Liputan6.com, Jakarta Cristian Chivu mulai menulis kisahnya sendiri di Inter Milan. Dalam enam laga terakhir di semua kompetisi, Nerazzurri meraih enam kemenangan beruntun. Terbaru, kemenangan 1-0 atas tuan rumah AS Roma di Serie A mengirim pesan jelas: Inter telah menemukan keseimbangan baru di bawah kendali pelatih asal Rumania itu.
Media Italia pun sepakat. Dari La Gazzetta dello Sport hingga Tuttosport, semua memberikan nilai 7 untuk Chivu, menandakan satu hal—Inter kini sepenuhnya berada di bawah komando pria berusia 44 tahun itu.
“Cuma butuh beberapa pertandingan bagi Chivu untuk memimpin Inter dengan joystick,” tulis Tuttosport. “Kemenangan keenam beruntun dan posisi pertama di Serie A: tepuk tangan.”
Di bawah sorotan lampu Stadio Olimpico, kemenangan tipis atas Roma bukan sekadar tiga poin. Chivu meninggalkan Roma dengan sesuatu yang lebih berharga—validasi.
Inter di Bawah Kendali Chivu
Kemenangan 1-0 di Roma memperlihatkan Inter yang matang, terorganisir, dan sepenuhnya menguasai permainan. Corriere dello Sport menulis, “Timnya mencetak gol, bertarung, menderita, lalu menang. Sebuah tim solid dengan karakter kuat, kemenangan penting setelah Napoli terpeleset. Puncak klasemen sudah diraih, kini menunggu Milan.”
Chivu membangun Inter dengan keseimbangan antara disiplin dan karakter. Ia bukan sekadar memimpin dari pinggir lapangan, tetapi mengendalikan ritme permainan layaknya pemain yang memegang stik permainan. Ungkapan dari Tuttosport menggambarkan betapa Inter kini bermain dengan kontrol yang hampir sempurna: “Cuma butuh beberapa pertandingan bagi Chivu untuk memimpin Inter dengan joystick.”
Laporan dari L’Interista menegaskan bahwa semua media besar sepakat: Chivu meninggalkan Roma bukan hanya dengan kemenangan, melainkan dengan pengakuan sebagai pelatih yang benar-benar memahami timnya.
Inter dan Kolektivitas Tanpa Celah
Kemenangan atas Roma tak hanya tentang strategi, tetapi juga soal kebersamaan. Tuttosport menyoroti bahwa tak ada satu pun pemain Inter yang tampil di bawah standar. Yann Sommer yang sempat melakukan kesalahan di Turin bulan lalu kini membayar tuntas dengan penampilan solid bernilai 7.
Francesco Acerbi, Nicolo Barella, Henrikh Mkhitaryan, dan pencetak gol tunggal Ange-Yoan Bonny juga mendapat nilai sama. Tentang Bonny, media menulis, “Di bawah tatapan Thuram dari tribune, ia bergerak seperti Thuram saat mencetak gol,” sebuah penghormatan simbolis untuk momen yang menentukan.
Sementara itu, trio Manuel Akanji, Alessandro Bastoni, dan Federico Dimarco memperoleh nilai 6,5, diikuti oleh Denzel Dumfries, Hakan Calhanoglu, Lautaro Martinez, Pio Esposito, dan Luka Sucic yang masing-masing mendapat 6. Tidak ada titik lemah, tidak ada kelengahan, dan tidak ada penurunan intensitas. Semua bergerak dengan satu irama—irama yang dimainkan oleh Chivu.
Chivu Temukan Kuncinya
Setelah meninggalkan Roma dengan kepala tegak dan puncak klasemen di tangan, perjalanan Inter berlanjut ke dua medan berikutnya: Brussels dan Napoli. Dua laga penting yang akan menguji apakah kebangkitan ini benar-benar berkelanjutan atau hanya percikan sesaat.
Namun, melihat bagaimana Inter kini bermain dengan kedewasaan, sulit rasanya meragukan arah tim ini. Chivu tak hanya mendapat tiga poin—ia mendapatkan sesuatu yang lebih: keyakinan penuh dari para pemain, media, dan publik sepak bola Italia.
Pesannya sederhana dan tegas: Inter kini dalam kendali penuh, dan Chivu telah menemukan kunci untuk membuat tim ini menang dengan segala cara.
Sumber: Sempre Inter