Rafael Struick di Timnas Indonesia: Pilar Era Shin Tae-yong, Terpinggirkan Era Patrick Kluivert

3 months ago 18

Liputan6.com, Jakarta Rafael Struick pernah menjadi sosok yang sangat diandalkan di lini depan Timnas Indonesia. Namun, pergantian pelatih dari Shin Tae-yong ke Patrick Kluivert membawa dampak cukup signifikan bagi pemain 22 tahun tersebut.

Nama Struick memang pernah jadi sorotan utama setiap Timnas Indonesia berlaga. Bahkan, pada periode akhir 2023 hingga 2024, eks pemain Brisbane Roar itu jadi pemain yang nyaris tak tergantikan di lini depan Timnas Indonesia.

Bukan hanya di level senior, tapi juga di kelompok usia seperti U-20 dan U-23. Namun, perubahan kursi pelatih kepala dari Shin Tae-yong ke Patrick Kluivert membawa perubahan besar dalam nasib penyerang berdarah Belanda tersebut.

Dari pemain yang langganan masuk dalam starting XI Timas Indonesia, Struick kini jadi penghangat bangku cadangan. Pada laga terbaru Timnas Indonesia, ketika kalah 0-6 dari Jepang, Struick hanya mengisi daftar susunan pemain dan tidak dimainkan sama sekali.

Pilar Serbaguna di Era Shin Tae-yong

Shin Tae-yong mungkin adalah pelatih yang paling memahami karakter dan potensi Rafael Struick. Di tangannya, Struick bukan sekadar penyerang biasa. Ia adalah bagian dari sistem permainan yang kompleks, di mana kecepatan, pressing, dan pergerakan tanpa bola lebih diutamakan ketimbang statistik murni seperti gol dan assist.

Selama berada di bawah asuhan Shin Tae-yong, Struick mencatatkan 22 caps bersama Timnas Indonesia senior. Dari jumlah itu, ia hanya mampu mencetak satu gol dan mencatat dua assist. Secara angka, kontribusinya mungkin tampak biasa saja. Namun, jika menilik lebih dalam, peran Struick sangat strategis.

Ia sering ditempatkan sebagai false nine, second striker, bahkan winger kiri dalam formasi fleksibel. Tugas utamanya adalah mengacaukan struktur pertahanan lawan lewat mobilitas dan agresivitas tinggi. Ia juga kerap membuka ruang untuk rekan satu timnya.

Lebih dari itu, Struick adalah pemain yang loyal terhadap proyek Timnas sejak awal. Ia berkomitmen membela Indonesia di berbagai level, termasuk U-20 dan U-23, meskipun harus meninggalkan kenyamanan sepak bola Eropa.

Perubahan Nasib di Bawah Patrick Kluivert

Namun, dinamika berubah cepat setelah PSSI memutuskan tak melanjutkan kerja sama dengan Shin Tae-yong dan menunjuk Patrick Kluivert sebagai pelatih anyar Timnas Indonesia.

Dalam empat laga pertama bersama Kluivert, Rafael Struick hanya sekali dimainkan. Itu pun hanya tampil selama 45 menit saat Indonesia dibekap Australia. Tiga pertandingan berikutnya, namanya tak masuk dalam rencana utama, bahkan hanya menjadi pemanis bangku cadangan.

Padahal, Struick datang dengan status sebagai salah satu pemain paling sering dipanggil selama dua tahun terakhir. Tapi Kluivert memilih arah berbeda.

Kluivert lebih menyukai komposisi pemain depan yang dinamis, dengan nama-nama seperti Marselino Ferdinan, Ragnar Oratmangoen, dan Egy Maulana Vikri menjadi pilihan utama. Bahkan, Kluivert memberi kesempatan debut kepada Beckham Putra dan memanggil lagi nama lawas Stefano Lilipaly.

Apakah Masih Ada Harapan Bagi Rafael Struick?

Masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa era Rafael Struick di Timnas Indonesia benar-benar telah berakhir. Namun, jelas bahwa peran dan posisi yang ia nikmati selama era Shin Tae-yong kini telah berubah drastis.

Jika ingin kembali merebut tempatnya, Struick harus menunjukkan adaptasi terhadap filosofi baru Kluivert. Ia juga perlu meningkatkan aspek finishing dan kontribusi langsung ke gawang lawan, yang selama ini menjadi titik lemah dalam kariernya bersama Garuda.

Lebih dari itu, Struick perlu mendapatkan klub yang tepat. Struick wajib bermain secara reguler bersama klub barunya nanti agar mendapatkan tingkat kebugaran yang bagus untuk kembali bersaing di Timnas Indonesia.

Read Entire Article
Bisnis | Football |