Italia Tarik Crazy Rich Pakai Tawaran Pajak Rendah

6 days ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Italia, salah satu negara tujuan favorit selebritas terkenal, kini tengah mengalami gelombang baru dengan kedatangan para investor miliarder.

Lingkungan Italia yang ramah untuk investor, pasar properti yang berkembang pesat, dan rendahnya biaya pajak membuat para miliarder ini tertarik untuk datang ke negara tersebut. Demikian mengutip CNBC, Selasa (9/9/2025).

Saat banyak negara lain menerapkan biaya pajak yang tinggi untuk para miliarder, Italia malah mengambil strategi sebaliknya. Biaya pajak yang rendah dan kesempatan untuk berbisnis di Milan yang sedang mengalami perkembangan telah berhasil menarik minat miliarder-miliarder ini untuk datang dan menetap disana.

Italia meski telah menaikkan pajak untuk miliarder dari sekitar 100.000 euro menjadi 200.000 euro untuk penghasilan luar negeri mereka, tetapi miliarder ini tetap tertarik untuk tinggal di Italia. Hal itu karena kemewahan gaya hidup yang ditawarkan.

"Level kekayaan mereka berada jauh di atas biaya pajak tetap 200.000 euro per tahun,” ungkap Broker Senior di perusahaan properti Berkshire Hathaway HomeService, Matteo Pella kepada CNBC.

"Ini seperti kenaikan harga kopi dari 2 euro jadi 4 euro. Kamu tetap akan minum kopi kan?”

Henley & Partners mengungkapkan total miliarder baru yang datang ke Italia tahun ini diperkirakan bisa mencapai 3.600 orang.

Italia Tujuan Migrasi

Menurut Henley & Partners, perusahaan yang menangani program kewarganegaraan melalui investasi, Italia menjadi negara tujuan migrasi nomor satu untuk miliarder di Eropa pada 2025.

Meskipun Data migrasi para miliarder masih dipertanyakan dan sulit dilacak, beberapa tokoh terkenal sudah pindah ke Italia belakangan ini. Termasuk orang terkaya Mesir sekaligus co-owner klub sepak bola Aston Villa, Nassef Sawiris, dan wakil ketua Goldman Sachs, Richard Gnodde.

Milan Magnet Miliarder

Sistem pajak tetap Italia mulai diberlakukan sejak 2017 sebagai bagian dari strategi pemerintah itu untuk menarik investor asing sekaligus membujuk talenta lokal pulang setelah krisis utang zona euro.

Hasilnya, muncul gelombang bisnis baru yang melayani para miliarder ini, terutama di Milan sebagai pusat keuangan dan mode Italia. Contohnya klub eksklusif The Wilde yang baru buka setelah sebelumnya ada Casa Cipriani.

"Kami pikir ini waktu yang tepat untuk kembali ke Italia," kata Drektur keanggotaan Casa Cipriani Milano, Anna Cipriani, kepada CNBC soal pembukaan mereka pada 022.

"Beberapa tahun terakhir Milan sudah berkembang pesat. Dulu Milan lebih dikenal sebagai kota industri dan pusat fashion. Tapi akhir-akhir ini, Milan menjadi semakin menarik untuk orang kreatif, investor, dan komunitas internasional."

Harga Properti Melonjak

Banyaknya miliarder yang datang membuat harga properti melonjak di lokasi-lokasi premium Italia, mulai dari Tuscany, Italian Riviera, sampai kota-kota seperti Roma, Venesia, dan Florence. Namun, Milan dan daerah danau sekitarnya tetap menjadi daerah yang paling diminati.

"Saat ini harga properti sedang berada di puncak," ujar Pella, salah satu pekerja  yang berkantor di Lake Como. "Dalam lima tahun, harga naik puluhan persen. Ke depannya, kami memprediksi kenaikan akan stabil 3-4% per tahun di Lake Como."

Data grup properti Tecnocasa menunjukkan harga properti Milan naik 49% sejak sistem pajak tetap diberlakukan 2017 lalu. Angka ini terbilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya yang hanya mengalami kenaikan sebesar 10,9%. Konsultan properti global Knight Frank memperkirakan pasar properti premium Milan akan naik lagi 3,5% pada 2025.

"Ini soal mereka yang mampu membeli, karena harga tidak mengikuti logika pasar biasa," kata Pella. "Mereka menyukai properti berdasarkan perasaan. Baru kemudian mereka menghitung-hitung. Tapi mereka siap membayar mahal, bahkan lebih mahal dari harga yang ditawarkan, demi mendapat pemandangan atau lokasi yang unik," imbuhnya.

Migrasi Miliarder

Akhir-akhir ini kegiatan migrasi sedang menjadi tren di kalangan para miliarder, karena semakin banyaknuya negara yang memberikan tawaran khusus bagi mereka yang mau membayar. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah orang kaya yang melakukan migrasi naik hampir tiga kali lipat, dan jumlah rekor tertinggi terjadi pada 2024.

Tren ini diprediksi terus berlanjut pada 2025 dan 2026, karena semakin jelasnya perbedaan antara negara yang menarik perhatian para miliarder dengan negara yang justru memperketat aturan untuk mengurangi kesenjangan.

Prancis sedang mempertimbangkan untuk memperluas pajak kekayaan, sementara Swiss sedang mempertimbangkan untuk mengubah aturan pajak warisan.

Di sisi lain, Inggris pada April 2024 menghapus sistem pajak non-dom yang sudah berlaku 200 tahun lebih. Sistem ini dulunya membebaskan para miliarder yang tinggal di Inggris dari pajak pendapatan luar negeri. Ini terjadi setelah banyak bank dan pemodal London pindah ke ibu kota Eropa lain seperti Milan pasca Brexit 2016.

Kekhawatiran Tingkat Kesenjangan

Akibatnya, negara lain berlomba-lomba untuk mengisi kekosongan ini. "Ada negara-negara di seluruh dunia yang datang ke kami dan berkata: 'Kami mau para miliarder Inggris. Apa yang bisa kami lakukan untuk menarik mereka ke negara kami?'" kata Stuart Wakeling, managing partner Henley & Partners U.K.

Meskipun program kewarganegaraan dan residensi tiap negara berbeda-beda bahkan ada yang menerapkan sistem berat, daya tarik sistem Italia justru terletak pada kemudahannya. Dengan pembayaran sekali, orang asing atau warga negara Italia yang tinggal di luar negeri minimal 9 tahun bisa bebas dari pajak pendapatan dan pajak aset sampai 15 tahun.

Lonjakan kedatangan para miliarder ke Italia turut menimbulkan pertanyaan terkait dampaknya terhadap sektor ekonomi secara keseluruhan.

Beberapa orang khawatir hal ini akan memperparah tingkat kesenjangan karena total pajak yang masuk dari program ini lebih kecil dibanding defisit negara secara keseluruhan. Selain itu, persebaran para miliarder ini hanya terkonsentrasi di area tertentu.

Kekhawatiran Kritikus

Beberapa kritikus menyebutkan jika negara lain turut membuat program serupa, akan terjadi perlombaan. Tiap negara berbondong-bondong untuk memberikan pajak paling murah.  Hal ini nantinya akan merusak sistem pajak secara umum.

Namun, para pelaku bisnis optimistis hal ini akan meningkatkan lapangan kerja baru di sektor keuangan, investasi swasta, perhotelan, dan jasa yang pada akhirnya akan menguntungkan Milan dan Italia secara luas.

"Ini seperti roda yang terus berputar," kata Cipriani dari klub pribadi Casa Cipriani Milano.

"Ada banyak orang pindah, hotel-hotel baru buka, dan semakin banyak orang yang memutuskan untuk ke kota karena mereka berpikir lebih serius."

"Makin banyak jumlah investasi, maka akan tercipta lebih banyak pula peluang kerja baru untuk semua orang."

Read Entire Article
Bisnis | Football |