlang yang mengubah dunia.
Dari sebuah situs jejaring sosial kampus, Facebook berkembang pesat hingga mendunia. Zuckerberg memimpin perusahaan tersebut melalui berbagai tantangan, hingga menjadikannya platform media sosial paling berpengaruh saat ini. Perkembangan ini tidak lepas dari strategi dan visi Zuckerberg yang luar biasa. Namun, kesuksesan ini juga diiringi kontroversi yang tak pernah berhenti.
Pada Oktober 2021, Facebook berganti nama menjadi Meta Platforms, menandai babak baru dalam perjalanan Zuckerberg. Perubahan nama ini mencerminkan fokus perusahaan pada pengembangan metaverse, sebuah dunia virtual terintegrasi yang diyakini Zuckerberg sebagai masa depan internet. Langkah ini menunjukkan ambisi besar Zuckerberg dalam memimpin revolusi teknologi berikutnya.
Dari Kampus Harvard hingga Puncak Dunia Teknologi
Zuckerberg, yang pernah menjadi kapten tim anggar di Phillips Exeter Academy, menunjukkan jiwa kepemimpinan sejak muda. Setelah menamatkan pendidikan di Harvard, ia fokus mengembangkan Facebook. Bersama Eduardo Saverin, Andrew McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes, ia membangun sebuah platform yang awalnya hanya untuk mahasiswa Harvard, namun kini telah menghubungkan miliaran orang di seluruh dunia.
Kepopuleran Facebook yang meroket dengan cepat tidak lepas dari inovasi dan strategi pemasaran yang tepat. Zuckerberg berhasil menciptakan platform yang mudah digunakan dan sangat interaktif, sehingga menarik minat pengguna dari berbagai kalangan usia dan latar belakang.
Namun, perjalanan Zuckerberg tidak selalu mulus. Ia menghadapi berbagai tantangan, termasuk persaingan ketat dari perusahaan teknologi lain dan kritik terkait kebijakan privasi data pengguna. Meskipun demikian, Zuckerberg berhasil mengatasi berbagai hambatan dan terus memimpin Meta hingga saat ini.
Chan Zuckerberg Initiative: Filantropi di Balik Kesuksesan
Di luar kesuksesannya di dunia bisnis, Zuckerberg juga dikenal sebagai seorang filantropis. Bersama istrinya, Priscilla Chan, ia mendirikan Chan Zuckerberg Initiative (CZI) pada tahun 2015. CZI merupakan organisasi nirlaba yang berfokus pada penyelesaian beberapa tantangan sosial paling sulit di dunia.
CZI memiliki beberapa program unggulan, termasuk di bidang pendidikan, kesehatan, dan pengembangan masyarakat. Organisasi ini berkomitmen untuk memberikan dampak positif yang signifikan bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Melalui CZI, Zuckerberg menunjukkan sisi lain dari dirinya yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat.
Komitmen Zuckerberg dan Chan terhadap filantropi menunjukkan bahwa kesuksesan finansial tidak hanya digunakan untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk berkontribusi bagi kemajuan dunia. CZI menjadi bukti nyata dari dedikasi mereka dalam menciptakan perubahan positif di dunia.
Kontroversi dan Tantangan yang Tak Pernah Berakhir
Meskipun telah mencapai kesuksesan luar biasa, Zuckerberg dan Meta terus menghadapi berbagai kontroversi. Masalah privasi data pengguna, penyebaran informasi yang salah (misinformation), dan pengaruh media sosial terhadap politik dan masyarakat menjadi sorotan utama.
Meta telah dituntut beberapa kali terkait kebijakan privasi dan praktik bisnisnya. Zuckerberg sendiri telah menjadi sasaran kritik dari berbagai kalangan, baik dari akademisi, aktivis, maupun pemerintah. Ia dituduh kurang bertanggung jawab dalam menangani masalah-masalah tersebut.
Zuckerberg dan Meta terus berupaya untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi. Mereka telah melakukan berbagai perubahan dalam kebijakan dan praktik bisnis untuk meningkatkan transparansi dan melindungi privasi pengguna. Namun, kontroversi tersebut tetap menjadi bagian dari warisan Zuckerberg.