Liputan6.com, Jakarta Perjalanan Timnas Portugal ke final UEFA Nations League 2024/2025 tak bisa dibilang mulus, tapi mereka menunjukkan daya juang yang luar biasa. Setelah start meyakinkan di fase grup, termasuk kemenangan tandang atas Polandia dan kemenangan kandang telak 5-1 pada pertemuan kedua, mereka melaju ke babak gugur dengan penuh percaya diri. Pertandingan dramatis kontra Denmark di perempat final menjadi titik balik emosional bagi pasukan Roberto Martinez.
Laga semifinal kontra Jerman menjadi momen spesial. Selain mencetak kemenangan pertama atas Die Mannschaft sejak EURO 2000, Cristiano Ronaldo juga akhirnya mencatatkan kemenangan atas Jerman di level senior. Gol penentunya mempertegas bahwa meski usia tak bisa dilawan, mentalitas juara tetap berbicara.
Sejak pertandingan pembuka melawan Kroasia hingga semifinal di Jerman, yang membawa mereka ke final kontra Timnas Spanyol, Portugal mengandalkan kolektivitas dan daya ledak lini depan. Keberhasilan mereka lolos ke final bukan hanya karena nama besar, tapi karena performa yang konsisten dan keberanian dalam momen-momen krusial.
Roberto Martinez dan Evolusi Taktik
Setelah kegagalan mencetak gol di fase gugur EURO 2024, Martinez mulai merancang ulang pendekatannya. Dia tidak takut mengutak-atik skema, mencoba formasi tiga atau empat bek tergantung lawan, dan memperkaya cara membangun serangan dari belakang. Portugal kini lebih fleksibel, tapi proses penyempurnaan masih terus berjalan.
Dalam banyak pertandingan, formasi 4-3-3 menjadi fondasi. Pilihan trio depan sangat menentukan identitas permainan mereka. Apakah mengandalkan lebar lapangan lewat Rafael Leao dan Pedro Neto, atau bermain lebih dalam dan cair bersama Trincao, Diogo Jota, atau Goncalo Ramos?
Martinez memahami bahwa untuk meraih trofi, dia butuh keseimbangan antara kreativitas dan efisiensi. Dalam situasi tertentu, dia mempercayai pengalaman Ronaldo, tapi tetap memberi ruang bagi pemain muda untuk berkembang dan menentukan ritme permainan.
Bruno Fernandes, Motor di Tengah
Meski menjalani musim yang naik turun bersama Manchester United, Bruno Fernandes tampil prima di pentas internasional. Dia menjadi penggerak utama di lini tengah, mengatur tempo, memulai transisi, dan menyuntikkan energi. Dalam skema Martinez, Bruno adalah jantung permainan.
Kolaborasinya dengan Bernardo Silva menjadi salah satu kekuatan utama Portugal. Keduanya saling melengkapi dalam mengisi ruang dan menciptakan peluang. Tak hanya andal saat menguasai bola, Bruno juga disiplin dalam bertahan dan membawa semangat juang tinggi ke dalam tim.
Kepercayaan dirinya untuk bermain di posisi mana pun membuat Martinez bisa mengatur taktik dengan fleksibel. Bruno adalah tipe pemain yang tak hanya mengisi peran, tapi juga menciptakan dampak nyata di setiap laga.
Vitinha, si Arsitek
Jika Bruno adalah mesin, maka Vitinha adalah arsitek. Pemain PSG ini tampil cemerlang sepanjang musim 2024/2025 dan kini menjadi pusat permainan Portugal. Dia bermain tenang, penuh kontrol, dan tahu kapan harus melepas umpan atau menahan bola.
Visi bermainnya membuat Portugal bisa mendominasi penguasaan bola, bahkan saat menghadapi lawan kuat. Keberadaannya memungkinkan tim bermain dengan lebih tenang dan sabar, serta menghindari permainan yang terlalu terburu-buru. Dalam sepak bola modern, pemain seperti Vitinha sangat dibutuhkan.
Pelatih dan penggemar melihatnya sebagai simbol era baru Portugal. DIa membawa semangat baru, gaya main yang elegan, dan kedewasaan di atas lapangan. Jika Portugal ingin menatap masa depan dengan percaya diri, maka Vitinha adalah jawabannya.
Sumber: UEFA