Wamentan Ungkap Potensi Biodiesel B100 saat Kunjungi Balai Penelitian Sukabumi

10 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono melakukan kunjungan kerja ke Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Industri dan Penyegar di Sukabumi, Jawa Barat, pada Jumat (9/5/2025).

Kunjungan ini menjadi momentum penting dalam menyoroti peran riset dan teknologi pertanian dalam mendukung ketahanan energi dan pengembangan wirausaha muda di sektor pertanian.

Balai yang berada di bawah naungan Kementerian Pertanian ini menjadi pusat pembibitan dan pengujian berbagai tanaman industri seperti kopi dan kakao.

Selain itu, balai ini juga menjadi lokasi pengujian berbagai level campuran biodiesel dari bahan baku minyak sawit, mulai dari B35 hingga B100. Dalam uji coba tersebut, biodiesel 100% hasil konversi dari minyak sawit telah berhasil digunakan pada kendaraan dan menunjukkan hasil yang memuaskan.

"Sekarang yang B35. Kita sudah ada uji coba untuk B40, B50 sampai dengan B100. Dan B100 tadi sudah kita coba. Hasil dari minyak sawit kita, kita convert menjadi biodiesel 100%. Kemudian dimasukkan ke dalam mobil, ternyata hasilnya mobilnya jalan dan baik," kata Sudaryono.

Dia menuturkan, keberhasilan uji coba ini menunjukkan potensi besar sektor pertanian Indonesia tidak hanya dalam hal produksi pangan, tetapi juga sebagai sumber energi terbarukan. Dengan luasnya areal tanam kelapa sawit dan tebu, Indonesia memiliki peluang besar untuk memproduksi biodiesel dan bioetanol secara mandiri.

"Artinya tanaman pangan itu manakala dia sudah mencukupi kebutuhan untuk pangan, ternyata bisa kita manfaatkan untuk energi. Kira-kira begitu," ujarnya.

Peran Balai-Balai Penelitian

Sudaryono juga menekankan pentingnya peran balai-balai penelitian yang dimiliki Kementerian Pertanian dalam mendukung kemajuan sektor ini. Terdapat 64 balai yang tersebar di berbagai bidang, mulai dari pembibitan, pengolahan hasil pertanian, inseminasi buatan, produksi vaksin, hingga pengolahan susu.

"Di Kementerian Pertanian sendiri, balai penelitiannya ada 64 totalnya. Dari mulai balai pembibitan, perbenihan, pasca, pengolahan panen, kemudian inseminasi. Inseminasi itu pengambil sperma, kemudian kita suntikan sperma ke sapi, artinya dia kawinnya, kawin buatan, kawin suntik. Kemudian ada vaksin, ada lagi susu, pengolahan susu," ujarnya.

Wamentan menegaskan, fasilitas yang dimiliki serta sumber daya manusia yang berkualitas di dalamnya menjadi modal penting dalam pengembangan pertanian berbasis teknologi dan riset.

"Jadi, ini satu hal yang memang negara kita keren. Dari sisi fasilitasnya ada, tenaga yang mengawasi balai dan penelitiannya itu juga tenaga yang bagus, terlatih, terdidik, dan baik," jelasnya.

Kesenjangan Hasil Penelitian

Namun demikian, ia menyoroti kesenjangan antara hasil-hasil penelitian dengan implementasi di lapangan, khususnya di kalangan anak muda yang tertarik terjun ke dunia usaha pertanian.

"Ini tinggal PR kita adalah gap antara balai-balai kita yang bagus, diisi oleh orang-orang yang pinter, orang-orang yang cerdas, orang-orang yang capable, bagaimana gap untuk aplikasi ke dunia usaha, khususnya anak muda, ini yang menjadi gap yang kita sedang pikirkan bagaimana caranya," ungkapnya.

Ia melihat banyak generasi muda yang mencoba membangun usaha pertanian hanya bermodalkan informasi dari media sosial tanpa dukungan riset yang memadai, sehingga berisiko mengalami kegagalan. Untuk itu, Kementerian Pertanian berkomitmen menjembatani kesenjangan ini melalui kolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi seperti IPB dan kampus lainnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |