Liputan6.com, Jakarta Viktor Gyokeres, striker andalan Sporting CP, dikabarkan sedang berada di pusat drama transfer panas musim panas ini. Pemain asal Swedia itu disebut-sebut telah melakukan panggilan telepon mengejutkan kepada direktur olahraga klub, Frederico Varandas, untuk menyampaikan keinginannya hengkang ke Arsenal.
Berdasarkan laporan eksklusif dari media Portugal Record, Gyokeres secara tegas menyatakan niatnya untuk meninggalkan Alvalade dan meminta manajemen memahami keputusannya.
"Dia tidak ingin—dan tidak akan—kembali ke Sporting dengan kehendaknya sendiri. Dia telah memberikan segalanya untuk klub," tulis laporan tersebut.
Arsenal Jadi Tujuan Utama, Tapi Ada Syarat
Gyokeres, yang mencetak 54 gol dalam 52 penampilan musim ini, menjadi buruan sejumlah raksasa Eropa seperti PSG, Juventus, dan Manchester United.
Arsenal disebut sebagai favorit utama setelah kabar bahwa sang striker telah memberi tahu keluarga dan teman-temannya tentang keinginannya bergabung dengan The Gunners.
Namun, Record juga mengungkap ancaman terselubung dari Gyokeres: jika Arsenal membatalkan minatnya dan merekrut striker lain, ia "tidak akan pernah memaafkan pihak-pihak yang bertanggung jawab".
Klausul Kontroversial dan Ancaman Mogok
Persoalan semakin rumit setelah muncul klausul unik dalam kontrak Gyokeres.
Jurnalis Duncan Castles mengungkapkan bahwa jika Sporting menolak tawaran €60 juta (sekitar Rp1,05 triliun), mereka harus membayar denda €6 juta (Rp105 miliar) kepada sang pemain.
"Gyokeres sangat serius. Jika Sporting tetap bersikeras menahannya, dia siap mogok latihan," tegas Castles dalam The Transfer Podcast.
Sporting Berkeras di Harga Tinggi
Frederico Varandas, direktur olahraga Sporting, sebelumnya membantah kabar bahwa Gyokeres bisa dilepas dengan harga €60 juta plus bonus.
"Klub kami tidak akan menerima tawaran seperti itu. Sampai hari ini, belum ada proposal resmi untuk Gyokeres," tegasnya.
Dengan kontrak yang masih berlaku hingga 2028, Sporting berada di posisi kuat untuk mempertahankan harga tinggi. Namun, tekad Gyokeres untuk pindah bisa memicu konflik lebih dalam.
Sumber: Record