Liputan6.com, Jakarta Nama Gareth Bale mungkin langsung membawa ingatan pada lari kencang di sisi lapangan, tendangan bebas mematikan, dan gol salto legendaris di final Liga Champions. Namun, kini, sang mantan pemain termahal dunia itu melangkah ke dunia yang berbeda—dunia kepemilikan klub sepak bola.
Setelah gantung sepatu pada Januari 2023, Bale tidak benar-benar meninggalkan dunia yang membesarkannya. Ia baru-baru ini kembali ke akar, ke klub kota kelahirannya, Cardiff City. Dalam sebuah pernyataan hangat, ia menyatakan bahwa kesempatan ini sebagai mimpi yang menjadi kenyataan.
“Kami tertarik mengambil alih Cardiff. Ini klub kampung halaman saya, di sanalah saya tumbuh, dan paman saya pernah bermain untuk mereka,” kata Bale kepada Sky Sports pada red carpet pemutaran F1: The Movie. “Terlibat dalam grup kepemilikan akan menjadi mimpi yang jadi kenyataan.”
Babak Baru di Cardiff: Mimpi Bale untuk Klub Masa Kecil
Gareth Bale resmi menjadi bagian dari konsorsium yang ingin mengambil alih kepemilikan mayoritas Cardiff City. Langkah ini menjadi wujud kecintaannya terhadap klub dan kota asalnya. “Cardiff adalah klub yang dekat dengan hati saya. Saya tumbuh di sana dan ingin menjadi bagian dari proses membesarkan Cardiff dan membawanya ke Premier League, tempat yang pantas untuk mereka,” ujar Bale.
Cardiff sendiri sedang berada di masa sulit. Mereka akan memulai musim 2025/26 di League One, kasta ketiga Liga Inggris, untuk pertama kalinya dalam 25 tahun. Namun, Bale melihat peluang, bukan keterpurukan. “Saya tahu betapa luar biasanya fans Wales dan Cardiff. Akan sangat luar biasa jika bisa membangun sesuatu bersama mereka,” katanya penuh harap.
Spekulasi sempat mengaitkan Bale dengan upaya pembelian klub lain, yakni Plymouth Argyle, tapi ia membantah kabar itu. “Saya tidak tahu dari mana datangnya nama Plymouth, jujur saja,” tegasnya kepada talkSPORT. “Sejak awal, kami fokus ke Cardiff. Saya sangat bersemangat karena saya tahu betapa berartinya klub ini bagi banyak orang.”
Bale di Madrid: Gol, Gelar, dan BBC
Puncak karier Bale dihabiskan bersama Real Madrid, klub yang membelinya dengan rekor dunia senilai £85,1 juta (sekitar Rp1,75 triliun) pada 2013. Di sana, ia menjadi bagian dari trio mematikan “BBC” bersama Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema. Musim perdananya langsung membuahkan gelar Liga Champions dan Copa del Rey—dan ia mencetak gol di kedua final tersebut.
Bale tercatat lima kali mengangkat trofi Liga Champions bersama Madrid dan tiga kali menjuarai La Liga. Salah satu momen paling ikonik datang di final Liga Champions 2018, ketika ia mencetak gol salto yang dianggap sebagai salah satu gol terbaik sepanjang sejarah final. “Gol itu akan selalu menjadi kenangan istimewa,” tulis banyak media kala itu.
Prestasinya tidak cuma itu. Bale sempat masuk tiga besar nominasi UEFA Men’s Player of the Year 2015–16, dan lima kali masuk 20 besar Ballon d’Or—dengan posisi terbaik di peringkat ke-6 pada 2016. Pada 2018, ia bahkan dinobatkan sebagai pemain terbaik di Piala Dunia Antarklub FIFA.
Membawa Bendera Naga: Sang Ikon Wales
Di level internasional, Bale menjadi simbol kebangkitan sepak bola Wales. Ia menjalani debut pada Mei 2006 dan sejak itu mengoleksi 111 caps dan 41 gol—rekor tertinggi dalam sejarah timnas Wales. Ia juga dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Wales sebanyak enam kali.
Turnamen Euro 2016 jadi puncak emosional kariernya bersama tim nasional. Bale mencetak tiga gol dan memimpin Wales mencapai semifinal, torehan luar biasa bagi negara yang sudah 58 tahun absen di turnamen besar. Meski akhirnya dikalahkan Portugal, pencapaian itu menempatkan Wales kembali di peta sepak bola dunia.
Ia juga menjadi kunci kelolosan Wales ke Euro 2020 dan Piala Dunia 2022—mengakhiri penantian 64 tahun untuk tampil di ajang sepak bola terbesar sejagat. Di usianya yang sudah lewat kepala tiga, Bale tetap tampil sebagai pemimpin di lapangan.
Dari Anak Ajaib ke Pemilik Klub: Warisan yang Berlanjut
Karier profesional Bale dimulai saat ia berusia 16 tahun bersama Southampton sebelum pindah ke Tottenham pada 2007. Awalnya, ia bermain sebagai bek kiri, tapi berkat polesan Harry Redknapp, ia menjelma menjadi winger eksplosif. Performanya melawan Inter Milan di Liga Champions membuatnya dikenal dunia.
Dua kali meraih penghargaan Pemain Terbaik PFA dan satu kali Pemain Muda Terbaik, Bale jadi pemain kedua setelah Cristiano Ronaldo yang menyabet kedua gelar di musim yang sama (2012/13). Nilai jualnya pun melonjak hingga rekor dunia ketika Real Madrid meminangnya.
Kini, meski sudah menggantung sepatu, gairah Bale untuk sepak bola belum padam. Ia kembali ke akarnya, bukan sebagai pemain, tapi sebagai sosok di balik layar. “Kami sedang mencoba membangun komunikasi dengan Cardiff dan akan ada lebih banyak kabar di masa depan. Mudah-mudahan semuanya bisa terealisasi,” tutupnya penuh keyakinan.
Sumber: Sky Sports, talkSPORT