Rojali dan Rohana Menjamur, Perencana Keuangan: Itu Healing dan Rekreasi

1 day ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini ramai soal fenomena "Rojali" dan "Rohana" yang menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat Indonesia. Kedua istilah ini merujuk pada perubahan signifikan dalam perilaku konsumen, khususnya di pusat perbelanjaan.

Rojali merupakan akronim dari rombongan jarang beli sedangkan Rohana adalah rombongan hanya nanya-nanya. Terkait ramainya fenomena ini, perencana keuangan Andy Nugroho menilai bahwa kehadiran Rojali dan Rohana bukanlah hal baru di masyarakat.

“Fenomena munculnya Rojali dan Rohana ini sebenarnya sudah lama ada, dan merupakan hal yang wajar saja di masyarakat. Saya sebut hal yang wajar karena aktivitas berjalan-jalan dan melihat-lihat barang-barang yang dipajang di tempat perbelanjaan baik itu pasar tradisional maupun mal besar tanpa membeli apapun sudah menjadi aktivitas healing dan bersifat rekreasional,” kata Andy kepada Liputan6.com, Selasa (29/7/2025).

Faktor Penyebab Maraknya Rojali dan Rohana

Menurutnya, tren ini kini menjadi lebih menonjol karena meningkatnya jumlah orang yang melakukannya, di tengah kondisi daya beli masyarakat yang menurun. Di sisi lain, penurunan omzet pedagang turut membuat istilah ini semakin populer.

Andy menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan maraknya Rojali dan Rohana. Selain sebagai bentuk rekreasi, masyarakat saat ini cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka.

“Daya beli masyarakat yang semakin menurun akibat naiknya harga barang-barang kebutuhan sehari-hari, sehingga mereka hanya sekedar melihat-lihat dan cek harga saja. Biasanya baru akan membeli bila harganya memang masuk di budget atau barang tersebut memang benar-benar dibutuhkan atau diinginkan,” ujarnya.

Dampak untuk Pelaku Usaha dan Konsumen

Lebih lanjut, Andy menyebut fenomena ini membawa dampak berbeda bagi pelaku usaha dan konsumen. Menurut Andy, bagi pedagang, tentu saja maraknya Rojali dan Rohana berpengaruh pada penurunan penjualan. Namun dari sisi konsumen, justru bisa berdampak positif karena mereka mampu menahan diri dari pengeluaran yang tidak perlu.

“Bagi para pedagang tentu berakibat menurunnya omset penjualan barang mereka. Bagi para Rojali dan Rohana sendiri sebenarnya efeknya justru bagus, karena berarti mereka bisa mengerem atau menahan diri untuk tidak berbelanja barang-barang yang mungkin sebenarnya kurang mereka butuhkan. Sehingga dana mereka bisa digunakan untuk berbelanja kebutuhan lainnya yang lebih penting,” pungkas Andy.

Read Entire Article
Bisnis | Football |