Ketika Para Pemain Tumpuan Barcelona Gagal Menunjukkan Kualitas Terbaiknya

4 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta Real Madrid berhasil menundukkan Barcelona dengan skor 2-1 dalam laga El Clasico pekan ke-10 La Liga 2025/2026 yang berlangsung di Santiago Bernabeu, Minggu (26/10/2025). Pertandingan penuh emosi ini menghadirkan drama selama 90 menit, dari gol yang dianulir hingga peluang emas yang terbuang.

Kylian Mbappe dan Jude Bellingham menjadi pahlawan bagi Real Madrid. Kedua pemain itu memastikan kemenangan tuan rumah meski sempat mendapat perlawanan sengit dari Barcelona. Sementara itu, tim tamu justru menampilkan permainan yang tidak konsisten dan banyak melakukan kesalahan di lini belakang.

Barcelona sebenarnya menguasai bola hampir seimbang dengan Madrid, tetapi tidak mampu memanfaatkan penguasaan itu menjadi peluang berbahaya. Pertahanan mereka terlihat rapuh, dan setiap kehilangan bola menjadi ancaman langsung bagi gawang Wojciech Szczesny.

Di sisi lain, sejumlah pemain yang selama ini menjadi tumpuan malah tampil di bawah performa. Dari Pau Cubarsi hingga Lamine Yamal, tak satu pun benar-benar mampu menunjukkan kualitas terbaiknya di laga sebesar El Clasico ini.

Promosi 1

Pertahanan Barcelona Rapuh, Gol Mudah Terjadi

Salah satu masalah utama Barcelona di Bernabeu adalah rapuhnya pertahanan. Pau Cubarsi, bek muda yang biasanya tampil tenang, kali ini kewalahan menghadapi kecepatan Kylian Mbappe. Ia berulang kali tertinggal dalam duel satu lawan satu dan gagal menjaga ruang dengan baik.

Meski distribusi bolanya cukup baik, posisi dan koordinasi lini belakang membuatnya tampak kebingungan. Beberapa kali, Mbappe dibiarkan berlari bebas tanpa pengawalan berarti — sebuah kesalahan fatal di laga sebesar ini.

Eric Garcia pun tak lepas dari kritik. Ia memang sempat melakukan beberapa intersepsi penting untuk mencegah Mbappe mencetak lebih banyak gol. Akan tetapi, Garcia juga kerap kalah dalam duel udara dan gagal membaca pergerakan lawan dari lini kedua. Pertahanan Barcelona pun terlihat tidak solid dan mudah ditembus oleh kombinasi serangan cepat Real Madrid.

Jules Kounde, yang diharapkan bisa menjadi pemimpin di lini belakang, tampil lebih fokus dibanding laga sebelumnya, tetapi tetap jauh dari meyakinkan. Ia terlalu mudah memberi ruang bagi Vinicius Junior dan seharusnya bisa mencegah umpan silang yang menghasilkan gol pembuka Real Madrid. Lebih buruk lagi, Kounde membuang peluang emas di menit-menit akhir karena kontrol bola yang buruk.

Lini Depan Barcelona Mandul, Minim Risiko dan Kreativitas

Beralih ke lini depan, Barcelona juga gagal menghadirkan ancaman berarti. Lamine Yamal, yang selama ini menjadi sensasi muda Blaugrana, nyaris tak terlihat di babak pertama. Ia memang sempat menampilkan kombinasi umpan satu-dua yang rapi, tetapi nyaris tak pernah mencoba menggiring bola atau menusuk ke kotak penalti.

Yamal seperti kehilangan keberaniannya untuk mengambil risiko. Bahkan ketika Barcelona tertinggal, ia tetap bermain aman dan tidak banyak memberikan perbedaan di sisi sayap.

Ferran Torres yang baru pulih dari cedera langsung dipercaya turun sebagai starter. Sayangnya, kontribusinya minim. Ia terlihat kaku dan kurang tajam dalam penyelesaian akhir. Ada satu peluang emas di babak pertama yang seharusnya bisa ia ubah menjadi gol, tetapi penyelesaiannya melenceng jauh.

Ketika Ferran dan Yamal gagal memberikan variasi serangan, Barcelona bergantung pada permainan umpan-umpan pendek di tengah yang mudah ditebak oleh Madrid. Hal ini membuat mereka kesulitan menembus pertahanan rapat tuan rumah.

Real Madrid Lebih Efisien dan Percaya Diri

Real Madrid menunjukkan perbedaan utama yang menjadi pembeda di laga ini: efisiensi. Meskipun sama-sama menguasai bola, Los Blancos jauh lebih berani mengambil inisiatif menyerang. Mbappe dan Bellingham tampil luar biasa, menciptakan peluang demi peluang yang memaksa pertahanan Barcelona bekerja keras sepanjang pertandingan.

Satu penalti sempat dibatalkan, satu lagi berhasil ditepis, dan beberapa gol dianulir karena offside. Namun, pada akhirnya, Real Madrid tetap lebih tajam dan memaksimalkan setiap kesempatan yang mereka dapat. Barcelona justru terjebak dalam permainan aman, tanpa keberanian untuk menekan balik.

Hasil ini menjadi peringatan bagi Hansi Flick bahwa timnya masih perlu banyak berbenah. Bukan hanya dalam hal taktik, tetapi juga mentalitas saat menghadapi laga besar seperti El Clasico. Ketika para pemain muda tampil gugup dan lini belakang rapuh, kemenangan sulit dicapai di level tertinggi.

Sumber: Barca Universal

Klasemen La Liga/Liga Spanyol

Read Entire Article
Bisnis | Football |