Trump Tepati Janji Dongkrak Tarif 50% ke India, Warga AS Kena Imbas

2 weeks ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menepati ancamannya dengan menaikkan tarif impor terhadap produk asal India menjadi 50 persen. Langkah ini berpotensi merusak hubungan dengan salah satu mitra dagang terpenting Negeri Paman Sam, sekaligus memicu kenaikan harga bagi konsumen di dalam negeri.

Dikutip dari CNN, Kamis (28/8/2025), kebijakan tersebut muncul hanya beberapa pekan setelah Trump menetapkan tarif dasar baru sebesar 25 persen untuk barang asal India.

Kini, bea masuk terhadap barang India yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia menjadi salah satu yang tertinggi yang diberlakukan AS terhadap negara mana pun.

Trump menegaskan, putaran terbaru tarif ini bertujuan menghukum India karena tetap membeli minyak dari Rusia, yang dinilai membantu mendanai perangnya dengan Ukraina.

Sebelumnya, Trump juga mengadakan pertemuan terpisah dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, untuk menengahi konflik berkepanjangan tersebut. Namun, hingga kini pembicaraan masih menemui jalan buntu.

Dampak Tarif Bagi Perusahaan

Dampak tarif yang semakin tinggi mulai dirasakan perusahaan-perusahaan Amerika, bahkan konsumen juga terkena imbas berupa kenaikan harga. Kondisi pasar tenaga kerja yang sedang melemah diperkirakan kian tertekan dengan bea masuk baru terhadap barang asal India.

New Delhi sendiri sejak awal sudah mengisyaratkan bakal membalas kebijakan Trump. India menyebut ancaman tarif tambahan AS sebagai bentuk “sanksi sekunder”. Menteri Muda Luar Negeri India, Kirti Vardhan Singh, menegaskan pemerintah telah menyiapkan langkah untuk melindungi perekonomian.

“Kami mengambil langkah tepat agar tidak merugikan ekonomi kami, dan saya pastikan kekuatan ekonomi India mampu menghadapi situasi ini,” kata Singh kepada wartawan pada Rabu bahwa pemerintah.

“kekhawatiran kami adalah ketahanan energi kami, dan kami akan terus membeli sumber energi dari negara mana pun yang memberi keuntungan bagi India.” ujarnya

India juga menuding pemerintahan Trump bertindak tidak adil, karena negara lain yang juga mengimpor minyak dari Rusia tidak mendapat beban tarif setinggi itu. China misalnya, yang merupakan pembeli terbesar minyak Rusia, hanya dikenakan tarif minimum 30 persen. Meski demikian, Trump sudah mengingatkan bahwa negara lain yang membeli minyak dari Rusia bisa sewaktu-waktu menghadapi tarif lebih tinggi.

Ketergantungan AS pada Produk India

Dalam satu dekade terakhir, defisit perdagangan AS dengan India melebar cukup signifikan, seiring meningkatnya arus barang dari kedua negara.

Tahun lalu, Amerika Serikat mengimpor barang senilai 87 miliar dolar AS dari India, sementara ekspor ke India hanya sekitar 42 miliar dolar AS, menurut data Departemen Perdagangan AS.

Ketika Trump mulai menaikkan tarif impor dari China pada periode pertama pemerintahannya dan awal tahun ini, banyak perusahaan Amerika mencari lokasi produksi alternatif, salah satunya India.

Produk utama yang diimpor AS dari India antara lain farmasi, peralatan komunikasi seperti ponsel pintar, hingga pakaian jadi. Namun, ponsel pintar masuk kategori bebas dari tarif “resiprokal” atau timbal balik sehingga tidak terkena pajak 50 persen atas produk-produk India.

Kebijakan tarif ini juga tidak berlaku ganda untuk produk tertentu. Artinya, sektor baja dan aluminium dari India tetap dikenai tarif 50 persen, bukan ditambah menjadi 100 persen dari dua kebijakan berbeda.

Ekspor AS ke India

Sementara itu, produk utama ekspor AS ke India meliputi minyak dan gas, bahan kimia, serta produk dan suku cadang kedirgantaraan. Sektor-sektor ini berpotensi besar menjadi target balasan India apabila tarif 50 persen Trump benar-benar diberlakukan.

Ketergantungan AS terhadap India bukan hanya pada barang fisik. Sejumlah perusahaan raksasa asal AS seperti American Express, JPMorgan Chase, Microsoft, hingga Google dalam beberapa tahun terakhir kian memperluas bisnis di India dengan membuka kantor baru atau memperbesar investasi.

Jika India merespons keras terhadap kebijakan Trump, bukan mustahil Negeri Bollywood bakal mempersulit aktivitas perusahaan-perusahaan Amerika di sana.

Read Entire Article
Bisnis | Football |