HET Naik, Harga Beras Bakal Makin Mahal?

2 weeks ago 4

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akhirnya resmi menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras medium di semua wilayah. Hal ini tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 299 Tahun 2025 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras yang diteken Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi pada 22 Agustus 2025.

Dengan kebijakan baru ini, HET beras medium kini berkisar antara Rp 13.500-15.500 per kilogram (kg) tergantung wilayah.

"Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan," seperti dikutip dari Keputusan Kepala Bapanas yang diterima Liputan6.com, Selasa (26/8/2025).

Rinciannya, HET Beras Medium di Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Rp 13.500 per kg. Sedangkan beras premium di wilayah ini ditetapkan Rp 14.900 per kg.

Kemudian, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Rp 14.000 per kg. HET beras premium ditetapkan Rp 15.400 per kg.

Selanjutnya, HET beras medium di Maluku dan Papua ditetapkan sebesar Rp 15.500. Sedangkan, HET beras premium di wilayah ini sebesar Rp 15.800 per kg.

"Secara prinsip sudah berlaku. Tapi detailnya nanti akan dijelaskan oleh pak Kepala Badan," kata Deputi Bidanh Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Bapanas, I Gusti Ketut Astawa.

Harus Lindungi Petani dan Konsumen

Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras yang baru ini pun mendapatkan respons dari Ketua Komisi XI DPR, Mukhamad Misbakhun. Dia menyatakan bahwa penyesuaian harga merupakan sebuah keniscayaan di tengah dinamika biaya produksi yang harus ditanggung petani.

Ia menegaskan bahwa HET yang baru harus mampu memberikan margin keuntungan yang wajar bagi petani agar mereka tetap termotivasi untuk menanam dan menjaga produktivitas nasional.

"Petani yang sejahtera adalah tulang punggung utama ketahanan pangan nasional kita," ujarnya.

Kendati demikian, Misbakhun menyoroti dampak kebijakan tersebut dari sisi konsumen.

“Saya memahami bahwa Bapanas melakukan penyesuaian HET beras medium berdasarkan evaluasi biaya produksi dan distribusi. Namun, kita harus jujur mengakui bahwa kenaikan harga bahan pangan pokok ini sangat sensitif bagi masyarakat. Pemerintah harus memastikan kebijakan ini tidak membebani konsumen, terutama kelompok rumah tangga berpendapatan rendah,” ungkap Misbakhun.

Sejalan dengan itu, ia menegaskan bahwa jika kenaikan ini dianggap signifikan, pemerintah harus sigap menyiapkan kebijakan kompensasi yang efektif. "Kenaikan HET harus diimbangi dengan kebijakan kompensasi, misalnya melalui program bantuan sosial pangan yang tepat sasaran, untuk melindungi daya beli mereka," tegasnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa stabilisasi harga beras harus disertai penguatan kelembagaan dan distribusi. Untuk itu, Misbakhun mendorong Pemerintah untuk memperkuat peran Perum Bulog sebagai penyangga cadangan beras nasional, sekaligus meningkatkan efisiensi distribusi untuk mengurangi disparitas harga antarwilayah.

"Bulog harus memiliki stok yang kuat dan mekanisme intervensi pasar yang responsif saat terjadi gejolak. Selain itu, jalur distribusi dari sentra produksi ke daerah konsumen, terutama di wilayah terpencil, harus diefisienkan agar disparitas harga tidak terlalu tinggi," jelasnya.

Nasib HET Beras Premium

Sementara itu, Bapanas saat ini masih menimbang usulan penghapusan harga eceran tertinggi (HET) beras premium. Usulannya ini muncul dari Ombudsman.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Bapanas, I Gusti Ketut Astawa menyampaikan usulan HET beras premium masih harus dibahas kembali. Tapi, skema yang dipastikan berjalan adalah satu harga acuan beras seiring rencana penghapusan kelas beras premium dan medium.

"Nanti kita lihat. Nanti keputusan kita harus duduk bareng-bareng dulu. Kebijakan dalam rangka membuat satu harga ini seperti apa," ucap Ketut.

Dia nenegaskan, pemerintah fokus untuk meracik satu harga acuan beras. Sementara, terkait skema penetapannya masih terus akan dibahas.

"Pokoknya kita menunggu nanti sifatnya, arahnya adalah satu harga beras. Itu yang sudah pasti. Nanti bentuknya seperti apa, nanti kita duduk dulu. Kita duduk dulu, kita ngobrol dengan stakeholders," tuturnya.

Ketut menyebut, sebelum ada satu harga acuan baru, maka skema HET beras masih akan berlaku. Kendati begitu, belum ada rincian kapan batas akhir pengenaan HET beras.

"Sebelum ada nanti keputusan terbaru, ya itu berlaku terus. Sehingga nanti yang jelas kita habis ini langsung duduk, nanti kita akan mungkin akan beberapa kali rapat dengan teman-teman," terangnya.

Penerapan Satu Harga Acuan Beras Tetap Berjalan

Selain itu, Bapanas juga memastikan rencana penerapan satu harga acuan beras tetap berjalan. Meski, Bapanas telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) beras medium resmi dinaikkan.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Bapanas, I Gusti Ketut Astawa mengatakan kenaikan HET beras medium merupakan langkah jangka pendek. Tujuannya untuk mempersempit disparitas harga antara beras medium dan premium

"Itu jangka pendek penyelesaian problem yang ada sekarang. Karena kalau tidak dikeluarkan itu yang jelas penggilingan padi tidak akan berproduksi, akan sangat sulit dia menerapkan harga HET kita. Ini pertimbangan jangka pendeknya," ungkap Ketut.

Seperti diketahui, Bapanas menetapkan HET beras medium Rp 13.500 - Rp 15.500 per kilogram tergantung wilayah. Angka ini naik dari sebelumnya yang ditetapkan Rp 12.500 per kg.

Ketut menegaskan rencana pembentukan satu harga acuan beras tetap berjalan. Nantinya sejumlah pemangku kepentingan akan kembali diajak berembuk.

"Nanti kita akan duduk bareng-bareng lagi dengan stakeholder tentu mengundang Pak Prof, mengundang Pak Helfi, semua, Ombudsman. Kita duduk bareng-bareng membuat satu kebijakan, satu harganya seperti apa bentuknya," tutur dia.

Ketut menegaskan lagi rencana satu harga beras telah menjadi amanah dari rapat koordinasi terbatas yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan.

"Akan tetap dijalankan sudah perintah dari Bapak Menko dalam rakortas," katanya.

"Saat ini yang disesuaikan adalah medium doang. Biar jarak dispritas kualitas antara premium dan medium biar lebih dekat. Kalau kemarin agak jauh tuh. Kalau jauh ini orang akan larinya sedikit di medium, kemudian larinya ke premium. Kita harapkan dengan begini akan seimbang dia," sambung Ketut menjelaskan.

Read Entire Article
Bisnis | Football |