Vitinha, Konduktor tanpa Baton di PSG!

1 day ago 8

Liputan6.com, Jakarta Musim 2024/2025 menjadi panggung bagi banyak bintang bersinar di Liga Champions, terutama dari sang juara yakni PSG. Ada satu pemain yang tak bersinar dengan gemerlap gol atau selebrasi, melainkan dengan elegansi, ketenangan, dan presisi umpan: Vitinha.

Vitinha datang ke PSG pada awal musim 2022/2023 lalu. Tak ada perayaan besar atas transfer tersebut. Sebab, Vitinha datang dengan status pemain cadangan di Wolves sebelum bersinar bersama Porto.

Namun, di PSG, gelandang asal Portugal itu tak sekadar bermain bola. Ia memimpin permainan bak seorang konduktor orkestra, mengatur irama dengan ketukan yang tak terlihat, bukan lewat tongkat baton, tapi lewat kaki, visi, dan insting yang tertata rapi.

Di tengah deru permainan cepat dan tekanan tinggi, Vitinha tetap tenang, dan dalam ketenangan itulah PSG menemukan harmoni mereka. Dia tidak disorot layakni Desire Doue atau Ousmane Dembele, walau jadi otak dari permainan PSG.

Vitinha, Sang Maestro di Final

Final Liga Champions 2024/2025 mempertemukan PSG dengan Inter Milan, dan di panggung terbesar sepak bola Eropa itu, Vitinha memainkan simfoni terbaiknya.

Gol pembuka PSG lahir bukan dari kebetulan, tapi dari rangkaian nada yang disusun Vitinha dengan akurasi cemerlang. Lewat umpan brilian, ia mengirim bola kepada Desire Doue yang berlari menyisir sisi kiri pertahanan Dortmund. Doue kemudian mengirim assist matang kepada Achraf Hakimi untuk membuka skor.

Gol ketiga Les Parisiens juga tak lepas dari sentuhan maestro yang sama: Vitinha kembali mengawali konstruksi serangan, dan sekali lagi, Doue jadi eksekutor akhir. Dia yang memulai pergerakan bola hingga membuat assist untuk Doue.

Vitinha bukan pencetak gol, bukan pula pemburu sorotan. Tapi dialah otak di balik semua itu. Dialah yang menggerakkan semuanya.

Statistik yang Bicara Kualitas Vitinha

Musim ini, tak ada pemain yang menyelesaikan lebih banyak umpan dibanding Vitinha di Liga Champions. Total 1.294 umpan sukses ia lesakkan, menurut Squawka, hanya terpaut enam dari rekor sepanjang masa yang dipegang legenda Barcelona, Xavi Hernandez, pada musim 2012/2013 (1.299).

Lebih mencengangkan lagi, tingkat akurasi umpannya: 93,63 persen. Dalam atmosfer Liga Champions yang ketat dan agresif, menjaga akurasi setinggi itu bukanlah hal biasa.

Itu adalah tanda dari seorang master. Vitinha telah menjelma menjadi arsitek sejati, seorang gelandang yang memahami betul kapan harus memperlambat tempo, kapan harus meledak, dan ke mana arah permainan harus dibawa.

Vitinha Membuktikan, Bukan Sekadar Teori

Dalam wawancaranya bersama PSG TV, Vitinha menggambarkan peran gelandang dengan cara yang begitu filosofis namun konkret. Dia bukan hanya menjalankan intruksi dari Luis Enrique, akan tetapi menyempurnakannya.

"Salah satu kualitas yang harus dimiliki pemain di posisi ini (gelandang) adalah kemampuan untuk mengendalikan tempo: memutuskan apakah akan mempercepat atau memperlambat, apakah akan bergerak ke kiri atau kanan, maju atau mundur," kata Vitinha.

"Itulah yang ingin saya lakukan, dan itulah yang harus dilakukan pemain di posisi ini. Tidak cukup hanya dengan mengetahuinya atau mengatakannya; saya juga harus menunjukkannya dalam tindakan saya," tegasnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |