Liputan6.com, Jakarta Waktu seolah berputar kembali. Graham Arnold, pelatih kawakan asal Australia, akan kembali bertemu Timnas Indonesia. Namun, kali ini bukan sebagai pelatih Socceroos, melainkan sebagai nahkoda anyar Timnas Irak di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Indonesia, tergabung di Grup B bersama Irak dan Arab Saudi, akan kembali menatap wajah yang pernah memberi mereka kenangan manis, walau mungkin pahit bagi Arnold sendiri. Sebuah kisah masa lalu yang masih segar dalam ingatan, terutama bagi pencinta sepak bola di Indonesia dan Australia.
September 2024 menjadi titik balik dalam karier Graham Arnold bersama Australia. Bertandang ke Stadion Gelora Bung Karno, Socceroos datang dengan status unggulan. Di atas kertas, mereka seharusnya bisa membawa pulang tiga poin. Tapi kenyataan berkata lain.
Skor akhir 0-0. Hasil yang bagi Indonesia terasa seperti kemenangan, namun bagi Australia—dan Arnold secara pribadi, ibarat pukulan telak yang memicu badai.
Sebuah Malam di Jakarta yang Mengubah Segalanya
Kekecewaan langsung menyelimuti publik sepak bola Negeri Kangguru. Harapan untuk menunjukkan dominasi di Asia justru berubah menjadi cemoohan dan tekanan. Beberapa hari setelah pertandingan tersebut, Graham Arnold resmi mengundurkan diri.
“Saya katakan setelah pertandingan melawan Indonesia bahwa saya harus membuat beberapa keputusan,” kata Arnold dalam pernyataan resmi di situs Football Australia ketika itu.
“Setelah merenung dalam-dalam, firasat saya mengatakan bahwa inilah saatnya untuk berubah,” sambungnya.
Dalam kata-katanya yang tenang namun tegas, tersirat luka mendalam. Bukan hanya karena hasil pertandingan, tetapi karena ia tahu, hubungan panjangnya dengan Timnas Australia harus berakhir di Jakarta.
Awal Baru di Tanah Mesopotamia
Tak butuh waktu lama bagi Arnold untuk bangkit. Pada 9 Mei 2025, ia resmi diumumkan sebagai pelatih kepala Timnas Irak. Sebuah tantangan baru yang tidak mudah. Dua laga sudah dijalani: menang 1-0 atas Yordania dan kalah 0-2 dari Korea Selatan.
Namun, lebih dari sekadar hasil, Irak kini punya pelatih dengan pengalaman Piala Dunia dan mental juara. Dan bagi Indonesia, ini akan menjadi ujian baru, karena mereka tak lagi berhadapan dengan Arnold yang membawa Australia, melainkan Arnold yang kini punya misi pembuktian.
Kisah Arnold dengan Indonesia bukan hanya soal hasil imbang, tetapi tentang momen introspeksi yang mengubah arah hidup seorang pelatih. Sebuah malam di Stadion Gelora Bung Karno menjadi saksi bahwa sepak bola bisa menyatukan dan memisahkan dalam waktu bersamaan.