Liputan6.com, Jakarta Florian Wirtz dan Jamal Musiala adalah dua nama yang membangkitkan optimisme besar di sepak bola Jerman saat ini. Keduanya masih muda, tapi telah menunjukkan kemampuan luar biasa di level tertinggi.
Kelebihan mereka bukan hanya soal teknik, tapi juga keberanian dan kreativitas di lapangan. Mereka berani mengambil risiko, menantang bek lawan, dan menciptakan momen magis yang tak terduga.
Namun, memiliki dua playmaker sekelas ini juga mendatangkan tantangan tersendiri. Apakah sistem di klub dan tim nasional bisa menampung keduanya tanpa tumpang tindih?
Musiala dan Wirtz: Dua Gaya, Satu Posisi
Musiala dan Wirtz memang sama-sama berposisi sebagai gelandang serang. Namun, cara mereka bermain di lapangan sangat berbeda satu sama lain.
Musiala bermain dengan spontanitas dan imajinasi tinggi. Ia seperti kucing yang bermain dengan bola benang, terus bergerak, menggiring bola dari sisi ke sisi.
Wirtz lebih terukur dan tajam dalam eksekusi. Ia menunggu momen yang tepat untuk memberi umpan, mengatur ritme, dan menentukan arah serangan.
Siapa yang Lebih Siap Jadi Pusat Permainan?
Wirtz dinilai lebih cocok dengan sistem vertikal seperti di Liverpool. Ia bermain dengan arah yang jelas, tidak banyak improvisasi, tapi sangat efektif.
Sementara Musiala butuh kejelasan peran di Bayern. Ia terlalu sering berpindah posisi, padahal kemampuannya paling berpengaruh di sepertiga akhir lapangan.
Keduanya punya potensi menjadi pemain komplet. Tapi itu hanya bisa terwujud jika klub dan pelatih memberi struktur yang tepat bagi mereka berkembang.
Tantangan di Level Tertinggi
Musiala akan menjadi pemain dengan gaji tertinggi di Bayern musim depan. Itu berarti ekspektasi kepadanya akan makin tinggi dan konsistensi jadi kunci utama.
Wirtz pun akan menghadapi tekanan besar jika benar-benar pindah ke Liverpool. Di Premier League, fisik dan mental pemain diuji setiap pekan.
Di laga besar, kejeniusan individu sering tak cukup. Yang lebih penting adalah keandalan, karakter, dan kemampuan mengangkat tim dalam situasi sulit.
Misi Timnas: Menyatukan Dua Jenius
Di timnas Jerman, kombinasi Wirtz, Musiala, dan Kai Havertz masih dalam tahap eksperimentasi. Tiga pemain terbaik ini punya posisi dan kebutuhan ruang yang mirip.
Pelatih Julian Nagelsmann punya tugas berat: mengajarkan disiplin taktik tanpa mematikan kreativitas. Ia harus merancang sistem agar ketiganya saling melengkapi, bukan saling mengganggu.
Di beberapa laga terakhir seperti melawan Skotlandia dan Bosnia, sistem ini berhasil. Namun saat melawan tim kuat seperti Spanyol dan Denmark, Wirtz bahkan tak jadi starter. Masih ada banyak PR untuk Euro dan Piala Dunia ke depan.