Liputan6.com, Jakarta Final Liga Europa 2024/2025 di San Mames, Bilbao, menjadi panggung kekecewaan bagi Manchester United. Menghadapi Tottenham Hotspur, Setan Merah harus mengakui keunggulan lawan dengan skor tipis 0-1. Kekalahan ini menambah daftar luka dalam musim yang sudah penuh penderitaan bagi tim asuhan Ruben Amorim.
Salah satu sorotan utama dalam pertandingan tersebut adalah ketumpulan lini serang United. Meski mendominasi penguasaan bola, mereka gagal menciptakan peluang berarti yang dapat mengancam gawang Tottenham. Kinerja Rasmus Hojlund sebagai ujung tombak pun dipertanyakan.
Kekalahan ini memastikan United mengakhiri musim tanpa trofi dan tanpa tiket ke kompetisi Eropa musim depan. Sebuah pencapaian yang jauh dari harapan dan tradisi klub sebesar Manchester United.
Ketumpulan Lini Serang United
Dalam pertandingan final, Manchester United mencatatkan penguasaan bola sebesar 74%, melepas 6 tembakan tepat sasaran, tapi tidak ada gol tercipta. Statistik ini mencerminkan betapa tumpulnya lini serang mereka meski menguasai jalannya pertandingan.
Rasmus Hojlund, yang diharapkan menjadi andalan di lini depan, gagal memberikan kontribusi signifikan. Upaya-upayanya mudah diredam oleh pertahanan solid Tottenham yang dipimpin oleh Cristian Romero.
Kreativitas dari lini tengah juga minim, dengan Bruno Fernandes dan Mason Mount kesulitan menembus pertahanan lawan. Ketiadaan variasi serangan membuat United mudah ditebak dan diantisipasi oleh Tottenham.
Pertahanan Tottenham yang Tangguh
Tottenham menunjukkan pertahanan yang disiplin dan efektif sepanjang pertandingan. Cristian Romero tampil sebagai Man of the Match, menunjukkan kepemimpinan dan ketangguhan dalam mengawal lini belakang.
Micky van de Ven juga berperan penting dengan melakukan penyelamatan krusial di garis gawang, menggagalkan peluang emas United untuk menyamakan kedudukan.
Kiper Guglielmo Vicario turut berjasa dengan beberapa penyelamatan penting, termasuk menepis sundulan Luke Shaw di masa injury time.
Kombinasi solid antara Romero, van de Ven, dan Vicario menjadi tembok kokoh yang tak mampu ditembus oleh serangan-serangan United. Pertahanan Tottenham layak mendapat pujian atas kontribusi mereka dalam meraih kemenangan ini.
Kegagalan yang Menyakitkan
Kekalahan ini menandai kegagalan kedua Manchester United di final Liga Europa dalam empat tahun terakhir. Pada 2021, mereka juga kalah dari Villarreal melalui adu penalti setelah bermain imbang 1-1 selama 120 menit.
Kegagalan berulang ini menunjukkan bahwa United belum mampu mengatasi tekanan di pertandingan besar. Mentalitas juara yang selama ini menjadi ciri khas klub tampaknya memudar dalam beberapa tahun terakhir.
Dengan absennya United dari kompetisi Eropa musim depan, manajemen klub harus melakukan evaluasi menyeluruh.