Rupiah Kembali Menguat 11 September 2025, Siap-siap Menuju Rp 15 Ribuan

4 days ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan Kamis ini. Penguatan rupiah ini dipengaruhi sentimen dari luar yaitu inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. 

Pada Kamis (11/9/2025), rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta menguat 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp 16.451 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.470 per dolar AS.

Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menjelaskan, penguatan nilai tukar rupiah dipengaruhi data inflasi AS lebih rendah dari ekspektasi pasar.

“Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan menguat kisaran Rp 16.400-Rp 16.500 dipengaruhi oleh faktor global melemahnya index dollar sehubungan dengan data inflasi dr sisi produsen yang lebih rendah dari ekspektasi pasar,” ujarnya dikutip dari Antara. 

Producer Price Index (PPI) AS menurun 0,1 persen pada bulan Agustus 2025, jauh di bawah perkiraan yakni kenaikan 0,3 persen. Untuk PPI Inti, juga menurun 0,1 persen, di bawah dugaan yakni peningkatan 0,3 persen. Capaian tersebut dinilai meningkatkan ekspektasi penurunan bunga acuan The Fed.

“Inflasi sisi produsen AS yang rendah mengindikasikan bahwa kebijakan tarif Trump tidak berdampak terhadap harga-harga penjualan barang & jasa AS. Produsen tidak berani menaikkan harga,” ucap dia.

Dalam jangka menengah dan panjang, kurs rupiah disebut akan mengikuti fundamental.

“Dengan dolar AS yang sudah melemah 10 persen sejak level terkuatnya karena isu tarif, seharusnya dalam jangka menengah-panjang rupiah setidaknya menguat lebih dari 10 persen kembali level Rp 15 ribuan,” kata Rully.

Menkeu Purbaya: Tekanan Terhadap Rupiah Makin Mereda

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa, menegaskan bahwa rupiah tetap stabil meski perekonomian global masih diliputi ketidakpastian. Menurutnya, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, ditambah surplus neraca perdagangan, memberikan bantalan penting bagi nilai tukar.

"Di tengah gejolak global, kinerja instrumen keuangan terus membaik dan kepercayaan investor juga terus pulih. Hal ini terefleksi pada tekanan pada rupiah yang mereda dan kinerja SBN dengan yield yang terus turun. Surplus neraca perdagangan menopang kinerja rupiah," kata Purbaya dalam Raker dengan Komisi XI DPR, di Jakarta, Rabu (10/9/2025).

Purbaya menyampaikan, sejak Januari hingga Agustus 2025, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus hingga USD 29 miliar, tumbuh 52,6% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Kinerja ekspor yang solid, terutama dari produk industri pengolahan seperti CPO dan besi baja, turut memperkuat cadangan devisa.

Devisa Hasil Ekspor

Kebijakan konversi devisa hasil ekspor (DHE) ke rupiah juga membantu meredakan tekanan pada nilai tukar. Langkah ini memastikan likuiditas valuta asing terjaga, sekaligus menambah kepercayaan terhadap stabilitas rupiah.

"Di samping neraca perdagangan yang konsisten surplus, konversi valas ke rupiah oleh eksportir dalam rangka pemenuhan kebijakan pemerintah mengenai devisa hasil ekspor atau DHE SDA turut mendukung meredanya tekanan pada nilai tukar rupiah," jelasnya.

Purbaya menilai kondisi ini menunjukkan mesin ekonomi domestik tetap berjalan aktif, sehingga tidak hanya menopang nilai rupiah, tetapi juga mendukung pertumbuhan yang berkesinambungan.

Read Entire Article
Bisnis | Football |