Liputan6.com, Jakarta Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) melihat kemungkinan penghematan dari beroperasinya 3 rangkaian kereta rel listrik (KRL) baru asal China. Misalnya, dari penghematan biaya perawatan.
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian MTI, Aditya Dwi Laksana menilai rangkaian kereta baru itu kemungkinan akan memerlukan biaya perawatan yang lebih murah dibandingkan kereta bekas.
"Bila armada baru asumsinya juga durasi operasionalnya akan lebih lama dan biaya perawatan lebih rendah bila dibandingkan dengan sarana bekas pakai," kata Aditya saat dihubungi Liputan6.com, dikutip Selasa (3/6/2025).
Kendati begitu, dia melihat adanya keterbatasan pada aspek pengadaannya. Pasalnya, hal tersebut memerlukan waktu yang relatif lama dengan harga unit yang lebih tinggi.
Aditya khawatir, jika biaya pengadaan itu dibebankan ke operasional, maka akan mengerek harga tiket KRL Commuter Line Jabodetabek. Jika tidak ke operasional, maka beban subsidi akan lebih tinggi.
"Bila investasi sarananya tinggi, maka ada potensi pembebanan biaya investasi ini ke biaya operasional KRL, yang bila dibebankan ke tarif maka tarif KRL berpotensi naik atau bila tidak ke tarif maka diperlukan tambahan alokasi dana PSO dari APBN dan APBD agar tarif tetap terjangkau," terangnya.
Tambah Kapasitas
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) memandang pengoperasian 3 rangkaian kereta rel listrik (KRL) baru asal China bisa menambah kapasitas angkut penumpang. Mengingat setiap rangkaiannya menjalankan 12 kereta.
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian MTI, Aditya Dwi Laksana menyampaikan, penambahan kapasitas angkut itu bisa dilihat dari jumlah kereta yang dijalankan.
"Operasional armada baru KRL CRRC Sifang ini berdampak positif pada layanan KRL CL jabodetabek, karena armada ini memiliki 12 kereta per 1 rangkaian, sehingga bila ada 3 rangkaian maka akan ada tambahan 36 kereta," kata Aditya kepada Liputan6.com, Senin (2/6/2025).
"Ini akan menambah kapasitas angkut karena sarana CL yang saat ini beroperasi selain 12 kereta per set, masih ada yang dioperasikan dengan 10 dan 8 kereta per set-nya karena keterbatasan sarana," sambungnya.
Naik Bertahap
Dia mengatakan, penambahan rangkaian KRL yang dibuat perusahaan CRRC Qingdao Sifang ini bisa menambah kapasitas meski frekuensi perjalanannya belum bertambah signifikan.
Aditya bilang, penambahan rangkaian KRL yang bertahap ini belum bisa meningkatkan kapasitas angkut secara signifikan.
"Namun sebenarnya penambahan sarana yang saat ini dilakukan bertahap, secara keseluruhan hanya bersifat penggantian atau peremajaan dari armada yang sudah tua dan tidak lagi laik jalan, dan belum merupakan peningkatan armada atau penambahan kapasitas angkut KRL secara signifikan," tuturnya.
Tingkatkan Keselamatan
Meski begitu, beroperasinya 3 KRL baru dinilai Aditya bisa meningkatkan aspek keselamatan. Apalagi, jika melihat hampir seluruh rangkaian KRL Jabodetabek yang beroperasi saat ini adalah kereta bekas dari Jepang.
"Pengoperasian KRL baru ini juga menandai penyediaan sarana baru untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna," ucapnya.
"Dan juga tonggak penanda penggunaan sarana baru KRL karena selama ini operasional KRL didominasi oleh KRL bekas pakai dari Jepang," imbuh Aditya.