Liputan6.com, Jakarta Lima mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi (Ilkom) Universitas Kristen Indonesia (UKI) membuat inovasi kuliner BAKARNADAR (Nasi Bakar Ayam Napinadar). Mereka adalah Stephi Saverius, Ghani Agraprana, Angel Rimbun Hutabarat, Adinda Nur Aisyah, dan Agnes Carlita Yulia Lubis.
BAKARNADAR hadir sebagai pelopor nasi bakar ayam napinadar halal. Sebab, napinadar tradisional biasanya dimasak dengan darah ayam, sehingga tidak bisa dinikmati semua orang. Lewat riset dan uji rasa, tim ini berhasil menciptakan resep alternatif yang tetap mempertahankan keotentikan rasa khas Batak namun tanpa darah. Usaha ini berawal dari tugas kuliah yang kemudian dikembang.
"Awalnya hanya tugas kuliah, tapi setelah melihat respon konsumen, kami yakin ini bisa jadi usaha nyata," ujar Stephi salah satu anggota tim BAKARNADAR.
Dari Tugas Kuliah ke UMKM Nyata
BAKARNADAR lahir dari tugas mata kuliah Reputasi dan Merek yang mengharuskan mahasiswa mengadakan bazaar pada April lalu. Antusiasme pengunjung membuat tim yakin untuk melanjutkannya sebagai bisnis.
Awalnya, banyak orang yang meragukan rasa antara perpaduan bumbu Batak dan Sunda dalam sebuah Nasi Bakar Ayam Napinadar. Namun, hal tersebut menjadi keunikan BAKARNADAR. Saat bungkus daun pisang dibuka, aroma asapnya berpadu dengan rempah andaliman pedas dan gurih yang membuat banyak orang menyukai BAKARNADAR.
Keseriusan itu berbuah manis. Proposal mereka berhasil lolos dalam Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dana hibah yang didapat dimanfaatkan untuk mengembangkan resep, melakukan uji coba berulang, hingga menemukan racikan bumbu terbaik.
Inovasi Rasa, Jaga Tradisi
BAKARNADAR bukan sekadar makanan, tapi wujud inovasi yang menjaga tradisi kuliner Indonesia. Ayam napinadar khas Batak yang Halal dibungkus dalam nasi gurih khas Sunda, lalu dipanggang dalam daun pisang. Hasilnya? Aroma hangat yang menggugah selera, sekaligus menghadirkan pengalaman kuliner khas Nusantara dengan sentuhan modern.
Banyak yang menilai BAKARNADAR bukan hanya sekadar makanan praktis, tetapi juga menghadirkan nostalgia cita rasa kampung halaman sekaligus menginovasi kuliner tradisional agar dapat diterima generasi muda.
Semangat penuh dari tim membuat BAKARNADAR hadir bukan hanya untuk mengenyangkan tetapi juga untuk menginspirasi. Dengan kombinasi keunikan rasa, kepraktisan penyajian, dan nilai budaya, BAKARNADAR diyakini punya potensi tinggi untuk berkembang sebagai produk kuliner lokal unggulan.
“Kami ingin menghadirkan inovasi kuliner yang bisa dinikmati semua orang tanpa kehilangan identitas budaya,” ujar Angel salah satu anggota tim BAKARNADAR.
Mimpi dari Balik Daun Pisang
Lebih dari sekadar usaha kuliner mahasiswa, BAKARNADAR menyimpan mimpi besar. Tim ini berharap produknya bisa menembus pasar nasional, bahkan internasional, sekaligus menjadi ikon kuliner baru dari Indonesia.
Aroma hangat dari daun pisang yang terbakar seakan membawa pesan, bahwa warisan budaya bisa tetap hangat di hati meski zaman terus berubah. “Kami percaya wirausaha bukan hanya mencari keuntungan, tapi juga menjaga warisan budaya dan memberi dampak sosial positif,” ungkap tim penuh optimisme.
Dari sebuah tugas kuliah, kini BAKARNADAR berkembang menjadi UMKM yang terus melangkah. Dari balik aroma nasi bakar dalam daun pisang, tersimpan semangat generasi muda untuk membawa kuliner Nusantara ke panggung dunia.
Melangkah ke KMI Expo
Tim BAKARNADAR saat ini sedang mempersiapkan agar nantinya dapat lolos seleksi ke puncak acara dari P2MW, yaitu di Kompetisi Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo yang tahun ini akan diselenggarakan di Magelang, Jawa Tengah. Ajang bergengsi ini mempertemukan wirausaha muda dari seluruh Indonesia.
Bagi Stephi, Ghani, Angel, Adinda, dan Agnes, kesempatan ini bukan hanya soal lomba, tapi juga cara memperkenalkan BAKARNADAR ke pasar yang lebih luas. Mereka ingin menunjukkan bahwa ide kuliner berbasis tradisi bisa dikemas modern, kreatif, dan berdaya saing nasional.