Liputan6.com, Jakarta Barcelona tampaknya bersiap merombak posisi penjaga gawang utama mereka usai menjuarai La Liga. Klub dikabarkan semakin dekat untuk merekrut Joan Garcia dari rival sekota, Espanyol. Situasi ini membuka babak baru dalam ketidakpastian masa depan Marc-Andre ter Stegen.
Kedatangan Garcia bisa berarti pergeseran peran bagi Ter Stegen, yang selama ini menjadi andalan Blaugrana. Tanda-tanda tekanan mulai muncul dari media lokal yang kerap selaras dengan narasi klub, mirip dengan pola yang sudah terjadi sebelumnya terhadap pemain-pemain lama lainnya.
Dengan usia yang kini menyentuh 33 tahun dan kondisi fisik yang baru pulih dari cedera, Ter Stegen mungkin menghadapi musim paling menentukan dalam kariernya bersama Barcelona. Apalagi, situasi finansial klub menambah kerumitan dalam keputusan terkait siapa yang akan bertahan atau dilepas.
Barca Ulang Pola Tekanan Lewat Media
Sejak didatangkan dari Borussia Moenchengladbach pada 2014, Ter Stegen telah memenangkan 19 trofi bersama Barcelona. Namun, posisinya sebagai penjaga gawang utama mulai tergeser musim lalu setelah mengalami cedera lutut dan digantikan oleh Wojciech Szczesny yang tampil solid.
Presiden Joan Laporta bahkan sudah mengisyaratkan akan ada perubahan signifikan di posisi penjaga gawang. Tak lama setelahnya, Barca melihat peluang merekrut Joan Garcia dengan membayar klausul 25 juta euro—sebuah keputusan yang dipandang sebagai kesempatan pasar yang sulit dilewatkan.
Namun, dengan situasi finansial yang masih bermasalah dan batas gaji yang melampaui ambang dari La Liga, baik Garcia maupun Szczesny belum bisa didaftarkan untuk musim 2025/2026.
Di saat bersamaan, Ter Stegen masih terikat kontrak hingga 2028 dengan gaji yang meningkat setiap tahunnya akibat skema penundaan bayaran dari kontrak sebelumnya.
Pengulangan Kasus De Jong dan Tekanan Sistematis
Polanya mengingatkan publik pada drama Frenkie de Jong tiga tahun lalu, ketika klub ingin melepasnya ke Manchester United demi keseimbangan finansial.
Meski De Jong menolak pindah, media lokal ramai-ramai membahas detail kontraknya dan memosisikannya seolah menjadi penghambat kestabilan ekonomi klub.
De Jong saat itu menolak menyerahkan gaji yang ditangguhkan dari kesepakatan masa lalu, dan sempat diancam secara hukum oleh manajemen. Walaupun bertahan dan terus tampil baik, narasi negatif terhadapnya terus berlanjut dalam pemberitaan.
Hal serupa juga dialami para pemain lain seperti Busquets, Pique, Jordi Alba, dan Dembele. Media kerap memosisikan mereka sebagai beban keuangan klub dan menciptakan opini publik bahwa kepergian mereka adalah solusi terbaik.
Raphinha Pernah dan Sekarang Ter Stegen Jadi Target
Raphinha adalah contoh terbaru pemain yang sempat tertekan untuk pergi, sebelum akhirnya membuktikan diri dengan performa luar biasa musim lalu.
Ia menyumbang 34 gol dan 24 assist, lalu meneken kontrak baru di akhir Mei. Meski demikian, ia mengaku masih kesal karena banyak pihak yang ingin ia hengkang.
Kini, giliran Ter Stegen yang jadi sasaran. Laporan media lokal menyebut Presiden Laporta sudah menyampaikan rencana untuk menjualnya begitu Garcia resmi bergabung. Hansi Flick dikabarkan akan menjadikan Garcia kiper utama musim depan, terlepas dari apakah Ter Stegen bertahan.
Hal ini memunculkan ketegangan saat Ter Stegen diwawancarai di kamp Jerman untuk Nations League. Ketika ia seharusnya membahas kebugarannya, mayoritas pertanyaan justru berkisar pada masa depannya di Barcelona.
Spekulasi Liar dan Kampanye Opini
Ter Stegen sendiri menyatakan tidak tahu-menahu soal rencana klub menjualnya. Ia menegaskan akan tetap di Barcelona musim depan dan tidak melihat ada yang berubah.
Namun media seperti Jijantes dan Sport mulai menyudutkannya, bahkan menuding sikapnya meremehkan Szczesny. Pemberitaan ini perlahan memengaruhi opini publik.
Ketika klub mengunggah video soal pemulihan Ter Stegen, kolom komentar justru dipenuhi kritikan dan tagar #TerStegenOut. Meski tidak mewakili mayoritas pendukung, tekanan semacam ini telah terbukti efektif dalam mendorong pemain keluar.