Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Amerika Serikat resmi menetapkan tarif impor 19% terhadap produk ekspor asal Indonesia, jauh lebih rendah dari rencana sebelumnya sebesar 32% usai keberhasilan negosiasi langsung Presiden RI Prabowo Subianto ke Presiden AS Donald Trump. Langkah ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tarif terendah kedua di kawasan ASEAN, setelah Singapura.
Analis dari Macquarie Sekuritas Indonesia, Ari Jahja, menilai keputusan ini memberikan keunggulan kompetitif bagi Indonesia di pasar Amerika Serikat, terutama bagi sektor-sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan peralatan elektronik.
“Tarif 19% dari AS terhadap ekspor Indonesia menempatkan kita dalam posisi yang relatif lebih baik dibandingkan banyak negara pesaing,” kata Ari dalam risetnya, dikutip Kamis (17/7). “Penurunan tarif ini menjadi angin segar bagi sektor padat karya dan dapat mendukung lapangan kerja formal, seperti di sektor pakaian, alas kaki, serta mesin dan peralatan listrik.”
Sektor-sektor tersebut, yakni pakaian dan aksesoris, alas kaki, serta mesin dan peralatan listrik, menyumbang sekitar 42% dari total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.
Sebagai bagian dari kesepakatan dagang, Indonesia juga berkomitmen membeli produk energi asal AS senilai USD 15 miliar, produk pertanian seperti gandum dan kedelai senilai USD 4,5 miliar, dan 50 unit pesawat Boeing.
Perkuat Hubungan Ekonomi Bilateral
Langkah ini dinilai strategis dalam memperkuat hubungan ekonomi bilateral sekaligus mengamankan akses ekspor utama Indonesia. “Kita memang tidak mengenakan tarif pada ekspor AS, namun imbal baliknya Indonesia mendapatkan akses yang lebih besar dan stabil ke pasar AS,” ujar Ari.
Jika dibandingkan dengan negara-negara eksportir utama ke Amerika, tarif Indonesia jauh lebih rendah. Untuk kategori tekstil, Indonesia hanya dikenakan tarif 19%, lebih rendah dari Vietnam (20%), India (26%), hingga China yang dikenakan tarif 55%. Bahkan beberapa negara seperti Bangladesh dan Kamboja dikenakan tarif masing-masing 35% dan 36%.
Keputusan AS memangkas tarif ini dinilai sangat krusial dalam menjaga daya saing Indonesia di tengah ketatnya persaingan perdagangan global.
Namun Ari juga mengingatkan bahwa kebijakan ini harus diiringi dengan deregulasi di dalam negeri agar momentum ini bisa dioptimalkan. “Deregulasi tetap menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing ekspor Indonesia secara menyeluruh,” tutupnya.
Pengusaha Mau Berembuk Usai RI Kena Tarif Trump 19% dari Amerika
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) akan berembuk dalam menghitung dampak lanjutan pasca pengenaan tarif impor 19% dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Termasuk kaitannya pada penghapusan tarif masuk barang-barang asal AS.
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani menyampaikan sebagian produk asal Negeri Paman Sam sudah dikenakan tarif impor rendah, berkisar 0-5%. Namun, dia akan membahas kembali dampak turunannya secara lebih lanjut.
"Kami melihat untuk penghapusan tarif impor oleh Indonesia terhadap produk AS, secara umum sebagian besar produk tersebut saat ini memang sudah memiliki tarif rendah, nol hingga lima persen," kata Shinta saat dihubungi Liputan6.com, dikutip Kamis (17/7/2025).
Pada pembahasan dengan pelaku usaha nantinya, Shinta akan mendalami dampak produk atas negosiasi tarif Trump yang telah berjalan.
"Dalam hal ini kita akan melihat dan mendalami lagi dampaknya secara product by product dari hasil negosiasi yang ada," kata dia.
Sebagai informasi, Donald Trump menyebut produk Indonesia dikenakan tarif Impor 19% untuk masuk AS. Di sisi lain, barang-barang yang masuk ke Indonesia bakal tanpa tarif.
Impor Komoditas Penting
Mengenai komoditas yang akan diimpor oleh Indonesia dari AS, Shinta bilang memang banyak yang dibutuhkan oleh industri dalam negeri. Ini merupakan bagian dari negosiasi untuk mengurangi defisit neraca perdagangan AS atas tarif resiprokal.
"Perlu juga dicatat bahwa dalam kesepakatan ini, Indonesia berkomitmen meningkatkan impor sejumlah produk strategis dari Amerika Serikat, di mana sejumlah komoditas ini memang merupakan produk dan komoditas yang dibutuhkan bagi industri dalam negeri," ujar dia.
"Seperti yang sudah kami rekomendasikan sebelumnya kepada pemerintah yaitu mendorong skenario mutually beneficial melalui peningkatan impor komoditas strategis dari AS, seperti kapas, jagung, produk dairy, kedelai, dan crude oil," imbuh Shinta.