Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi memastikan tidak akan ada impor beras tahun ini. Mengingat produksi beras nasional yang diprediksi lebih tinggi dari sebelumnya.
Arief mengakui masih ada sisa beras impor yang dilakukan pada 2024 lalu. Jumlahnya mencapai 1 juta ton dengan kondisi yang dinilai masih baik. Dia memastikan tak ada impor beras lagi tahun ini.
"Khusus untuk beras luar negeri itu sekarang sisanya 1 juta ton. Usia simpannya yang 7-12 bulan ada 896 ribu ton. Tapi impor sudah selesai tahun lalu dan tidak ada impor tahun ini," kata Arief dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (23/8/2025).
Dia mengatakan, kualitas beras itu terus dipantau. Misalnya, ketika akan melakukan pengemasan ulang dari ukuran 50 kilogram (kg) ke ukuran yang lebih kecil. "Untuk itu, kita mesti setiap saat cek kualitas. Jadi pada saat pengemasan beras dari 50 kilo ke 5 kilo atau 10 kilo untuk bantuan pangan, kita sambil cek kualitasnya," katanya Arief.
Faktor lainnya, Arief menghitung proyeksi produksi beras nasional. Bapanas memprediksi produksi beras bisa mencapai 33,52 juta ton hingga akhir 2025.
Tergantung Produksi
Ini mengacu pada data proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) Januari-September ditambah rata-rata produksi Oktober-Desember dalam 3 tahun terakhir.
"Khusus untuk beras, ini tergantung produksi nasional dalam 3-4 bulan terakhir ke depan. Tapi kalau dari proyeksi dan dibuat rata-rata memang angkanya bisa 33,52 juta ton setara beras. Itu kalau kita 3 sampai 4 bulan terakhir menggunakan rata-rata produksi 3 tahun terakhir. Jadi kita tidak perlu impor beras," beber dia.
Harga Beras Stabil
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian, bersama Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, meninjau langsung penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Kota Serang, Rabu (20/8/2025).
Tinjauan dilakukan di Pasar Induk Rau dan salah satu minimarket di Kota Serang. Untuk memonitor langsung pelaksanaan distribusi beras SPHP di lapangan, khususnya melalui pedagang eceran di pasar dan melalui ritel modern.
"Harga beras tadi relatif stabil, dan salah satu faktor utamanya adalah intervensi beras SPHP dari Bulog, yang dijual Rp 12.000 per kg atau Rp 60.000 per paket 5 kg. Itu membuat harga di bawah HET (harga eceran tertinggi) dan lebih terjangkau masyarakat," ungkapnya.
Turun Rp 250 per Kilogram
Berdasarkan data Panel Harga Pangan Bapanas, rata-rata harga beras medium di Pasar Induk Rau, Kota Serang, pada 19 Agustus 2025 mengalami penurunan sebesar Rp 250 per kg menjadi Rp 13.125 per kg.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menegaskan, penurunan harga beras ini merupakan sinyal positif dari masifnya intervensi SPHP.
"Intervensi beras SPHP di pasaran terbukti efektif menjaga stabilitas harga. Dengan sinergi pemerintah pusat, daerah, hingga jaringan distribusi, harga beras mulai turun di berbagai wilayah," ujar Arief.
Guyur 6.000 Ton SPHP
Penyaluran harian beras SPHP terus mengalami peningkatan. Pada Selasa, 19 Agustus 2025, realisasi penyaluran harian SPHP oleh Perum Bulog di seluruh Indonesia menembus lebih dari 6.000 ton.
Sejak awal pendistribusian di Juli 2025, beras SPHP telah tersalurkan 45 ribu ton di seluruh Indonesia.
Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani mengatakan, keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan penuh berbagai pihak. Mulai dari TNI, Polri, pemerintah daerah, BUMN, para pedagang di pasar rakyat, ritel modern hingga Rumah Pangan Kita (RPK) sebagai saluran distribusi SPHP ke masyarakat.
"Kami ucapkan terima kasih atas support yang luar biasa dari berbagai pihak, termasuk pedagang, instansi, dan lembaga yang terus masif menyalurkan beras SPHP. Hasilnya, harga beras semakin stabil dan mulai turun di beberapa daerah," kata Rizal.