Liputan6.com, Jakarta- Tuan rumah Jawa Tengah sukses mempertahankan gelar juara umum MilkLife Archery Challenge Kejurnas Junior 2025 yang selesai pada Sabtu 5 Juni 2025 di Supersoccer Arena Kudus. Jateng tampil sangat baik pada ajang yang berlangsung sejak 28 Juni tersebut dengan bermodalkan 80 atlet muda.
Jateng total meraih 32 medali emas, 22 medali perak dan 25 medali perunggu pada ajang yang diselenggarakan oleh Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) dan Bakti Olahraga Djarum Foundation itu.
Kontingen Jateng mengungguli Jawa Barat yang finis di urutan dua dengan raihan 18 emas, 19 perak dan 21 perunggu. DKI Jakarta sendiri finis di urutan tiga dengan 18 emas, 17 perak dan 19 perunggu.
Keberhasilan tahun 2025 ini menambah pundi-pundi medali emas yang telah diperoleh, selama tiga kali berturut-turut usai memenangi turnamen serupa di Yogyakarta pada 2022, di Bogor pada 2023, dan di Batam pada 2024.
“Panahan menjadi salah satu cabang olahraga prioritas pemerintah Indonesia, sehingga PB Perpani semaksimal mungkin menggunakan kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan kualitas turnamen di pusat dan daerah. Karena jika tidak diasah, prestasi atlet muda terhambat. Kami berharap kolaborasi dengan Djarum Foundation dapat terus berkelanjutan demi memajukan cabang olahraga panahan di Indonesia,” kata Ketua Panitia Pelaksana sekaligus Wakil Ketua Umum II Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Panahan Indonesia (PB Perpani) Abdul Razak.
Membangkitkan Olahraga Panahan di Indonesia
Sementara itu, Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin bersyukur atas keberhasilan gelaran turnamen MilkLife Archery Challenge Kejurnas Junior 2025 yang digelar di Kudus.
Turnamen yang diikuti 876 atlet muda panahan ini diharapkan mampu menjadi pemantik penyelenggaran event cabang olahraga panahan lainnya di kalangan masyarakat luas. Yoppy juga menggarisbawahi pentingnya menjaga ekosistem cabang olahraga panahan dengan cara pemassalan dari usia dini. Dengan demikian regenerasi atlet panahan di Indonesia juga akan terus berkelanjutan.
“Kami mendukung langkah PB Perpani menggelar turnamen level nasional yang memberikan panggung bagi atlet muda panahan untuk mencatatkan prestasi dalam mengharumkan nama Indonesia sampai di level internasional. Harapannya para atlet muda bisa terus mencintai cabang olahraga ini dan dapat bercerita tentang serunya pengalaman mereka mengikuti kejurnas,” ujar Yoppy.
Perjuangan Berat Jateng
Ketua Kontingen Jawa Tengah Martin Sudarmono menuturkan kemenangan ini bukan hal yang mudah, melainkan berkat kegigihan seluruh pihak yang terlibat mulai dari atlet, pelatih, hingga orangtua. Selain itu, menurut Martin, hal yang tidak kalah penting untuk ditanamkan kepada atlet selain strategi permainan adalah menciptakan kekompakan dan kepercayaan dalam tim agar para atlet dapat tampil maksimal dalam menorehkan prestasi.
“Gelar juara umum keempat ini adalah suatu kebanggaan. Mereka adalah atlet terbaik dari seleksi ketat tingkat provinsi. Mereka datang dengan kualitas dan kapasitas atlet yang tahan banting serta mampu bersaing. Terima kasih atas perjuangan para atlet yang dengan gigih bertanding, namun kami berharap agar para atlet tidak berpuas diri melainkan menjadikan trofi kali ini sebagai pelecut semangat untuk menjadi semakin baik,” ucap Martin.
Salah satu atlet kontingen Jawa Tengah yang meraih medali emas kategori Recurve U-18 Woman adalah Fayola Jingga Naeva Maheswari. Yola, sapaan akrabnya, melakoni pertandingan final yang menegangkan melawan Anastasya Adinda Puspa I asal Lampung. Meski sempat tertinggal saat 2 set permainan awal, Yola akhirnya mendapat ketenangan dan akurasi sehingga mampu menyamakan set poin 4-4.
Saat babak shoot off yang menentukan kemenangan, baik Yola dan Anastasya lagi-lagi tampil apik. Keduanya mampu melesatkan anak panah ke target sasaran hingga menyentuh poin tertinggi yakni 10.Kendati demikian, anak panah Yola dinilai memiliki akurasi yang lebih tinggi karena posisinya lebih dekat dengan titik tengah sasaran (x).
“Menghadapi lawan di final tadi awalnya gemetar, mental terguncang tapi untungnya ada pelatih yang memberi motivasi untuk tenang dan bermain santai. Tantangan terbesar adalah angin yang cukup besar, jadi harus pintar-pintar mencari posisi yang pas untuk melesatkan anak panah agar tepat sasaran,” kata Yola.