Industri Mebel Indonesia Unjuk Gigi di Vietnam

2 weeks ago 6

Liputan6.com, Jakarta Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) turut berpartisipasi dalam VIFA ASEAN 2025 di Saigon Exhibition and Convention Center (SECC), Ho Chi Minh City, Vietnam.

Partisipasi HIMKI di VIFA ASEAN bukan sekadar agenda rutin, melainkan strategi jangka panjang untuk membuka akses pasar global. Kehadiran enam perusahaan anggota hasil kurasi HIMKI di pameran ini diharapkan dapat memperkenalkan kualitas dan keragaman produk mebel dan kerajinan Indonesia di hadapan buyer internasional, investor, kontraktor, desainer, arsitek, hingga pemilik bisnis hospitality.

“Partisipasi HIMKI dalam VIFA ASEAN 2025 adalah wujud nyata komitmen kami untuk menguatkan posisi Indonesia di pasar global, khususnya di kawasan Asia Tenggara yang terus berkembang pesat,” kata Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga International sekaligus Ketua Delegasi HIMKI Marthunus Fahrizal, Selasa (26/8/2025).

VIFA merupakan pameran furnitur dan home accessories terbesar di Vietnam, yang diselenggarakan dua kali dalam setahun: yaitu VIFA EXPO pada Februari/Maret, dan VIFA ASEAN setiap bulan Agustus.

Tahun 2025 ini menandai pelaksanaan ketiga VIFA ASEAN, dan HIMKI telah berpartisipasi sejak 2024. Partisipasi ini semakin memperkuat eksistensi Indonesia dalam peta industri mebel dan kerajinan internasional.

Pameran Bergengsi

Pameran VIFA ASEAN International Furniture and Home Accessories Fair (VIFA ASEAN 2025) resmi dibuka pada 26 Agustus 2025 dan berlangsung hingga 29 Agustus 2025. Pameran ini diinisiasi oleh Vietnam Chamber of Commerce and Industry (VCCI/KADIN Vietnam) dan menempati area seluas 15.000 m², dengan partisipasi lebih dari 350 perusahaan yang menempati lebih dari 1.000 booth.

Ketua Umum VCCI, Mr. Pham Tan Cong, menekankan bahwa industri olahan kayu merupakan salah satu sektor unggulan Vietnam. Produk kayu Vietnam kini menempati posisi terdepan dalam hal material, desain, dan keberlanjutan, sehingga menjadi sektor primadona di tengah pertumbuhan perdagangan yang terus meningkat.

Data resmi menunjukkan, sepanjang Januari–Juli 2025, perdagangan Vietnam mencapai USD 514,7 miliar, naik 14,8% dari tahun sebelumnya. Khusus industri kayu dan furnitur, nilai ekspor mencapai USD 11,7 miliar, tumbuh 8,6% dibandingkan 2024. Dari jumlah tersebut, ekspor produk kayu menyumbang USD 6,6 miliar dengan pertumbuhan 8,2% year on year.

Indonesia Bisa jadi Raja Industri Kerajinan Dunia

Sebelumnya, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyatakan, Indonesia bisa menjadi pemimpin industri kreatif seperti mebel dan kerajinan dunia, dengan menerapkan transformasi bisnis yang mengubah mentalitas pengusaha sektor tersebut.

Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur dalam pernyataan di Jakarta, Kamis, menjelaskan Indonesia dikenal sebagai negara dengan warisan kriya yang melimpah dengan nilai ekspor pada 2024 menembus USD 3,5 miliar, namun masih jauh dibanding Vietnam yang di atas 17 miliar dolar AS.

Menurut dia, untuk memacu kontribusi sektor mebel dan kerajinan, mentalitas pengusaha di industri itu perlu diubah.

"Regulasi, biaya logistik, dan tarif yang tinggi memang hambatan nyata. Namun yang lebih mendasar adalah mentalitas internal industri kita sendiri," ujarnya pula.

Ia menyampaikan, terlalu banyak produsen yang hanya menyalin katalog pembeli atau meniru sesama pengusaha. Akibatnya, produk yang dibuat tidak memiliki identitas, dan pembeli di luar negeri hanya melihat Indonesia sebagai pabrik murah, bukan pusat kreativitas.

"Kita sendiri yang membuka ruang bagi buyer untuk menekan harga. Saling menjatuhkan dengan banting harga membuat industri hanya hidup dari margin tipis, pekerja tetap bergaji rendah, dan investasi jangka panjang diabaikan," katanya lagi.

Minim Kolaborasi

Selanjutnya, menurut dia pula, pengusaha industri mebel dan kerajinan domestik masih terjebak pada pemenuhan kuantitas, bukan kualitas, serta minimnya kolaborasi antarpengusaha.

"Kita masih sibuk dengan ego masing-masing, sehingga buyer internasional melihat Indonesia sebagai pasar supplier parsial, bukan brand kolektif," ujar dia.

Selain itu, ada pula faktor eksternal yang membebani kinerja industri ini, seperti pemberlakuan European Union Deforestation Regulation (EUDR) sebagai hambatan dagang bagi perusahaan besar yang melakukan ekspor ke Uni Eropa.

Oleh karena itu, guna memajukan industri mebel dan kerajinan domestik agar mendominasi pasar global, perlu mentalitas baru dari para pengusaha.

Mentalitas tersebut, antara lain orisinalitas dan inovasi, penguatan etika dagang, penguatan nilai tambah, serta memperkuat kolaborasi.

"Kita harus tampil sebagai pusat kreativitas dunia, dengan mebel dan kerajinan yang tidak hanya kuat secara produksi, tetapi juga bermakna, bernilai, dan dihargai," ujarnya pula.

Read Entire Article
Bisnis | Football |