Liputan6.com, Jakarta Portugal akan menantang juara Euro 2024, Spanyol dalam partai final UEFA Nations League 2024/2025 di Allianz Arena, Munchen, Senin (9/6/2024) dini hari WIB nanti.
Portugal, yang menjuarai edisi perdana UEFA Nations League pada 2019, kini berpeluang mencetak sejarah sebagai tim pertama yang meraih gelar untuk kedua kalinya.
Pasukan Roberto Martínez datang dengan kepercayaan diri tinggi usai menyingkirkan tuan rumah Jerman secara dramatis di semifinal. Cristiano Ronaldo menjadi penentu kemenangan setelah Francisco Conceicao mencetak gol penyeimbang yang luar biasa.
Final kali ini juga menjadi panggung nostalgia bagi Ronaldo. Sang megabintang berusia 40 tahun pernah memborong hat-trick dalam laga ikonik melawan Spanyol di Piala Dunia 2018. Jika mampu mengulang performa tersebut, Ronaldo tidak hanya membantu timnya meraih trofi, tetapi juga akan melampaui Viktor Gyökeres sebagai top skor Nations League edisi ini.
Di sisi lain, Spanyol datang dengan status mentereng sebagai juara bertahan. Di bawah arahan Luis de la Fuente, La Roja menunjukkan konsistensi luar biasa dengan meraih trofi Nations League 2023 dan Piala Eropa 2024. Kombinasi pemain muda dan pengalaman menjadikan Spanyol tim yang sulit dihentikan.
Namun, performa mereka belum sepenuhnya sempurna. Saat mengalahkan Prancis 5-4 di semifinal, Spanyol sempat unggul jauh 4-0 sebelum akhirnya goyah di babak kedua. Hal ini menunjukkan bahwa ada celah yang bisa dimanfaatkan Portugal.
Berikut 5 alasan Portugal akan mengalahkan Spanyol dan menjadi juara UEFA Nations League 2024/2025 selengkapnya.
Faktor Istirahat
Portugal bisa dibilang lebih diuntungkan pada final kali ini. Cristiano Ronaldo dkk. bermain lebih awal pada babak semifinal lalu. Portugal menghadapi Jerman pada Kamis (5/6/2025) dini hari WIB.
Sama seperti di final nanti, Portugal juga bermain di Allianz Arena pada semifinal lalu. Portugal pun sukses mempermalukan tuan rumah dengan skor 2-1.
Sementara itu, Spanyol baru melakoni laga semifinal keesokan harinya ketika menghadapi Prancis di Stuttgart. Artinya, Lamine Yamal dkk. harus menempuh perjalanan ke Munchen untuk bermain di final.
Ditambah lagi, Spanyol memiliki waktu istirahat lebih sedikit ketimbang Portugal untuk laga final nanti. Artinya, fisik para pemain Portugal di atas keras harusnya bisa lebih segar.
Pilar Kesuksesan PSG
Portugal datang ke babak final UEFA Nations League tahun ini dengan reputasi tak main-main. Sejumlah pilar andalan mereka baru saja membawa PSG juara Liga Champions.
Tercatat, empat pemain PSG kini menjadi bagian dari skuad Portugal. Mereka adalah Nuno Mendes, Vitinha, Joao Neves, dan Goncalo Ramos.
Tiga nama yang disebut pertama menjadi andalan utama di skuad PSG. Mendes, Vitinha, dan Neves bahkan bisa dibilang menjadi pilar utama kesuksesan PSG musim kemarin.
Cristiano Ronaldo Sang GOAT
Cristiano Ronaldo, sosok ikonik yang telah menghiasi panggung sepak bola dunia selama lebih dari dua dekade, mungkin sedang menjalani bab terakhir dalam cerita epiknya.
Di usianya yang menginjak 40 tahun, peluang meraih trofi di level tertinggi mulai menipis. Namun, final UEFA Nations League melawan Spanyol bisa menjadi kesempatan terakhirnya mencatatkan satu lagi tinta emas bersama timnas Portugal.
Di atas kertas, duel ini menjadi pertarungan antara masa lalu dan masa depan sepak bola Eropa. Ronaldo dan generasi emas Portugal menghadapi Spanyol yang tengah menyusun kekuatan baru bersama talenta seperti Lamine Yamal.
Namun, narasi nostalgia tak cukup untuk menentukan pemenang di laga besar ini. Mari menilik peluang dan dinamika yang mungkin terjadi di lapangan.
Kelengahan Pertahanan Spanyol
Meski Spanyol difavoritkan menang menurut bursa taruhan, menganggap Portugal sebagai underdog besar bisa jadi keliru. Memang, La Roja duduk manis di peringkat kedua FIFA, sementara Portugal berada di posisi ketujuh.
Lebih dari sekadar angka, performa di lapangan juga berbicara. Lini belakang Portugal—yang diisi Ruben Dias, Gonçalo Inacio, dan Nuno Mendes—berhasil menahan gempuran Jerman hanya dengan sembilan tembakan.
Sementara Spanyol, saat menghadapi Prancis tanpa gelandang bertahan andalan Rodri, justru kebobolan banyak peluang dan harus menerima 24 tembakan ke gawang mereka.
Dengan pertahanan solid dan kedalaman skuad yang mumpuni, Portugal bukan hanya siap meladeni Spanyol, tapi juga layak difavoritkan. Apalagi jika laga harus dilanjutkan ke perpanjangan waktu atau adu penalti—pengalaman Ronaldo bisa jadi pembeda.
Dampak Instan Supersub
Jika menengok perjalanan kedua tim di turnamen ini, satu pola mencolok: gol-gol cenderung lahir di babak kedua. Portugal mencetak seluruh gol mereka setelah menit ke-63 saat mengalahkan Jerman 2-1 di semifinal. Tren serupa terlihat saat membantai Denmark 5-2 di perempat final leg kedua—empat dari lima gol dicetak setelah menit ke-72.
Hal serupa terjadi di kubu Spanyol. Tujuh dari sembilan gol di semifinal leg kedua melawan Prancis tercipta setelah turun minum. Bahkan saat menghadapi Belanda, lima gol tercipta di paruh kedua pertandingan.
Fenomena ini bukan tanpa alasan. Turnamen internasional seperti Nations League, yang digelar tepat di akhir musim klub, cenderung membuat pelatih lebih berani melakukan rotasi dan pergantian cepat.
Nah, di sinilah Portugal memiliki sosok supersub seperti Francisco Conceicao yang terbukti sukses memberi dampak instan dengan mencetak gol ke gawang Jerman di semifinal.