Analisis Kekuatan dan Kelemahan Kiper Baru AC Milan yang Punya Naluri Sweeper

13 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta AC Milan diam-diam mengamankan rekrutan ketiga mereka di bursa transfer musim panas ini. Namanya mungkin tak menggetarkan bursa, tapi kedatangannya punya arti penting di balik layar.

Pietro Terracciano, kiper 35 tahun asal Italia, resmi bergabung dari Fiorentina awal pekan ini. Tak banyak perhatian mengiringi transfernya, wajar saja mengingat statusnya sebagai pelapis Mike Maignan.

Namun, pengalaman mengajarkan Milanisti untuk tidak menyepelekan posisi cadangan kiper. Cedera berkepanjangan Maignan dalam dua musim terakhir membuat peran penjaga gawang kedua menjadi sangat krusial.

Dari Cadangan Jadi Penting

Bagi banyak fans, transfer kiper cadangan bukanlah sesuatu yang menggugah. Mereka lebih menantikan nama-nama besar di lini serang atau pertahanan.

Namun, Milan tahu betul risiko tak punya pelapis berkualitas. Nama-nama seperti Tatarusanu pernah jadi bukti bahwa pelapis yang kurang mumpuni bisa berbuah petaka.

Terracciano bukan nama sembarangan. Ia sempat jadi starter utama Fiorentina selama bertahun-tahun sebelum David De Gea datang ke Artemio Franchi.

Kekuatan di Bawah Mistar

Salah satu kekuatan utama Terracciano terletak pada refleksnya. Ia dikenal cekatan dalam menepis bola-bola rendah, bahkan saat posisinya tak ideal.

Ini jadi kemajuan dibanding pendahulunya seperti Tatarusanu, yang kerap terlambat bereaksi dalam situasi krusial. Kecepatan reaksi Terracciano bisa memberi rasa aman saat Maignan absen.

Di usianya yang ke-35, Terracciano juga masih punya kecakapan bermain bola dengan kaki. Ia cukup tenang saat ditekan dan tak mudah panik dalam distribusi bola.

Cocok untuk Gaya Modern

Pelatih Milan terbiasa menjadikan Maignan sebagai titik awal serangan. Kiper Prancis itu sering berperan seperti bek tambahan, memberi ruang bagi bek sayap dan gelandang.

Meski tak setingkat Maignan dalam hal umpan panjang atau ketepatan bola, Terracciano punya gaya bermain yang tak jauh berbeda. Ini penting agar tim tak perlu banyak menyesuaikan saat pelapis tampil.

Ia juga punya naluri 'sweeper keeper'. Cepat membaca situasi dan berani keluar kotak penalti jadi kelebihan tambahan, meski kecepatan tentu akan menurun seiring usia.

Mentor di Balik Layar

Kelebihan lain yang tak kasat mata adalah peran Terracciano sebagai sosok senior di ruang ganti. Pengalaman panjangnya di Serie A akan bermanfaat bagi para kiper muda Milan.

Lorenzo Torriani dan Noah Raveyre bisa belajar banyak darinya. Ketelatenan, ketenangan, dan etika kerja dari seorang veteran adalah pelajaran yang tak tertulis dalam statistik.

ScoutingStats melabeli Terracciano sebagai kiper yang cerdas dalam penempatan posisi. Ia tahu cara menutup ruang dan memahami ritme pertandingan dengan baik.

Ada Catatan yang Perlu Diperhatikan

Meski punya banyak kelebihan, Terracciano bukan tanpa cela. Fans Milan mungkin masih ingat gol Rafael Leao yang mengecohnya di musim Scudetto—tembakan lambat yang gagal dihentikan.

Kemampuan mengantisipasi bola-bola lambung juga bukan keunggulannya. Ia kerap kesulitan dalam duel udara dan jarang terlihat dominan saat menangkap umpan silang.

Kekurangan ini berarti Milan butuh bek tengah yang kuat di udara saat Terracciano bermain. Tanpa itu, ancaman bola mati bisa jadi momok berbahaya bagi lini belakang.

Bukan Transfer Heboh, tapi Penting

Terracciano memang bukan rekrutan yang akan menaikkan ekspektasi atau jadi perbincangan besar. Namun, Milan membeli kebutuhan, bukan sensasi.

Sebagai pelapis, ia menawarkan kestabilan, pengalaman, dan profil bermain yang cocok dengan sistem tim. Dalam situasi darurat, ia bisa menjadi pilihan yang tak membuat panik.

Dibanding Sportiello, Terracciano bisa dibilang lebih siap, lebih kalem, dan lebih modern. Tak ada yang meminta keajaiban darinya—cukup jadi penjaga sunyi yang bisa dipercaya.

Sumber: Sempre Milan

Read Entire Article
Bisnis | Football |