Makna Senyum Tiga Pemimpin Dunia di KTT Tiongkok, Siap Lawan Tarif Trump?

1 week ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Terkadang, satu foto bisa menceritakan lebih banyak daripada komunike resmi atau deklarasi puncak pertemuan. Sebuah potongan gambar yang memperlihatkan Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Presiden Rusia Vladimir Putin tertawa bersama di Tianjin, sudah viral di media sosial.

Sekilas, foto itu menampilkan keakraban tiga pemimpin dunia. Namun, para analis menilai potret tersebut mencerminkan campuran rumit antara rivalitas dan pergeseran dinamika kekuasaan global.

Mantan duta besar India untuk China, Gautam Bambawale, mengatakan bahwa naga dan gajah belum benar-benar menari.

"Mereka hanya saling menatap dari sisi berlawanan ruangan dan mencoba menilai apa implikasi dari hubungan itu? Butuh waktu untuk membawa hubungan kembali ke jalurnya” jelas dia, dikutip dari CNBC, Selasa (2/9/2025).

Hambatan yang membayangi jelas adanya. Perselisihan perbatasan antara India dan China masih belum terselesaikan sejak bentrokan 2020.

Selain itu, kemitraan erat China dengan Pakistan — yang mencakup koridor ekonomi hingga kerja sama militer dan intelijen — semakin membatasi seberapa jauh hubungan India-China bisa berkembang.

Pekan ini, foto ketiga pemimpin itu diambil di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Shanghai Cooperation Organization (SCO). SCO memang semakin berkembang dalam ukuran dan ambisi, tetapi menurut Jeremy Chan dari Eurasia Group, lebih menonjol tidak selalu berarti lebih relevan.

“SCO, meski umumnya digambarkan sebagai organisasi keamanan, sebenarnya tidak terlalu fokus pada isu militer. Dalam berbagai konflik global belakangan ini, baik Ukraina maupun Gaza, SCO praktis absen,” kata Chan kepada CNBC.

Trump Jadi Faktor Pemicu Dinamika Baru

Waktu pertemuan ini juga menarik untuk diperhatikan. Dengan Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif dan mengguncang pasar global, Beijing memanfaatkan SCO untuk menekankan jangkauan diplomasi ke negara-negara Global South.

Chan menilai Trump justru sedang “menghidupkan kembali” pertemuan ini, memberi peluang bagi China untuk menampilkan diplomasi yang lebih dapat diandalkan dibanding Washington.

Pada Senin, Trump menulis di laman Truth Social bahwa India telah menawarkan pemangkasan tarif barang AS menjadi nol. Ia menyebut hubungan dagang dengan India selama ini sangat timpang.

“Alasannya adalah India, hingga kini, mengenakan tarif sangat tinggi — tertinggi dari negara mana pun — sehingga bisnis kami tidak bisa masuk ke India. Ini bencana sepihak total! Selain itu, India membeli sebagian besar minyak dan produk militer dari Rusia, sangat sedikit dari AS. Mereka kini menawarkan memotong tarif jadi nol, tetapi sudah terlambat. Seharusnya dilakukan bertahun-tahun lalu,” tulis Trump.

Di sisi lain, foto Xi, Modi, dan Putin juga menjadi perhatian media AS. The New York Times menyebut interaksi tersebut sebagai “manifestasi tersenyum dari troika yang ingin dihidupkan kembali oleh Moskow”, menyoroti kedekatan antara Modi dan Putin yang bahkan berbagi kendaraan menuju pertemuan di sela KTT.

Laporan itu menilai, birokrasi India yang biasanya hati-hati kemungkinan dulu akan menghindari pertunjukan kedekatan dengan China dan Rusia. Namun, tarif besar-besaran Trump membuat New Delhi kini “tak punya banyak insentif” untuk menahan diri.

Peran India dan Rusia di Panggung Global 

Bagi India, interaksi Modi dengan Xi dan Putin adalah sinyal kepada Washington bahwa India memiliki pilihan strategis. Keputusan New Delhi untuk memperdalam hubungan dengan AS tidak menghalangi mereka untuk tetap berdialog dengan Beijing dan Moskow. Namun, India juga menunjukkan batasannya dengan melewatkan parade militer SCO.

Bagi Rusia, SCO adalah salah satu dari sedikit platform internasional di mana Presiden Putin tidak berada dalam posisi defensif. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan Rusia dengan mitra-mitra berpengaruh di Asia tetap kuat meskipun ada sanksi dari Barat.

Intinya, KTT ini menjadi ajang perdebatan tentang "multipolaritas" atau sistem di mana kekuasaan tidak lagi didominasi oleh satu negara. Namun, definisi multipolaritas berbeda bagi setiap negara. Tiongkok melihatnya sebagai sistem di mana dominasi AS berkurang, sementara India memahaminya sebagai pengaruh yang tersebar merata di banyak negara, tanpa ada satu negara pun yang terlalu mendominasi.

Pada akhirnya, foto senyum itu memang menunjukkan keharmonisan, tetapi kenyataan yang terjadi di baliknya jauh lebih rumit.

Read Entire Article
Bisnis | Football |