Liputan6.com, Jakarta Manchester United tengah menghadapi tantangan besar dalam proses perombakan skuadnya musim panas ini. Meski pelatih Ruben Amorim telah memulai langkah restrukturisasi, klub justru dihadapkan pada kendala pelik: banyaknya pemain yang tak lagi masuk dalam rencana tim namun sulit untuk dijual. Salah satu nama yang menjadi simbol masalah ini adalah bek kiri asal Belanda, Tyrell Malacia.
Malacia bergabung ke Old Trafford tiga tahun lalu sebagai rekrutan pertama Erik ten Hag. Saat itu, kehadirannya diharapkan bisa menambah kekuatan dan kedalaman di sektor bek kiri.
Ia bahkan tampil cukup meyakinkan di musim pertamanya, menunjukkan agresivitas dan kemampuan bertahan yang menjanjikan. Namun, nasib berkata lain. Cedera lutut serius yang dialaminya menjadi titik balik buruk dalam kariernya bersama Setan Merah.
Bek berusia 25 tahun itu mengalami robekan meniskus yang membutuhkan operasi. Sayangnya, prosedur pertama gagal, memaksanya menjalani operasi kedua dan menjalani masa pemulihan yang sangat panjang, mencapai 18 bulan.
Selama periode itu, Malacia nyaris tak terlihat di lapangan dan hanya tampil tiga kali di Premier League dalam dua musim terakhir. Ketidakhadirannya membuatnya kehilangan momentum dan tempat di tim utama.
Malacia Dikembalikan PSV
Musim lalu, United mencoba memberi jalan keluar dengan meminjamkannya ke PSV Eindhoven. Klub Belanda itu sebenarnya memiliki opsi untuk membeli Malacia secara permanen dengan mahar sekitar £8,5 juta.
Namun, melihat kondisi fisiknya yang belum sepenuhnya pulih dan performa yang tak meyakinkan, PSV memilih mundur dari kesepakatan tersebut.
Kini, Malacia kembali ke Manchester dalam situasi yang tidak ideal. Ruben Amorim tak memasukkannya ke dalam rencana utama musim depan.
United pun mencoba menawarkan sang pemain ke sejumlah klub, namun hingga kini belum ada peminat. Cedera berkepanjangan dan kurangnya menit bermain membuat klub-klub lain enggan mengambil risiko.
Masalah Pelik MU
Situasi ini mencerminkan persoalan yang lebih luas di tubuh Manchester United. Klub tengah kesulitan untuk menurunkan beban skuad karena banyak pemain yang tidak lagi dibutuhkan, namun tetap terikat kontrak jangka panjang dengan gaji tinggi. Nama-nama seperti Marcus Rashford, Antony, dan Jadon Sancho termasuk dalam kelompok ini.
Ketiganya kembali ke Carrington setelah sempat mengalami masa sulit musim lalu. Sancho dipinjamkan ke Borussia Dortmund, sementara Rashford dan Antony tampil jauh di bawah ekspektasi.
Ruben Amorim sejauh ini tidak memberikan sinyal akan mempertahankan mereka, dan ketiganya kabarnya mulai menjajaki peluang hengkang. Namun sekali lagi, tingginya gaji dan performa yang menurun menjadi hambatan utama dalam proses negosiasi dengan klub lain.
Garnacho Juga Susah Dijual
Sementara itu, Alejandro Garnacho—salah satu bintang muda yang sebelumnya digadang-gadang sebagai masa depan klub—justru ikut menambah kontroversi.
Dalam sebuah unggahan di media sosial saat liburan, ia terlihat mengenakan jersey Aston Villa bertuliskan nama Marcus Rashford di bagian belakang. Aksi tersebut memicu kemarahan petinggi klub yang menilai tindakan itu sebagai bentuk ketidakprofesionalan.
Garnacho sendiri, bersama Rashford dan Antony, masih terikat kontrak hingga tahun 2028. Kontrak panjang ini membuat klub tidak memiliki banyak ruang untuk manuver.
MU Harus Tanggung Risiko
Jika mereka tetap ingin melepas pemain-pemain ini, Manchester United kemungkinan besar harus siap menanggung sebagian gaji agar proses peminjaman atau penjualan bisa terealisasi. Praktik ini bukan hal baru bagi United, mengingat mereka pernah melakukan hal serupa pada musim lalu demi merampingkan skuad.
Meski klub telah mendatangkan Matheus Cunha sebagai salah satu bagian dari proyek Amorim, proses perombakan skuad nyatanya tidak bisa berjalan cepat.
Banyaknya pemain yang sulit dijual membuat pergerakan di bursa transfer menjadi lambat. United saat ini tampaknya harus lebih fleksibel, bahkan rela menjual rugi sejumlah nama demi memberi ruang bagi wajah-wajah baru yang lebih sesuai dengan visi pelatih.
Fans MU Frustrasi
Bagi fans, kondisi ini tentu menjadi frustrasi tersendiri. Klub yang dulu terkenal sebagai tempat berkembangnya pemain-pemain muda berbakat, kini justru kesulitan membereskan skuadnya sendiri.
Apalagi, musim baru sudah semakin dekat, dan Ruben Amorim membutuhkan komposisi tim yang solid sejak pramusim agar bisa bersaing lebih baik di Premier League maupun kompetisi Eropa.
Dengan waktu yang terus berjalan dan bursa transfer yang terus memanas, Manchester United kini berpacu dengan situasi yang kompleks. Mereka tak hanya dituntut untuk membeli pemain baru, tetapi juga harus segera menyelesaikan persoalan pemain-pemain yang tak terpakai—agar proyek besar Ruben Amorim bisa dimulai tanpa beban dari masa lalu.
Sumber: Mirror