Trump Effect, Pengusaha Minta Indonesia Hadapi dengan Cara Ini

2 weeks ago 4

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Pengawas Indonesian Business Council (IBC) Arsjad Rasjid tidak ingin Indonesia terlarut dalam Trump Effect, khususnya oleh tarif resiprokal yang dikenakan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Lantaran, sosok yang kini menjabat sebagai Komisaris PT Indika Energy Tbk ini melihat Indonesia punya potensi perdagangan besar dengan negara lain.

"Kalau bicara dampak terhadap tarif Trump, bukan saya mencoba mengatakan ini it's not important. Kita berbeda dengan Vietnam, sebagai contoh. Vietnam itu memang majority ekspor secara ekonomi kebergantungan (pada AS). Indonesia? No," tuturnya di Fairmont Hotel, Jakarta, Selasa (26/8/2025).

"Bukan saya mengatakan enggak penting, tapi jangan terfokus di situ saja. Makanya kita harus membuat diversifikasi pasar," tegas Arsjad.

Arsjad ingin pengusaha Indonesia bisa melihat potensi di pasar lain semisal Eropa, Amerika Latin, hingga Afrika yang tak kalah besar. "Kita lihat dari Amerika, dari Eropa, Amerika Latin, Afrika, kita lihat itu semua. Supaya kita bisa diferensiasi pasar, tidak bergantung pada satu," imbuhnya.

"Istilahnya, apapun dalam berbisnis, kita ingin berbagi risiko. Penjualannya tambah, tambah banyak negara, tambah bagus," dia menekankan.

Tak Ingin Terpaku oleh Tarif Trump

Pasalnya, ia tidak ingin pengusaha Indonesia menghabiskan terlalu banyak energi hanya untuk berpaku pada tarif Trump. Justru, Arsjad melihat Trump Effect sebagai dorongan agar bisa melihat potensi pasar di negara lain.

"Saya tidak mau kita berpikir Trump, Trump, Trump. Kita punya hal lain yang harus kita pikirkan. Bukan berarti menggampangkan. Yes, we have to deal with it, yes we have to focus with it, tapi let's take a look at another things," tegasnya.

Ia lantas menyoroti berbagai kesepakatan dagang yang telah diselesaikan Indonesia melalui konteks Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

Daftar Kesepakatan CEPA antara Indonesia dan Berbagai Negara

Untuk diketahui, Indonesia telah menyepakati perjanjian dagang dengan Uni Eropa lewat Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) pada awal Agustus lalu. Indonesia juga telah menandatangani perjanjian bilateral dengan Peru melalui skema Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA).

Secara jadwal, Indonesia juga bakal meneken perjanjian lain dengan beberapa negara lain, yakni Kanada (ICA-CEPA) dan Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Area (I-EAEU FTA).

"Kita sekarang sudah punya IEU-CEPA, kita utilize itu dulu dong, bagaimana kita bisa ke sana. Dengan Australia kita punya. Jadi banyak loh CEPA-CEPA kita yang kita belum optimal," pungkas Arsjad Rasjid.

Trump Ancam Tarif 200% Jika China Tak Ekspor Logam Tanah Jarang

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melontarkan ancaman terkait hubungan dagang dengan China. Trump memperingatkan bakal mengenakan tarif lebih tinggi hingga 200 persen jika Negeri Tirai Bambu menahan ekspor logam tanah jarang ke AS.

“Mereka harus memberikan kami logam tanah jarang. Jika tidak, kami akan kenakan tarif 200% atau semacamnya,” kata Trump kepada wartawan usai bertemu Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung di Gedung Putih, dikutip dari CNBC, Selasa(26/8/2025).

Trump juga menyinggung soal suku cadang pesawat yang menjadi daya ungkit utama bagi Washington dalam menghadapi dominasi China atas komoditas strategis tersebut.

“Sebanyak 200 pesawat mereka tidak bisa terbang karena kami sengaja menahan pasokan suku cadang Boeing, lantaran mereka tidak memberikan tanah jarang kepada kami,” tegasnya.

Saat ini, Pesawat Boeing tengah berupaya menuntaskan kesepakatan penjualan hingga 500 unit pesawat ke China. Kedua pihak masih menyelesaikan detail kontrak, mulai dari tipe jet, model, hingga jadwal pengiriman.

Kontrak ini bisa menjadi bagian penting dalam paket kesepakatan dagang AS-China.

Read Entire Article
Bisnis | Football |