Liputan6.com, Jakarta Musim 2024/2025 menjadi babak menyakitkan dalam sejarah Inter Milan. Harapan meraih kejayaan di Eropa kembali pupus secara tragis di partai final. Tak butuh waktu lama, sindiran dari sisi merah kota Milan pun datang tanpa ampun.
Curva Sud, yang dikenal tak pernah melewatkan momen untuk menyentil sang tetangga, langsung menyambut kepulangan Inter dari Munich dengan ejekan pedas. Spanduk dengan kalimat sarkastik terbentang di gerbang San Siro: “Nol trofi. Kemarin Istanbul, hari ini Munich, besok semua ke psikolog.”
Sindiran itu bukan kali pertama. Dua tahun lalu, saat Inter kalah dari Manchester City di final Liga Champions, reaksi serupa muncul. Curva Sud tahu betul kapan dan di mana harus tertawa paling keras.
Final Istanbul: Luka yang Belum Sembuh
Final Liga Champions 2023 menjadi momen emosional bagi Inter Milan. Setelah 13 tahun absen dari partai puncak, mereka kembali membawa harapan besar untuk meraih trofi keempat di kompetisi bergengsi ini. Namun, segalanya kandas di tangan Manchester City.
Gol tunggal Rodri pada malam itu meruntuhkan impian Simone Inzaghi dan para pemainnya. Meski berhasil mengamankan Coppa Italia dan Supercoppa Italiana, kegagalan di Istanbul menyisakan luka yang mendalam.
Sementara itu, City menciptakan sejarah. Kemenangan atas Inter melengkapi treble perdana mereka setelah sebelumnya menyapu bersih Premier League dan FA Cup. Ironi pun tercipta—Inter jadi saksi kesuksesan lawan.
Final Munich: Luka yang Lebih Dalam
Dua tahun berselang, Inter kembali mencapai final Liga Champions. Perjalanan mereka sempat terhenti di babak 16 besar musim lalu, tapi musim ini, mereka bangkit dan melaju hingga Allianz Arena, Munich. Namun, hasilnya justru lebih pahit.
Inter bukan hanya kalah, mereka dipermalukan. PSG menghajar mereka 5-0 lewat gol-gol Hakimi, Doue, Kvaratskhelia, dan Mayulu. Inter menelan kekalahan terbesar sepanjang sejarah final kompetisi Eropa. Musim mereka pun berakhir tanpa satu pun gelar.
Lebih menyakitkan lagi, Inter kembali jadi saksi treble tim lawan. Setelah Manchester City pada 2023, kini PSG mengikuti jejak yang sama. Gelar Ligue 1, Coupe de France, dan Liga Champions menjadi milik klub Prancis itu.
Derita Inter, Senyuman Milan
Meski gagal lolos ke kompetisi Eropa musim depan, AC Milan masih menyimpan alasan untuk tersenyum. Di tengah musim yang naik turun, mereka berhasil meraih satu trofi—Supercoppa Italiana. Yang lebih manis, mereka merebutnya dari tangan Inter.
Kemenangan 3-2 atas sang rival di final Supercoppa menjadi salah satu momen terbaik Milan musim ini. Dalam laga itu, mental juara dan determinasi Rossoneri tampak jelas, sekaligus mempertegas dominasi atas Inter.
Milan juga tak pernah kalah dalam lima Derby della Madonnina musim ini, yakni di Supercoppa, Coppa Italia, dan Serie A. Tiga kemenangan dan dua hasil imbang membuktikan bahwa di kota Milan, warna merah masih bersinar lebih terang sepanjang musim 2024/2025.
Nerazzurri: Dari Mimpi Treble ke Nol Gelar
Inter memulai musim ini dengan mimpi besar: mengulang treble seperti tahun 2010. Skuad mereka dipuji, performa stabil di awal musim, dan laju di Eropa begitu meyakinkan. Namun, semuanya berujung pada kekecewaan total.
Scudetto Serie A melayang ke tangan Napoli. Coppa Italia dikandaskan Milan di semifinal. Puncaknya, kekalahan telak dari PSG di Munich menghancurkan semua ambisi. Musim ini berubah jadi catatan kelam: nol gelar.
Di saat para pendukung Nerazzurri menunduk lesu, para tifosi Milan merayakan dalam diam dan tawa. Bagi Curva Sud, musim ini adalah pengingat bahwa dalam sepak bola, kemenangan bukan hanya soal piala, tapi juga soal momen membungkam rival.