Larang Ekspor Bahan Mentah, Bahlil Tak Ingin Balik ke Zaman VOC

10 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melarang keras Indonesia kembali melakukan ekspor untuk komoditas mentah. Pasalnya, ia tidak ingin negara kembali seperti di zaman saat dikuasai Belanda, melalui Vereenigde Oost Indische Company (VOC).

Untuk itu, Bahlil menegaskan pentingnya swasembada energi dan hilirisasi dalam pembangunan energi nasional. Dia menilai, hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah, tetapi juga memperkuat ketahanan energi Indonesia.

"Sebagai Menteri ESDM, saya ingin menekankan bahwa pembangunan energi nasional hari ini mengusung misi besar, yaitu swasembada energi dan hilirisasi," kata Bahlil dalam keterangan resmi Kementerian ESDM, Sabtu (19/7/2025).

Guna mengemban amanah hilirisasi di sektor energi, ia menyebut pemerintah terus mendorong reaktivasi sumur migas idle, pembangunan infrastruktur gas, dan hilirisasi sektor minerba. Seraya melakukan percepatan transisi energi melalui pengembangan EBT dan inovasi teknologi.

Pada dasarnya, Bahlil menambahkan, hilirisasi berarti mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Sehingga tidak ada lagi ekspor bahan mentah, karena seluruh proses berada di dalam negeri.

"Jangan lagi mengirim bahan mentah, nilai tambahnya di luar, kita cuman main ekspor material bahan baku. Kalau seperti itu apa bedanya kita dengan zaman VOC?" ungkap Bahlil. 

"VOC itu 390 tahun mengirim bahan baku yang membuat negara-negara lain candu terhadap sumber daya kita," dia menegaskan. 

Negara Lain Terlalu Lama Nikmati Kekayaan Indonesia

Bahlil menambahkan, selama ini negara-negara lain mendapatkan pasokan bahan baku dari Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pabrik mereka. Karena itu, sudah saatnya Indonesia sepenuhnya menjalankan program hilirisasi, memproses komoditas hingga menjadi produk jadi.

Sebagai contoh konkret, ia menyebutkan bahwa ekosistem baterai untuk mobil listrik di Indonesia, dengan nilai investasi mencapai USD 20 miliar, telah menempatkan negara kita sebagai produsen baterai terbesar kedua di dunia setelah China.

"Nanti bulan November ada investasi USD 100 miliar atau Rp 100 triliun. Sekarang kita akan membangun lagi dari China dan Korea, itu sekitar USD 8 miliar yang juga menjadi salah satu yang terbesar dalam mengolah bahan baku nikel hingga menjadi cell battery. Bahkan Presiden Prabowo meminta hingga menjadi mobil listrik," tuturnya.

Trump Tertarik Tembaga RI, Bahlil Jamin Indonesia Tak Kirim Bahan Mentah

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia merespons ketertarikan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump terhadap tembaga milik Indonesia.

Bahlil menyatakan, proses pengiriman tembaga ke Amerika Serikat bakal mengikuti ketentuan program hilirisasi yang telah ditetapkan Pemerintah RI. Alhasil, Indonesia bukan akan ekspor tembaga dalam bentuk bahan mentah, melainkan produk olahan turunannya.

"Dalam negosiasi itu, aturan-aturan yang dalam negeri tetap diterapkan. Jadi andaikan pun ada yang harus kita kirim tembaga, semuanya dalam kerangka aturan yang berlaku di negara kita," tegas Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/7/2025).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia merespons ketertarikan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump terhadap tembaga milik Indonesia.

Bahlil menyatakan, proses pengiriman tembaga ke Amerika Serikat bakal mengikuti ketentuan program hilirisasi yang telah ditetapkan Pemerintah RI. Alhasil, Indonesia bukan akan ekspor tembaga dalam bentuk bahan mentah, melainkan produk olahan turunannya.

"Dalam negosiasi itu, aturan-aturan yang dalam negeri tetap diterapkan. Jadi andaikan pun ada yang harus kita kirim tembaga, semuanya dalam kerangka aturan yang berlaku di negara kita," tegas Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/7/2025).

Pengenaan Tarif Impor 19%

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan tarif impor senilai 19 persen akan diberlakukan terhadap produk-produk Indonesia yang masuk ke AS, berdasarkan negosiasi langsung yang dilakukannya dengan Presiden RI Prabowo Subianto.

"Indonesia akan membayar tarif 19 persen kepada Amerika Serikat untuk semua barang impor dari mereka ke negara kita," tutur Trump terkait kesepakatan yang dicapai dengan RI dalam hal tarif impor, seperti dipantau dari media sosial Truth Social.

Berdasarkan pertemuan dengan Menteri Perdagangan AS dan Kepala USTR di Washington DC pada 9 Juli 2025, disepakati penundaan pemberlakuan tarif untuk memberi waktu tiga pekan bagi penyelesaian perundingan lanjutan.

Selain soal tarif, negosiasi juga mencakup hambatan non-tarif, ekonomi digital, dan kerja sama mineral kritis seperti nikel dan tembaga.

AS disebut tertarik memperkuat kemitraan strategis di sektor tersebut.

"Indonesia memiliki beberapa produk yang bagus dan mereka memiliki beberapa komoditas mineral berharga, salah satunya tembaga berkualitas tinggi," ujar Trump.

Read Entire Article
Bisnis | Football |