Liputan6.com, Jakarta Carlo Ancelotti akan memulai petualangannya sebagai pelatih Timnas Brasil dengan langsung menghadapi ujian berat. Jumat pagi (6/6/2025) waktu Indonesia, Selecao akan bertandang ke markas Ekuador dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona CONMEBOL. Pertandingan ini dijadwalkan berlangsung di Estadio Monumental Isidro Romero, Guayaquil, pukul 06.00 WIB.
Ancelotti menggantikan Dorival Junior yang dipecat usai kekalahan telak 1-4 dari Argentina pada Maret lalu. Meski posisinya di klasemen masih aman, Brasil tak ingin ambil risiko, terlebih di kualifikasi yang belum memuaskan sejauh ini. Ancelotti pun dituntut langsung membawa perubahan, baik dari segi hasil maupun gaya bermain.
Brasil saat ini masih berada di zona enam besar, yang memberi tiket ke putaran final, berkat format Piala Dunia yang kini diperluas. Namun, performa tak konsisten sebelumnya membuat tekanan tetap terasa. Laga perdana Ancelotti bukan sekadar soal debut—ini soal membuktikan bahwa Brasil masih Brasil.
Catatan Ekuador yang Menggigit di Kandang
Ekuador menatap laga ini dengan penuh percaya diri. Meski sempat mengawali kualifikasi dengan pengurangan tiga poin, mereka kini duduk manis di peringkat kedua klasemen sementara. Performa mereka di kandang menjadi kunci, tak terkalahkan dari tujuh laga dengan 17 poin dikantongi.
Di Guayaquil, hanya Kolombia dan Paraguay yang berhasil mencuri poin—itu pun dengan skor kacamata. Tim asuhan Sebastian Beccacece juga hanya kebobolan dua kali di kandang, menjadikan lini belakang mereka salah satu yang paling solid di zona CONMEBOL. Brasil dan Argentina akan menjadi ujian pamungkas mereka di kandang sendiri.
Satu hal yang membuat Ekuador lebih percaya diri adalah konsistensi tim. Sebagian besar pemain yang tampil pada laga-laga sebelumnya dipanggil lagi, dengan bintang seperti Willian Pacho, Enner Valencia, dan Moises Caicedo jadi tulang punggung. Stabilitas komposisi tim ini membuat mereka sulit dikalahkan.
Selecao Tampil Pincang, tapi Masih Punya Vini
Di sisi lain, Brasil datang dengan skuad yang belum ideal. Cedera dan kebugaran membuat Rodrygo dan Neymar absen, sementara sejumlah pemain Premier League juga tak masuk daftar. Dari lebih dari separuh skuad yang berbasis di Inggris pada Maret, kini tinggal tujuh yang tersedia.
Vinicius Junior menjadi tumpuan utama Ancelotti dalam menciptakan daya gedor di lini depan. Meski ingin membuat Brasil bermain seperti Real Madrid, sang pelatih hanya membawa satu pemain dari bekas klubnya itu. Eder Militao dan wonderkid Endrick juga tidak ada dalam skuad kali ini.
Namun, Brasil masih punya sosok-sosok tangguh seperti Marquinhos, yang baru saja menjuarai Liga Champions bersama PSG. Debut Ancelotti ini bisa menjadi panggung bagi sejumlah nama baru untuk unjuk gigi, sekaligus menentukan arah permainan Brasil ke depan di bawah sang maestro asal Italia.
Brasil Masih Unggul, tapi Ekuador Kini Lebih Solid
Sejarah berpihak pada Brasil. Terakhir kali Ekuador mengalahkan Selecao terjadi pada 2004, dan sejak itu mereka gagal menang dalam 13 pertemuan. Dalam laga sebelumnya, Brasil berhasil menang 1-0 lewat gol tunggal Rodrygo di kandang sendiri pada September lalu.
Namun, rekor masa lalu tak selalu jadi jaminan. Ekuador kini tampil lebih matang dan solid, terutama saat bermain di kandang. Dengan hanya dua kekalahan dalam kualifikasi—masing-masing dari Brasil dan Argentina—mereka akan berusaha membalas kekalahan tersebut di Guayaquil.
Bagi Brasil, pertandingan ini bukan cuma soal mempertahankan tradisi, tapi juga menetapkan standar baru di bawah Ancelotti. Kemenangan akan menjadi sinyal positif, sementara hasil imbang atau kekalahan bisa membuka kembali perdebatan soal arah tim jelang Piala Dunia 2026.