Iran-Israel Perang, Begini Kondisi Investasi di Indonesia

2 months ago 11

Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyatakan investasi asing (foreign direct investment/FDI) di Indonesia tetap tinggi, meski saat ini konflik antara Iran dan Israel meluas.

"Saya melihatnya, karena dilihat dari appetite, maupun para investor kita tetap sama, tetap tinggi. Karena kalau kita lihat nature dari para investor kita, terutama yang FDI terkonsentrasi lebih banyak di negara Asia," kata Rosan, dikutip dari Antara, Selasa (24/6/2025).

Dirinya menyampaikan investasi asing yang masuk ke Indonesia rata-rata berasal dari Singapura, Hong Kong, China, Malaysia, Jepang dan Korea, serta saat ini negara-negara tersebut tetap menyampaikan komitmen kuat.

"Jadi komitmennya tetap sama, tetap tinggi," kata dia lagi.

Oleh karena itu, hingga saat ini, kata Rosan pula, eskalasi yang terjadi di Timur Tengah belum memberikan dampak signifikan ke Indonesia.

"Kita lihat sampai dengan enam bulan ini sangat-sangat baik. Sangat-sangat positif. Buat kami kelihatannya tidak ada pengaruh yang besar, semua oke, berjalan dengan baik," ujarnya.

Gencatan Senjata

Di platform X, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan mengenai gencatan senjata antara Iran dengan Israel.

Jika rezim Israel menghentikan agresi ilegal terhadap rakyat Iran paling lambat pukul 4 pagi waktu Tehran, kata Araghchi, pihaknya tak berniat melanjutkan tanggapan.

Baru-baru ini, Iran juga meluncurkan serangkaian rudal ke Pangkalan Militer Amerika Serikat Al Udeid di Qatar. Jumlah rudal yang ditembakkan dalam serangan adalah sama dengan jumlah yang digunakan AS.

"Jumlah bom yang digunakan AS saat menyerang fasilitas nuklir kita" menurut Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.

Korps Garda Revolusi Islam Iran (IGRC), yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, menyebutnya sebagai pesan langsung kepada Washington dan sekutunya.

Bahlil Temui Wakil Rusia Pekan Ini, Serius Bahas Impor Minyak

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia akan menemui  wakil Rusia pekan ini untuk membahas mengenai rencana mengimpor minyak dan gas bumi (migas) dari Rusia. Rencana impor migas dari Rusia ini usai pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Penjajakan ini (impor migas) sudah kami lakukan. Saya pekan ini rapat dengan tim dari Rusia, dari pengusaha BUMN-nya Rusia akan datang ke Indonesia,” kata Bahlil setelah menghadiri Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 Lemhannas RI seperti dikutip dari Antara, Selasa (24/6/2025).

Bahlil menuturkan, selain membuka peluang impor migas, kunjungannya ke Rusia saat mendampingi Prabowo juga membuka peluang kerja sama teknologi dengan Rusia.

Kerja sama teknologi itu bertujuan mendongkrak lifting migas Indonesia terutama yang berasal dari sumur-sumur tua.

"Kita (Indonesia) mempunyai sumur idle, tetapi untuk teknologi harus kita belajar dan kolaborasi,” ujar Bahlil.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, kesiapan negara untuk meningkatkan kerja sama di sektor energi dengan Indonesia. Ini terutama menambah pasokan minyak dan gas alam cair (LNG) ke pasar Indonesia.

Perluas Kontribusi

Dalam pernyataan pers bersama dengan Presiden RI Prabowo Subianto di Istana St. Petersburg, Kamis, 19 Juni 2025, Presiden Putin menyebut sejumlah perusahaan Rusia telah bekerja secara efektif di Indonesia dan siap memperluas kontribusinya.

"Perusahaan Rusia bekerja di Indonesia dengan efektif, kami bersedia menambah pasokan minyak dan LNG cair ke pasar Indonesia," kata Putin.

Ia juga mengatakan kolaborasi strategis yang sedang berlangsung antara Rosneft dan PT Pertamina dalam pembangunan kilang dan fasilitas petrokimia di Jawa Timur sebagai contoh nyata penguatan hubungan ekonomi kedua negara di sektor energi.

Presiden Putin menuturkan, Rusia juga membuka peluang keterlibatan dalam proyek-proyek energi baru dan pengembangan infrastruktur migas di Indonesia.

Read Entire Article
Bisnis | Football |