Liputan6.com, Jakarta Laga perebutan tempat ketiga UEFA Nations League antara Timnas Jerman dan Timnas Prancis menjadi panggung pelipur lara bagi dua raksasa yang gagal melangkah ke final. Pertandingan ini akan digelar di MHPArena Stuttgart, Minggu, 8 Juni, jam 20.00 WIB.
Bagi Jerman, ini adalah kesempatan untuk bangkit setelah kekalahan menyakitkan dari Portugal di hadapan publik sendiri. Bagi Prancis, ini tentang menjadikan kebangkitan mereka melawan Spanyol sebagai titik tolak kebanggaan baru.
Kedua tim datang ke pertandingan ini dengan wajah berbeda—Prancis dengan semangat kebangkitan, Jerman dengan tekad memperbaiki. Namun, keduanya sepakat bahwa laga ini bukan sekadar formalitas. "Akan ada perubahan di Jerman dan di tim kami, tapi kami akan berusaha pulih dan menang," ujar pelatih Prancis, Didier Deschamps, seperti dilansir UEFA.com.
Sementara Jerman belum pernah menang dalam empat pertemuan kompetitif terakhir melawan Prancis, pelatih Julian Nagelsmann menaruh harapan pada semangat baru anak-anak asuhnya. Dia menginginkan penampilan yang lebih berkarakter, sesuatu yang menurutnya absen dalam kekalahan sebelumnya.
Jerman: Luka di Munich, Peluang Penebusan
Kekalahan dari Portugal bukan sekadar soal skor. Setelah Florian Wirtz membuka keunggulan, Jerman tumbang oleh dua gol dari Francisco Conceicao dan Cristiano Ronaldo. “Itu salah satu pertandingan terlemah kami dalam satu setengah tahun terakhir,” keluh Nagelsmann.
Lebih dari sekadar kalah, yang membuat kekalahan itu terasa pahit adalah minimnya karakter permainan yang ditampilkan. Kini, mereka bersiap tampil lebih menyala melawan Prancis. Perubahan mungkin tidak besar, tapi rotasi tetap perlu dilakukan untuk menyegarkan tim.
Nama-nama seperti Niclas Fullkrug kabarnya akan mengisi lini depan, menggantikan debutan Woltemade yang tampil cukup baik, tapi akan bergabung dengan tim U-21. Di lini tengah, pertanyaan masih menggantung soal kelanjutan duet Goretzka dan Pavlovic.
Prancis: Dari Kekalahan Spektakuler Menuju Kebangkitan
Prancis datang dengan semangat berbeda. Mereka nyaris membalikkan keadaan setelah tertinggal empat gol dari Spanyol, dan membuat skor akhir 5-4 menjadi laga tertinggi dalam sejarah Nations League. Bagi penonton netral, itu hiburan. Bagi Prancis, itu alarm sekaligus harapan.
Deschamps belum sepenuhnya yakin apa yang akan terjadi di Stuttgart. Namun, satu hal pasti: perubahan akan dilakukan untuk menemukan keseimbangan antara kreativitas dan kestabilan. “Akan jadi pertandingan yang berbeda,” ucapnya, menyiratkan kehati-hatian sekaligus ambisi.
Rayan Cherki diprediksi naik kasta setelah penampilan briliannya sebagai pemain pengganti. Malo Gusto juga tampil menonjol dari sektor bek kanan, dan Kolo Muani bisa menjadi penyegar lini depan menggantikan Doue. Semangat baru ini membuat Les Bleus tetap patut diwaspadai.
Bagi Jerman dan Prancis, Ini Bukan Sekadar Ajang Hiburan
Meski hanya memperebutkan tempat ketiga, pertandingan ini tetap menyimpan gengsi tinggi. Jerman ingin membuktikan bahwa kekalahan dari Portugal bukan cerminan kualitas mereka sesungguhnya. Bagi Nagelsmann, ini adalah ujian karakter.
Sementara itu, Prancis bisa menjadikan laga ini sebagai titik awal rekonstruksi pertahanan yang rapuh melawan Spanyol. Jika Deschamps bisa mengombinasikan struktur pertahanan yang lebih solid dengan daya ledak lini depan mereka, hasil positif bisa diraih.
Secara emosional, kedua tim datang dengan perasaan campur aduk. Ada rasa kecewa, tapi juga dorongan untuk bangkit. Dalam atmosfer seperti ini, pertandingan di Stuttgart tak hanya menjadi ajang hiburan, tapi juga cermin karakter dan masa depan masing-masing kubu.