Liputan6.com, Jakarta Gennaro Gattuso tidak sedang datang ke pesta. Ia berjalan masuk ke dalam reruntuhan. Keputusan untuk menjadi pelatih Timnas Indonesia adalah pekerjaan yang sangat berat dan menghadirkan banyak tantangan.
Luciano Spalletti gagal mengangkat mental tim yang terlihat kosong, lamban, dan kehilangan identitas. Claudio Ranieri menolak kesempatan untuk memimpin, dan Nazionale mendekati kehampaan mutlak: gagal ke Piala Dunia secara beruntun.
Mantan gelandang pemberani itu, simbol keberanian Italia di lini tengah selama bertahun-tahun, kini ditunjuk sebagai pelatih kepala tim nasional. Namun, Gattuso tidak sendirian.
Gattuso akan memimpin staf teknis yang penuh dengan nama-nama besar: Leonardo Bonucci, Andrea Barzagli, Gianluca Zambrotta, dan Simone Perrotta, semua juara dunia 2006. Di atas mereka, Cesare Prandelli kembali, bukan sebagai pelatih, melainkan sebagai direktur tim nasional.
Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) tahu persis apa yang mereka lakukan: kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan masa depan. Mereka percaya hanya para pemenang sejati yang bisa menanamkan lagi nilai kebanggaan mengenakan seragam biru dengan perisai tiga warna.
Italia yang Mungkin Tak Lagi Menakutkan
Italia adalah juara Euro 2020. Namun, Italia saat ini bukanlah kekuatan yang menakutkan secara teknis. Dari seluruh skuad yang ada, hanya Gianluigi Donnarumma yang bisa dikatakan sebagai fuoriclasse sejati.
Nicolo Barella jika bugar dan Sandro Tonali jika mampu tampil konsisten, bisa jadi andalan di lini tengah. Alessandro Bastoni memang menjanjikan di lini belakang, tetapi ia belum menjadi Bonucci atau Chiellini baru.
Sisanya? Pemain-pemain bagus. Cukup untuk bersaing, mungkin, tapi tidak cukup untuk mendominasi. Tidak ada Jude Bellingham. Tidak ada Jamal Musiala. Tidak ada Kylian Mbappe. Italia tidak memiliki bintang muda yang bisa mengguncang dunia.
Dan itu bukan kesalahan Gattuso. Tantangan membentuk generasi baru bukan berada di tangannya, tapi di tangan Prandelli dan sistem pembinaan usia muda Italia. Itu pun butuh waktu, satu dekade mungkin, dan itupun jika Italia benar-benar belajar dari kesalahan masa lalu.
Gattuso dan Energi yang Hilang dari Nazionale
Kekalahan dari 0-3 Norwegia jadi sisi muram dari mentalitas para pemain. Mereka tampak takut, kehilangan arah, dan tidak punya hasrat. Ini bukan hanya soal kelelahan akhir musim. Yang hilang dari Azzurri adalah: rasa memiliki.
Di sinilah Gattuso masuk sebagai tokoh yang tepat. Ia bukan sekadar 'pelatih sersan' yang gemar berteriak dan mengancam. Ia adalah pemimpin yang punya filosofi: "Saya berjuang untuk Anda, jika Anda berjuang untuk kami."
Ini bukan teori, ini praktik. Di Milan, ia pernah mengangkat karier Patrick Cutrone, striker muda yang dipandang terlalu lembut untuk Serie A. Di bawah Gattuso, Cutrone mencetak 18 gol dalam satu musim. Sejak itu, tanpa Gattuso, namanya menghilang.
Gattuso tahu cara menyulut semangat. Ia tidak akan ragu mencoret pemain yang berulang kali 'cedera ringan' saat laga internasional. Tapi ia akan mati-matian membela mereka yang tampil dengan hasrat. Dalam kondisi seperti ini, bukan sistem yang dibutuhkan Italia, tetapi jiwa.
Pertaruhan Terbesar dalam Karier Gattuso
Italia akan memulai kampanye 'penebusan' mereka pada 5 September di Bergamo, melawan Estonia. Ini bukan hanya pertandingan kualifikasi, ini adalah awal dari ujian besar bagi Gattuso. Ia mengambil pekerjaan yang banyak pelatih tolak dan dalam kondisi terburuk.
Ia punya lebih banyak yang bisa hilang daripada didapatkan. Jika ia sukses membawa Italia ke Piala Dunia 2026, ia hanya akan dianggap menjalankan tugasnya. Jika gagal? Ia akan tercatat sebagai pelatih yang membuat Italia absen di Piala Dunia untuk ketiga kalinya berturut-turut dan itu akan menjadi noda abadi.
Namun, jika ada satu hal yang diketahui soal Gattuso, adalah bahwa ia tidak pernah takut pada kekalahan. Ia tumbuh sebagai petarung. Ia berjuang, meski tahu ia bisa kalah. Dan sekarang, ia membawa semangat itu ke tim nasional, semangat yang mungkin menjadi satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan Nazionale dari keterpurukan.Sumber: Cultofcalcio