Dari Derby Milan ke Final Liga Champions: Donnarumma dan Dendam yang Belum Tuntas

3 months ago 13

Liputan6.com, Jakarta Allianz Arena akan menjadi saksi duel raksasa Eropa: PSG melawan Inter Milan dalam final Liga Champions 2024/2025. Laga ini bukan sekadar perebutan trofi, tetapi juga medan pribadi bagi Gianluigi Donnarumma. Di balik performa gemilangnya sepanjang musim, terselip dendam lama yang belum tuntas.

Kiper utama PSG itu tampil heroik di semifinal melawan Arsenal, menjaga gawangnya tetap steril di momen krusial. Namun, di hadapannya kini berdiri lawan yang sangat familiar—dan sangat menyakitkan: Inter Milan. Tim ini hampir selalu berhasil menggoreskan luka dalam di masa lalu sang penjaga gawang.

Final ini adalah panggung terbesar Donnarumma sejak meninggalkan AC Milan. Akan tetapi, sejarah tak bisa dihapus begitu saja. Melawan Inter, dia harus menghadapi bukan hanya Lautaro Martinez dan kawan-kawan, tapi juga rekam jejak kegagalan yang menghantui sejak Derby della Madonnina pertamanya.

Donnarumma yang Kerap Jadi Saksi Bisu Keperkasaan Inter Milan

Ketika masih mengenakan seragam merah-hitam AC Milan, Donnarumma kerap jadi saksi bisu keperkasaan Inter Milan. Dalam 11 kali penampilan di Derby Milan, hanya dua kemenangan yang bisa dia nikmati. Jumlah itu terlalu kecil untuk sosok sekelas Donnarumma.

Sisanya, enam kekalahan dan tiga hasil imbang mencoreng catatan kariernya. Gawangnya dibobol 21 kali oleh rival sekota, sedangkan hanya dua kali dia bisa mengantongi clean sheet. Statistik ini menampilkan sisi gelap dari perjalanan kariernya sebagai pemain Milan.

Derby terakhir Donnarumma melawan Inter menjadi salah satu momen paling pahit. Februari 2021, Milan kalah telak 0-3 ketika bertindak sebagai tuan rumah. Lautaro Martinez mencetak dua dari tiga gol dan Donnarumma hanya bisa terdiam menatap papan skor.

Donnarumma: Duel Pribadi yang Emosional

Kini, Donnarumma tak lagi mengenakan lambang Rossoneri di dadanya. Di bawah panji PSG, dia menemukan stabilitas baru dan kepercayaan diri yang tumbuh sepanjang musim. Namun, di benaknya, pertemuan dengan Inter tetap menyimpan tensi yang berbeda.

Ini bukan hanya soal gelar Liga Champions pertama untuk PSG. Bagi Donnarumma, ini tentang menebus kegagalan yang selalu hadir saat berhadapan dengan biru-hitam Milan. Ini duel pribadi yang jauh lebih emosional daripada sekadar statistik dan taktik.

Jika Donnarumma mampu tampil sebaik kala menghadapi Arsenal, pintu kemenangan terbuka lebar. Namun, jika trauma lama kembali menghantui, bukan tak mungkin duel ini menjadi episode pahit berikutnya dalam kisah panjangnya melawan Inter.

Donnarumma Mencari Pelampiasan Sempurna

Munchen bukan tempat asing dalam sejarah sepak bola Eropa—dan final kali ini bisa jadi titik balik untuk Donnarumma. Dari tempat inilah, dia bisa mengubah narasi—dari kiper yang selalu jadi korban Derby, menjadi pahlawan malam final.

Donnarumma tentu menyadari arti pertandingan ini dalam kariernya. Dia datang bukan hanya untuk menang, tapi untuk menulis ulang takdirnya. Ini misi yang lebih personal daripada siapa pun di lapangan nanti.

Andai mampu membawa PSG meraih trofi, maka Donnarumma tak hanya menutup buku lama, tetapi membuka lembaran baru sebagai legenda. Itu pembuktian yang tak ternilai—ketika dendam masa lalu akhirnya menemukan pelampiasan sempurna.

Read Entire Article
Bisnis | Football |