Tragedi Pesawat Air India, Ini Kata Ahli Soal Kursi Paling Aman di Pesawat

12 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Nama Vishwash Kumar Ramesh mendadak menjadi sorotan dunia. Pria berusia 40 tahun itu bukan artis atau tokoh publik, melainkan satu-satunya penumpang yang selamat dalam kecelakaan tragis pesawat Air India AI171.

Insiden nahas ini terjadi pada Kamis, 12 Juni 2025. Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner tersebut mengangkut 242 orang, terdiri dari 230 penumpang dan 12 awak kabin. Air India mengonfirmasi bahwa di antara penumpang terdapat 169 warga negara India, 53 warga negara Inggris, tujuh Portugal, dan satu Kanada.

Vishwash diketahui duduk di kursi 11A, berdekatan dengan pintu darurat dan tepat di belakang kelas bisnis. Berdasarkan laporan polisi seperti dikutip dari The Straits Times, ia berhasil selamat setelah melompat keluar dari pesawat sesaat sebelum ledakan.

Pesawat dilaporkan menghantam area permukiman milik BJ Medical College, yang ditempati oleh para dokter dan tenaga medis. Setelah itu, pesawat meledak hebat. Vishwash ditemukan dengan wajah dan tangan berlumuran darah, namun masih dalam kondisi sadar dan mampu berjalan.

"Tiga puluh detik setelah lepas landas, terdengar suara keras, lalu pesawat jatuh. Semuanya terjadi begitu cepat," ujar Vishwash kepada media lokal saat dirawat di Rumah Sakit Civil Hospital, Asarwa, Ahmedabad, seperti dikutip Independent, Sabtu (14/6/2025).

"Saat aku sadar, jasad-jasad tergeletak di sekelilingku. Aku ketakutan. Aku berdiri dan berlari. Di sekelilingku berserakan serpihan-serpihan pesawat. Seseorang menarikku, memasukkanku ke dalam ambulans, lalu membawaku ke rumah sakit," lanjutnya.

Benarkah Ada Kursi Paling Aman di Pesawat?

Pertanyaan lama pun kembali mencuat: apakah posisi tempat duduk bisa memengaruhi peluang keselamatan dalam kecelakaan pesawat?

Sebuah laporan Majalah TIME pada 2015 meneliti catatan kecelakaan pesawat di Amerika Serikat antara 1985 hingga 2000. Hasilnya menunjukkan bahwa kursi di sepertiga belakang pesawat memiliki tingkat kematian 32%, dibandingkan 38% di sepertiga depan dan 39% di bagian tengah.

Kursi dengan tingkat keselamatan terbaik berada di tengah-tengah barisan belakang, dengan risiko kematian sekitar 28%. Sementara posisi paling berisiko adalah kursi lorong di bagian tengah pesawat, dengan tingkat kematian 44%.

Namun, apakah data ini masih relevan saat ini?

"Tidak ada data yang menunjukkan korelasi antara tempat duduk dengan kemampuan bertahan hidup," kata Hassan Shahidi, Presiden Flight Safety Foundation, seperti dikutip CNN, Rabu (8/1/2025).

"Setiap kecelakaan berbeda."

Senada, Cheng-Lung Wu, Associate Professor di School of Aviation, University of New South Wales, Sydney, menyebut bahwa posisi duduk tidak banyak berpengaruh dalam kecelakaan fatal.

"Jika kita berbicara tentang kecelakaan fatal, maka hampir tidak ada perbedaan di mana seseorang duduk," katanya.

Profesor teknik keselamatan kebakaran dari Universitas Greenwich London, Ed Galea, turut menegaskan hal serupa. Ia dikenal sebagai pakar evakuasi kecelakaan pesawat dan menyebut tidak ada tempat duduk yang benar-benar paling aman.

"Itu tergantung pada jenis kecelakaan yang Anda alami. Terkadang lebih baik di depan, terkadang di belakang," ujar Galea.

Menurutnya, perbedaan utama justru terletak pada dua hal: tempat duduk yang memberi peluang bertahan dari benturan, dan tempat duduk yang mempermudah evakuasi cepat. Yang terakhir dinilai lebih penting untuk diperhatikan.

Keselamatan Tergantung Evakuasi

Kabar baiknya, sebagian besar kecelakaan pesawat modern dinilai masih dapat diselamatkan. Kursi dan badan pesawat kini dirancang untuk menahan benturan hingga 16 kali gaya gravitasi (16G).

"Dalam sebagian besar insiden, mungkin saja untuk selamat dari trauma akibat benturan kecelakaan," ungkap Galea.

Sebagai contoh, ia menyebut insiden Jeju Air — dugaan tabrakan burung dan pendaratan darurat tanpa roda pendarat — sebagai kecelakaan yang masih dapat diselamatkan. "Jika tidak menabrak penghalang beton bertulang di ujung landasan pacu, sangat mungkin mayoritas, jika tidak semua, bisa selamat," katanya.

Sebaliknya, kecelakaan seperti Azerbaijan Airlines dikategorikan sebagai insiden yang hampir tidak bisa diselamatkan. Galea menyebut keajaiban jika ada penumpang yang bertahan hidup.

"Sebagian besar pesawat modern dirancang untuk memperlambat penyebaran api dan memberikan waktu evakuasi," tambah Galea. "Namun, yang membedakan antara hidup dan mati dalam sebagian besar kecelakaan modern adalah seberapa cepat penumpang bisa dievakuasi."

Dalam uji sertifikasi, pesawat harus bisa dievakuasi dalam 90 detik. Tapi, realitas di lapangan kerap berbeda. Ketakutan dan kepanikan kerap memperlambat proses penyelamatan.

Kisah selamatnya Vishwash dari kursi 11A di pesawat Air India pun menjadi pengingat bahwa keselamatan penerbangan bukan hanya soal posisi duduk, tapi juga soal kesiapan dan keberuntungan.

Read Entire Article
Bisnis | Football |